Semua gelap. Namun, dengan perlahan titik-titik cahaya kembali terlihat. Chika merasakan panas di hidung, pelipis dan lehernya.
"Chika, kamu bangun nak?" Suara Ayana yang terdengar khawatir memasuki telinga Chika. Mata Chika mulai terbuka. Kepalanya teramat pusing. Pertanyaan muncul di kepalanya. Apa yang baru saja terjadi?
"Minum dulu minum." Ayana memberikan segelas air untuk Chika minum.
"Udah kamu tiduran saja Chik," halau Darto saat Chika ingin tetap duduk. Chika akhirnya merebahkan dirinya. Memperhatikan sekitar, keluarganya berada di kamarnya sekarang.
"Chika kenapa?" Tanya Chika. Dia bingung dengan apa yang tadi terjadi sampai menyebabkan keluarganya berkumpul di kamarnya.
"Kamu tadi pingsan. Kamu kenapa?" Jelas Damar. Karena dialah yang pertama kali menemukan Chika pingsan di depan pintu kamarnya.
"Aku pingsan?"
"Iya, tadi kakak denger kamu teriak kenceng banget. Jadinya kakak ke kamar kamu, tapi kamu udah pingsan di lantai," jelas Damar lagi.
"Kamu tadi kenapa nak? Kamu sakit?" Raut wajah khawatir tercetak jelas pada Ayana. Chika menatap kosong, ingatannya kembali saat sebuah tangan hitam mencengkram bahunya dengan kencang. Reflek kini Chika memegang bahu kanannya, rasa sakit masih dia rasakan sekarang.
"Kak Chika gapapa?" Tanya Christy.
"Gapapa," jawab Chika.
"Chika kenapa bisa pingsan?" Darto mengelus kepala anaknya dengan sayang.
"Chika lupa," bohong Chika. Dia tak mau menceritakan apa yang tadi dia alami. Karena pasti keluarganya tak percaya jika berkaitan dengan mistis.
"Yasudah, kamu istirahat lagi. Ayo semua kembali ke kamar masing-masing. Hari sudah semakin malam," perintah Darto.
"Christy mau tidur di sini aja nemenin Kak Chika. Boleh kan kak?" Tanya Christy.
"Boleh dek," jawab Chika.
"Kalian istirahatlah, besok juga sekolah jika telat tidur yang ada besok kalian kesiangan," kata Darto. Darto dan Ayana mencium kening ke-dua anaknya, mengucapkan selamat malam.
"Jangan matiin lampunya Yah," pinta Chika, saat ayahnya akan mematikan lampu kamar.
"Baiklah, selamat malam." Darto menutup pintu kamar Chika. Christy sudah bersiap untuk melanjutkan tidurnya karena sebenarnya dia masih sangatlah mengantuk.
"Aku tidur duluan ya kak." Christy memeluk guling dan langsung memejamkan mata. Chika masih belum bisa tidur, matanya kini malah terasa sangat ringan tak ada rasa ngantuk sama sekali. Tangannya kembali memegang bahu kanannya yang terasa nyeri. Mencoba menyingkap baju bagian bahunya, terlihat bekas lebam biru di sana.
"Kenapa ini?" Batin Chika. Dia berpikir apa ini hasil dari cengkraman tangan hitam itu?
~~~
Chika duduk di kursi belajar memakai sepasang sepatu miliknya di sana. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Masih terlalu pagi baginya untuk berangkat sekolah.
"Mau apa kamu di sini?" Chika bertanya saat mendengar suara langkah kaki. Dia sudah tau jika itu adalah langkah Alzee yang baru pagi ini mau menampakkan dirinya.
"Ketemu sama kamu," jawab Alzee yang kini berdiri di depan Chika.
"Gaperlu," ketus Chika.
"Aku ada salah?" Alzee bertanya karena merasakan perubahan dari Chika.
"Di mana kamu kemarin?"
"Aku ada."
"Di mana? Kenapa kamu ga nampakin diri setelah aku di rumah?" Cerca Chika.
"A-aku-"
"Takut karna habis jatuhin figura foto aku?" Tebak Chika.
"Maaf." Alzee menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jarinya di bawah. Alzee mengerucutkan bibirnya merasa dimarahi. Dia kembali merasa bersalah atas kejadian kemarin. Andaikan dia bisa, Alzee akan membeli figura baru untuk mengganti milik Chika yang pecah.
"Terus kenapa semalem ga bantuin aku?" Chika bertanya, sebab Alzee tetap tak menampakkan dirinya saat peristiwa semalam terjadi pada dirinya.
"Aku ga bisa."
"Kenapa?"
"Makhluk itu terlalu kuat. Energi dia lebih kuat daripada aku. Kalau aku nekat aku juga bakalan kenapa-kenapa," jelas Alzee.
"Bahu aku jadi lebam akibat cengkraman tangan makhluk itu," ungkap Chika.
"Sepertinya itu makhluk kiriman. Ada yang mau nyelakain kamu."
"Bagaimana kamu tau?" Tanya Chika.
"Auranya beda. Aura makhluk kiriman sama makhluk yang hanya iseng sangatlah berbeda. Sosok yang datengin kamu semalem aura hitamnya sangat pekat, sangat jelas jika itu kiriman dari seseorang yang mungkin ga suka sama kamu atau karna alasan lain," jelas Alzee.
"Ga suka sama aku? Salah aku apa?" Chika jadi kepikiran. Dia merasa tak ada masalah dengan siapa pun. Jikalau benar sosok semalam itu adalah kiriman, kenapa tega sekali sampai mengirim makhluk untuk menyelakainya?
"Aku akan coba cari tau soal itu. Aku juga akan berusaha ngelindungin kamu Chika," Alzee berkata dengan serius. Tangan Alzee mengelus rambut Chika yang kini dikuncir kuda, nampak cantik. Chika tetap cantik mau model rambut gimana aja.
"Cantik," ucap Alzee.
"Ha? Siapa?"
"Kamu," jawab Alzee disertai senyuman manis. Chika berpaling mengambil barang-barangnya. Itu adalah salah stau caranya untuk menutupi wajahnya yang kini sudah memerah, malu.
Siapa yang ngirimin sosok itu ke chika. Jahat bngt yak.
Gua lagi ga sehat ges. Males bngt. Bsk senin lagi, klo skolah pas sakit ga enak banget.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [END]
Horror"Hei," panggil Chika. "Siapa nama kamu?" tanya Chika pada sosok lelaki yang berada tak jauh darinya. Sosok lelaki itu terdiam. "Aku bertanya, siapa nama kamu?" ulang Chika. "Alzee," jawab sosok lelaki itu sambil tersenyum tipis, sangat tipis. "Dia...