Hari ini adalah hari pertama Chika bersekolah di sekolah baru. Dia di antar oleh salah satu penjaga sekolah untuk ke ruang kepala sekolah. Tak sedikit banyak siswa yang menatap ke arah Chika yang berjalan melewati mereka. Banyak pujian yang Chika dengar karena kecantikan yang dimiliki Chika. Tapi hal itu tak membuat Chika besar kepala melainkan malah risih jika terus-terusan mendengar hal itu secara berulang.
"Ini ruang kepala sekolah. Adek bisa langsung masuk. Bapak tinggal ya, bapak harus bertugas lagi," kata penjaga sekolah.
"Iya pak, terimakasih. Maaf merepotkan."
"Sama-sama dek. Saya permisi." Penjaga itu meninggalkan Chika. Chika kemudian masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah itu.
Setelah berurusan dengan kepala sekolah, Chika di antar oleh guru yang kebetulan guru yang mengajar pelajaran yang akan Chika tempati hari ini. Di dalam kelas Chika diutus untuk memperkenalkan diri. Setelah berkenalan singkat, Chika langsung mengikuti pelajaran baru hari ini.
Satu persatu siswa di dalam kelas ini mulai mendekati Chika dan mengajak berkenalan. Mereka sangat welcome dengan kedatangan Chika sebagai murid baru di kelas mereka.
"Ke kantin yuk. Aku laper nih," ajak Eli yang sudah menjadi teman Chika.
"Ayo deh," teman yang lain termasuk Chika menyetujui ajakan Eli. Mereka ke kantin bersama. Chika masih menjadi perhatian bagi murid-murid sana. Apalagi seragam yang dia kenakan masih seragam sekolahnya yang lama sehingga bisa diketahui jika Chika ini adalah anak baru di sekolah ini.
"Kalian berdua mau apa? Biar aku sama Eli yang beli," kata Oniel teman baru Chika juga.
"Bakso," jawab Mira.
"Aku samain aja, bakso," sahut Chika.
"Minumnya?"
"Es teh aja," jawab Mira.
"Aku juga sama, es teh."
"Oke." Oniel dan Eli pergi untuk memesan makanan.
Chika dan Mira kini memulai pembicaraan berdua. Chika yang menceritakan kehidupannya di kota lama hingga pindah ke sini. Begitu juga sebaliknya, Mira juga menceritkan tentang sekolah ini dan seputar biodata dirinya. Mereka sangat asik dengan pembicaraan yang mereka lakukan.
"Aku ke toilet dulu ya," kata Chika setelah menyelesaikan makannya.
"Perlu ku temani?" Tanya Mira menawarkan diri.
"Tidak perlu. Toilet hanya dekat, aku juga sudah tau dimana tempatnya. Tadi kita lewati saat akan ke masjid kan?"
"Betul. Segeralah kembali."
"Iya Mira. Aku pamit bentar."
Chika jalan sedikit tergesa karena memang dia sudah kebelet ingin mengeluarkan urin yang sudah sedari tadi dia tahan. Gara-gara kebanyakan minum sepertinya, makanya dia jadi kebelet seperti ini. Chika segera masuk ke dalam toilet perempuan yang saat ini kosong tak ada orang lain selain dirinya. Setelah selesai dia membasuh tangannya di wastafel.
Kemudian Chika keluar dari kamar mandi ingin kembali ke kantin menemui temannya. Tapi saat hendak ke kantin dia melihat laki-laki dengan setelan baju putih tanpa alas kaki, persis seperti lelaki yang dia lihat semalam. Lelaki itu berjalan ke arah belakang. Ke lorong yang menjadi penyekat kamar mandi dan juga dapur.
"Hei!" Panggil Chika. Dia mengurungkan niatnya untuk ke kantin melainkan mengikuti sosok itu.
(Denah sekolah bagian yang gua bahas)
Jadi Chika sekarang berada di titik ungu, yaitu di sebelah toilet (garis warna biru itu toilet yang pintunya mengarah ke selatan, yang gua kasih kotak kayak roda mobil itu, sedangkan garis orange itu kantin yang arah masuk nya di sebelah barat). Chika mengejar sosok itu ke arah titik merah yang mana itu mengarah pada gerbang belakang sekolah. Sosok itu sangat cepat sekali menghilang, tapi Chika yakin jika sosok lelaki itu mengarah ke sana.
Sampai di belakang sekolah sosok itu sudah tak ada lagi. Di sana sepi tak ada satu siswa pun selain dirinya yang ada. Dia melihat ke arah sebuah ruangan yang sepertinya itu gudang, karena tak sedikit ada bangkai meja dan kursi yang terletak di depan ruangan.
"Apa dia pergi ke situ ya?" Gumam Chika. Dia dengan berani melangkah menghampiri gudang itu. Benat-benar ga ada takutnya ni anak. Sesekali Chika terbatuk karena dan bersin karena mencium bau-bau debu.
"Terkunci," gumam Chika saat mencoba membuka pintu gudang.
"Chika!" Chika menoleh ke arah teman-teman yang memanggilnya.
"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Oniel.
"Emm, hanya penasaran," jawab Chika. Dia tak ingin menceritakan sosok yang dia lihat tadi. Karena dia masih tak yakin apa itu manusia atau bukan. Kalau pun bukan itu nanti akan menjadi hal yang membuat teman-temannya terkejut, dan mungkin bisa saja mengebohkan mereka.
Jalanan nampak sepi, karena hari sudah sore. Sekolah telah usai. Chika menunggu di halte bis depan sekolah, menunggu ayahnya yang akan menjemput. Untungnya keadaan sekolah tak terlalu sepi, karena masih ada beberapa anak yang menunggu jemputan sama seperti dirinya ini.
Tin tin!
Akhirnya yang tunggu-tunggu datang. Dia segera masuk ke dalam mobil di kusir penumpang belakang. Karena kursi depan sudah di isi oleh Christy yang sama baru pulang dari sekolah.
"Bagaimana sekolah hari pertama kamu Chika?" Tanya Pak Darto memulai pembicaraan.
"Cukup menyenangkan. Teman-teman cukup baik dan mau nerima Chika dengan cepat."
"Baguslah jika begitu. Ayah ikutan senang dengernya."
Chika tersenyum menanggapi. Dia masih memikirkan sosok laki-laki yang tadi dia lihat lagi. Chika semakin penasaran dengan sosok itu.
Sedang berada di titik lelah. Gue cape ges.
Izin buat libur ya. Maap semuanya.
Dah gitu aja maap buat typo
Selamat malming.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [END]
Horror"Hei," panggil Chika. "Siapa nama kamu?" tanya Chika pada sosok lelaki yang berada tak jauh darinya. Sosok lelaki itu terdiam. "Aku bertanya, siapa nama kamu?" ulang Chika. "Alzee," jawab sosok lelaki itu sambil tersenyum tipis, sangat tipis. "Dia...