• Gugurkan •

6K 796 94
                                    

Happy Reading <3

Sorry kalo ada typo

Pandangan Lisa tak lepas dari gedung-gedung bertingkat di luar sana. Matanya masih bengkak, karena sepanjang malam terus saja menangis. Dia pikir ini hanya sebuah mimpi, tapi tidak ketika dia memandang lagi dan lagi test pack dalam genggaman tangannya, dia sedang tidak bermimpi. Ini benar-benar nyata, dia sedang mengandung.

Lisa tertunduk, air matanya lagi-lagi menetes. Dia hanya ... dia hanya tidak percaya bahwa sekarang dia hamil di usianya yang masih sangat muda. Perlahan Lisa menyandarkan tubuhnya, meletakkan kembali alat test pack itu ke dalam laci nakas dekat sofa.

Tangannya meraih ponselnya di atas meja, menggeser layar demi menemukan satu kontak yang sangat ingin dia hubungi sekarang. Sungguh dia ingin berbicara dengan kakak tertuanya. Dia ingin bercerita tentang apa yang terjadi padanya, tapi di sisi lain dia takut kakaknya kecewa, takut keluarganya malah tidak bisa menerima, takut jika keluarganya tidak peduli. Berusaha keras Lisa menepis semua pikiran negatif itu, walau dia benar-benar tidak bisa mengelak.

Tak perlu menunggu lama untuk saudarinya menjawab, karena di bunyi kedua panggilan suara dari seberang terdengar. "Hallo, my baby Alisa. Ada apa kali ini? Kehabisan uang lagi?" tanya sang kakak yang berada jauh terpisah darinya.

Dalam keadaan sedih dan bingung, tapi ketika mendengar suara kakak pertamanya, senyum di wajah Lisa terukir. "Tidak," ucapnya berusaha keras memulihkan suara seraknya akibat sepanjang malam menangis.

"Kau kenapa, Alisa? Kau menangis?"

Lisa menggeleng, walau kakaknya tidak bisa melihat. "Aku tidak menangis. Aku baru bangun tidur. Suaraku seperti ini di pagi hari."

"Jangan bohong, aku tau seperti apa suaramu di pagi hari. Kau mungkin terpisah dariku selama dua tahun, tapi 13 tahun kau hidup bersamaku, adik kecil. Katakan pada kakakmu ini, ada apa? Apa kau berlatih keras lagi kemarin?"

Lisa menyunggingkan sudut bibirnya. Ah, sudah pasti itu yang dipikirkan kakaknya, karena selama ini dia selalu mengeluh tentang waktu dan latihan yang sangat berat yang harus dia lewati. Namun, sejujurnya ini bukan tentang  masa latihannya untuk debut sebagai seorang idola, tapi tentang dirinya yang sedang mengandung.

Demi Tuhan, Lisa ingin berteriak pada kakak sulungnya itu. Dia ingin menangis sekarang. Tapi, Lisa kembali teringat, apa mereka bisa menerimanya atau justru akan menghakiminya, mengingat juga kakak keduanya sangat kontra dengan kehidupannya di sini serta sang ibu yang sejak awal tidak menyetujui keberangkatannya.

"Alisa?" Sang kakak berseru lagi ketika tak mendapat jawaban dari adiknya. Jessica Fernandez namanya. Cucu perempuan pertama dan putri pertama dalam silsilah keluarga Fernandez.

"Aku baik-baik saja," ucap Lisa setelah tersadar dengan panggilan kakaknya.

"Jangan berbohong!"

"Sungguh, Jess," katanya mencoba meyakinkan sang kakak. "Apa kau di rumah daddy?"

"Tidak. Aku masih berada di perusahaan. Kau tau, Jennifer menyebalkan akhir-akhir ini."

Lisa tertawa hambar mendengar keluhan kakaknya. Jessica dan Jennifer memang seperti kucing dan tikus. Anak pertama dan kedua yang jika dipisahkan akan saling merindukan, tapi jika sedang bersama bak tengah ada perang dingin di antara keduanya.

"Benarkah?"

"Yeah, kakakmu itu keras kepala dan sombong," tutur Jessica dari seberang sana. "Tapi, apa kau sungguh baik-baik saja. Jangan buat aku khawatir, Alisa."

ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang