• Who? •

4.4K 745 97
                                    

Happy Reading

Sorry for typo!

Beberapa jam kemudian ...

Pesawat pribadi milik keluarga Fernandez yang ditumpangi Lisa mendarat mulus di kota para malaikat. Ah, pemandangan yang sungguh dirindukan Lisa. Dia tersenyum kecil saat melihat kakak pertamanya melambai padanya. Jessica menunggunya? Jessica menjemputnya? Benarkah? Padahal kakaknya itu bilang akan sangat sibuk hari ini dan kemungkinan besar tidak bisa menjemputnya, tapi apa yang dia lihat sekarang Jessica justru tersenyum lebar menyambutnya.

Maka, ketika pintu pesawat terbuka dan tangga menyentuh bumi, Lisa langsung saja berlari ke dalam pelukan kakaknya. Melihat Jessica yang menyambut sang adik dengan hangat setelah dua tahun tidak bertemu benar-benar membuat terharu siapa saja yang melihat si sulung dan si bungsu itu bertemu, tak mengelak haru pun dirasakan Rai.

"Ya, Tuhan, aku sanga merindukanmu, adik kecilku." Jessica mendekap erat tubuh adiknya. Begitu rindu hingga tak sadar Jessica meneteskan air mata. Adiknya sudah tumbuh besar, bahkan tinggi mereka sama. Lisa bertambah cantik, adik bungsunya sangat cantik. "Akhirnya kau pulang," ucap Jessica yang begitu akrab disapa Jess. Dia mengusap pipi sang adik saat pelukan mereka terlepas.

Lisa tersenyum dengan manis. "Kau menangis, Jess."

"Apa yang kau bicarakan ..." Jessica tertawa. "Aku merindukanmu."

"Aku juga."

"Ayo, mommy menunggumu," kata Jessica.

"Di mana yang lain?" tanya Lisa sembari berjalan bersama sang kakak menuju mobil mewah yang terparkir menjemputnya. Percayalah lapangan penerbangan itu juga adalah milik keluarga mereka, sehingga jangan khawatir, tak ada paparazi yang mengintai. Keluarga Fernandez memang satu tahun belakangan ini menjadi pusat perhatian dari setiap kalangan, karena tiga putrinya yang luar biasa.

"Mereka menunggu di rumah. Rosaline sedikit sibuk," jelas Jessica.

"Daddy?"

"Sedang di Florida."

"Jess, aku lapar," keluh Lisa saat mobil yang mereka tumpangi mulai meninggalkan area bandara. "Bolehkah mampir sebentar? Rai sama sekali tidak memberiku makan. Di pesawat tidak ada persediaan yang tersisia."

Rai yang duduk di depan memutar bola matanya. Ah, itu tidak sesuai kenyataan yang terjadi, tapi sungguh Rai merasa sedikit lega, Lisa kembali banyak bicara, tidak seperti di pesawat tadi yang hanya bungkam. "Bukankah kau yang menghabiskan semua makanannya?"

Jessica tertawa kecil. "Oh yaampun, adik kecilku ini masih tetap manja juga. Kehidupan sebagai trainee tidak merubahmu sedikit pun, hm."

"Aku tidak pernah berubah, Jess. Trainee itu hanya untuk meningkatkan kemampuanku saja," ucap Lisa. Sejenak dia bisa melupakan masalah dan beban yang dipikulnya, walau setelah ini entah apa yang akan dia hadapi.

• • •

Jennifer memandang sang ibu yang bermondar-mandir di depannya. Wanita itu tampak tidak tenang. Oh ayolah, Jennifer sudah bosan melihat tingkah ibunya ini. Dia menghela napas panjang. Mereka memang sedang menunggu kepulangan si bungsu. Ya, hanya dirinya dan sang ibu.

"Mom, kita hanya akan menyambut kepulangan Alisa, bukan akan menyambut kedatangan presiden. Tenang lah sedikit." Jennifer akhirnya berkomentar juga setelah beberapa saat menahan kesal.

"Kau tidak tau rasanya. Aku sudah dua tahun tidak bertemu dengan adikmu."

Jennifer memutar bola matanya. Ah, drama apa lagi kali ini. "Mom, setiap dua bulan kau mengunjungi Alisa."

ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang