• Pindah •

4.1K 719 114
                                    

Happy Reading

Sorry for typo!

Malam ini merupakan malam kebanggaan untuk para idola yang beruntung itu. Bagaimana tidak, mereka mendapatkan undangan untuk mengisi acara besar yang diadakan satu tahun sekali, termasuk boygroup Jeka dan kawan-kawan.

Ketika di backstage semua tampak bersemangat dan menyapa satu sama lain, tapi lain halnya dengan Jeka. Dia tidak tersenyum bahkan tidak menunjukkan ketertarikannya sama sekali pada siapa pun. Sejak kejadian itu, sejak kehilangan Lisa, Jeka memang berubah total. Dia tidak seperti Jeka yang memulai debut sebagai idola yang dipenuhi senyum manis dan riang, dia hanya ... dia telah berubah.

Tak ayal mendengar semua ujaran sarkas dan hina dari agensi pun berbagai artikel dan komentar tentangnya Jeka tak acuh. Dia tidak memedulikan semua itu. Industri ini mengerikan, semuanya palsu.

Maxie menyenggol lengan Jeka dan berbisik, "Juli terus melirikmu, Jeka. Dia benar-benar menyukaimu. Ayo lah tak ada salahnya."

Jeka memalingkan sejenak wajahnya dan benar saja gadis cantik berambut panjang kecokelatan dengan bola mata besar, bertubuh langsing yang dielu-elukan sebagai top visual idola itu sedang memandangnya dan tersenyum. Jeka berdecih, dan tak peduli.

"Gezz, Jeka, she's Juli." Maxie berujar lagi.

"Ambil saja, jika kau mau," kata Jeka singkat.

"Dude, kau masih memikirkan Lisa huh?? Dia pergi meninggalkanmu! C'mon, buka matamu, dia tidak benar-benar mencintaimu. Lihatlah Juli, dia cantik dan memiliki banyak penggemar."

Jeka melirik Maxie dengan tatapan dalam yang membunuh. "Tutup mulutmu atau kupukul wajah sok kerenmu."

Maxie sedikit terkejut dengan ucapan tegas yang terlontar keluar dari belah bibir Jeka. "Aku hanya ingin menyadarkanmu saja." Dia lalu merangkul Jeka. "Kau ini salah satu idola yang memiliki banyak penggemar. Kau tampan dan si Juli, dia sangat cantik. Shipper kalian juga banyak di luar sana, tak salah mengambil keuntungan dari fenomena ini kan? Oh astaga seharusnya aku menjadi staff saja daripada idola, aku terlalu cerdas." Maxie tertawa kecil dan membanggakan dirinya sendiri, sementara Jeka mendecih dan beranjak menjauh dari Maxie.

Jeffrey yang berada dekat dengan Jeka tertawa kecil dan berkata, "Tidak perlu dengarkan Maxie. Aku tau perasaanmu."

"Jeff, dia benar-benar pergi dariku."

Jeffrey menarik napasnya. Jeka benar-benar terpuruk kehilangan sosok Lisa dalam hidupnya, dan Jeffrey tau bagaimana rasanya. "Aku tau, tapi aku hanya bisa mengatakan ini padamu, dia yang kau cinta belum tentu bisa kau miliki. Sekarang lihatlah apa yang ada di depanmu. Perjalanan panjang demi karirmu, perjuanganmu untuk debut, lihatlah semua itu. Tidak sedikit yang kau korbankan demi menjadi dirimu yang sekarang."

Jeffrey benar-benar bicara panjang lebar, dan percayalah dari semua rekan di grupnya hanya Jeffrey yang mau didengar Jeka, sebab pembawaan pemuda ini yang begitu tenang dan tidak memihak sebelah.

"Jangan sampai cinta menghancurkan mimpi-mimpimu. Jika kau sudah berada di puncak nanti, kau bisa memiliki siapa pun yang kau cintai. Dan jika Lisa memang jodohmu, kalian akan dipertemukan kembali, entah kapan, percayalah pada garis tanganmu sendiri."  Jeka yang tertunduk menarik senyumnya. Dan Jeffrey bisa melihat itu. "Ayo, kita harus menampilkan yang terbaik malam ini untuk penggemar kita."

• • •

Satu hari setelah lontaran kata yang dikeluarkan sang ayah bahwa dia harus meningalkan rumah sebenarnya membuat Lisa ingin menangis tak karuan. Apa yang dia bayangkan bahwa pulang ke rumah adalah pilihan terbaik untuk berlindung, justru hal yang terjadi malah sebaliknya. Begitu tega sang ayah menyuruhnya untuk keluar, dan tidak seorang pun yang membela dirinya kecuali Rosaline.

ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang