Happy Reading
•
Sorry for typo!
Setelah kepergiaan Rosaline yang meninggalkan ketegangan untuk Jennifer dan Jessica, kedua anak kembar tidak identik itu saling memandang. Jennifer menghela napas panjangnya dan menopang berat badannya pada pagar balkon.
Emosi Rosaline jujur saja tersampaikan pada keduanya, tapi entah mengapa Jennifer dan Jessica masih keras hati dan sama sekali belum tergerak untuk mengambil keputusan apa pun bahkan setelah tujuh bulan Lisa diasingkan dari mereka.
"Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan," ucap Jessica. Jennifer memejamkan sebentar matanya. "Kau ingin menemui Alisa?" tanyanya kemudian.
"Aku merindukannya, tapi ..." Jennifer menggantung ucapannya sejenak. "... tapi aku belum yakin pada diriku sendiri apa aku masih menatapnya sebagai adik kecilku lagi, atau seseorang yang sangat mengecewakanku."
"Rosaline benar, Jenn ... tidak seharusnya kita seperti ini. Bagaimana pun Alisa adalah adik kita." Jennifer terdiam dan Jessica hanya memandangnya kemudian mengusap pundak adik kembarnya itu. "Redakan emosimu, dan bergabunglah dengan yang lain, jangan membuat mommy mencari kita," ucapnya lalu meninggalkan Jennifer sendirian di balkon sana.
Jennifer memang berusaha keras mengendalikan dirinya sendiri. Mungkin dia terlihat yang paling arogan dari saudarinya yang lain, terlihat paling tidak peduli, paling bengis, paling tidak ingin terlihat lemah. Tapi, percayalah itu hanya tembok pertahanan untuk dirinya sendiri. Jauh di balik itu semua, Jennifer adalah sosok yang bisa menangis kapan saja, merasa lelah dengan dunia yang dia jalani, bahkan dia begitu mencintai Alisa, tapi memang tangannya belum sampai untuk memeluk sang adik ... entah mengapa. Percayalah Jennifer merindukan Alisa, dan begitu mencintainya.
Merasa emosi dan pikirannya mulai stabil, Jennifer hendak berbalik dan bergabung dengan pesta ulang tahun ayahnya, tapi baru saja dia membalikkan tubuhnya dia terkejut bukan main dengan kehadiran Valerio di sana. Pria itu berdiri beberapa langkah tepat di hadapannya dengan pandangan yang jujur saja sedikit sulit untuk diartikan Jennifer sendiri.
"Sudah berapa lama kau di situ?" tanya Jennifer. Tatapannya nyaris membulat sempurna karena rasa kaget.
"Cukup lama untuk mendengar semuanya," jawab Valerio santai. Inikah yang disembunyikan Jennifer darinya? Oh bukan, tapi yang disembunyikan keluarga Fernandez. Anak bungsu mereka yang sedang hamil dan diasingkan.
"Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu, bahwa tidak sopan menguping pembicaraan orang lain?" Intonasi Jennifer meninggi. Dia marah, dia marah kali ini.
"Jenni, I'm sorry," ucap Valerio mendekat. "Aku mencarimu dan aku tidak sengaja mendengar semuanya."
"Bajingan, seharusnya kau tidak mendengarnya!"
"Aku tidak akan memberitahu siapa pun," ujar Valerio hendak memegang pundak Jennifer, tapi gadis itu menolak tegas. "Jen, kau bisa percaya padaku. Aku sudah berulang kali katakan padamu, kau bisa berbagi apa pun denganku. Hei, aku ini tunanganmu, Jenn."
"Berhenti peduli padaku!"
"Jenni ..."
"Aku tidak butuh dirimu, atau belas kasihanmu, atau kepeduliaanmu, aku tidak membutuhkan semua itu!" teriak Jennifer dengan emosi yang menggebu-gebu.
Sikap perempuan itu mengejutkan Valerio bukan main. Tapi, entah mengapa Valerio tetap berdiri di sana. Seakan dia benar-benar ingin menjadikan dirinya sebagai tempat untuk Jennifer bersandar. Sungguh, Valerio tau bahwa tunangannya ini lelah ... dia lelah dengan semua beban yang dipikulnya sebagai artis muda, pendidikannya, bahkan kehidupan keluarga dan satu hal yang kini baru saja Valerio ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ꜱᴏɴ • ʟɪꜱᴋᴏᴏᴋ
Fanfiction15+ From Instagram Liskook's fanfiction by @storiesbybelleza • Tentang Alisa Fernandes yang harus berjuang mempertahankan anaknya dan meninggalkan mimpi besarnya sebagai seorang idola pop Korea. "Dia bukan putramu, jangan sekali-kali mengatakan itu...