46. HARI TERAKHIR

79 11 11
                                    

Pagi tadi kondisi Melvin tiba-tiba drop. Dokter mengatakan bahwa Melvin membutuhkan donor ginjal. Sementara itu, ginjal adalah organ yang penting. Ginjal Zavira, dan Dhea tidak cocok. Sedangkan Marco dan Marissa sepertinya tidak berniat mendonorkan. Alasannya adalah pekerjaan, Marco dan Marissa harus selalu sehat.

Empat orang itu termenung, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sebelum akhirnya penawaran seseorang membuyarkan lamunan mereka.

"Biar aku saja yang mendonorkan ginjal untuk Melvin. Kata dokter ginjal ku cocok." ucap gadis dengan dress putih.

"Cleora?" beo Marissa.

"Izinkan aku untuk itu, Tante." ucap Cleora. Ya, Cleora yang menawarkan diri.

Marco berdehem lalu berucap. "Ini bukan hal kecil."

Cleora menggeleng. Gadis itu sudah memiliki tekad yang bulat. "Tidak apa-apa, aku sudah pikirkan ini matang-matang dan aku ikhlas."

"Bagaimana dengan keluargamu?" tanya Zavira.

Cleora tersenyum getir. "Siapa yang peduli?"

Marissa mengangkat kepalanya. Apa ini yang dirasakan Melvin? Pikir wanita itu. Marissa sadar bahwa Cleora diperlakukan sama seperti dirinya memperlakukan Melvin, tidak bahkan lebih parah.

🧸🧺

"Kamu yakin, Cle? Ini resikonya besar." ucap Zavira.

Kedua gadis itu berbincang di taman rumah sakit. Dengan hembusan angin, dan suasananya yang sendu.

Cleora tersenyum, lalu gadis itu berucap. "Tenang aja, setelah ini aku nggak akan sakit lagi kok. Sakit fisik maupun mental, aku akan lebih baik nantinya."

Zavira mengerutkan keningnya. Gadis itu tak paham apa yang dikatakan oleh Cleora. "Hah, maksud kamu gimana, Cle?"

Lagi-lagi Cleora tersenyum lalu berucap. "Sebenarnya ginjal aku tinggal satu."

Zavira membulatkan matanya, gadis itu terkejut. "CLE, KAMU GILA!? AKU NGGAK SETUJU KAMU HARUS BATALIN SEMUA INI."

"Zav, kamu kan tahu cinta aku nggak pernah dibales sama Melvin, bahkan dia juga nggak kenal sama aku. Biarkan aku berkorban untuk kali ini." jawab Cleora.

"Setidaknya kalau aku dan Melvin nggak bisa bersatu, maka salah satu organku akan terus bersama Melvin sampai akhir nanti." lanjutnya.

"Masa depan kamu masih panjang, Cle." ucap Zavira.

Cleora meraih kedua tangan Zavira menggenggamnya dengan erat. "Buat apa aku hidup, aku gagal di segala hal."

"Orang tuaku seakan membuangku, aku tidak punya teman, dan aku gagal dalam percintaan. Aku sakit luar dalam. Aku juga mau tenang, Zav, mau bahagia biarin aku berkorban untuk kali ini."

Cleora semakin erat menggenggam tangan Zavira untuk meyakinkan gadis itu. "Aku ikhlas."

Air mata Zaviraira mulai meluruh membasahi pipi cantik gadis itu. "Apa aku merebut Melvin dari kamu, Cle?"

Cleora menggeleng gadis itu kembali tersenyum. "Nggak, kamu itu rumah Melvin, kamu itu kebahagiaan Melvin aku titip Melvin sama kamu."

"Aku percaya Melvin akan selalu bahagia bila bersama kamu. Aku lebih percaya sama kamu ketimbang sama adik aku sendiri, loh. Karena aku tahu Melvin sayangnya cuman sama kamu. Jagain, ya?" ucap Cleora.

"Jangan hancurin kepercayaan aku ke kamu. Melvin akan hancur lagi kalau kamu pergi." lanjutnya.

"Cle ... kamu baik banget." ucap Zavira sembari memeluk Cleora.

Cleora tersenyum lalu berbisik pada Zavira. "Hari ini cuacanya cerah tapi nggak panas aku suka. Ini waktu yang tepat untuk istirahat."

Zavira menangis, menyadari betapa lembutnya hati Cleora. Selain itu, Zavira juga merasa bersalah.

"Oh iya, sebelum aku pergi apa boleh aku peluk Melvin dulu?" tanya Cleora.

Zavira melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya. "Iya, boleh, Cle."

Senyum Cleora mengembang. Memang gadis yang murah senyum. "Terima kasih, Zav. Aku nggak akan berlebihan kok."

🧸🧺

Zavira, Cleora dan Melvin. Tiga remaja dalam ruangan bernuansa putih. Tak lain adalah ruang rawat inap Melvin.

Operasi akan dilaksanakan sebentar lagi. Ini adalah detik-detik terakhir Cleora. Gadis itu menatap Zavira, guna meminta izin. Zavira tersenyum lalu mengangguk.

Cleora menyentuh pipi Melvin dengan lembut. "Melvin, makasih udah ngisi hari-hari aku selama ini. Bahagia terus sama Zavira, ya? Aku cuma ingin kamu tau kalo aku sayang sama kamu. Nyatanya semesta tidak mengizinkan aku untuk memiliki kamu."

"No problem. Aku nggak papa, yang penting kamu bahagia." ucap Cleora.

Gadis itu meraih mengusap surai milik Melvin. "Impian aku tercapai, dari dulu aku pengen megang rambut kamu."

Terakhir, Cleora meraih tangan Melvin dan mencium punggung tangan laki-laki itu. "Aku pamit, ya? Bahagia selalu." ucap Cleora.

Setelah itu, Cleora kembali menatap Zavira, dan mengeluarkan box biru dari tasnya. Cleora menyerahkan box itu pada Zavira.

"Tolong kasih ke Melvin, ya? Yang penting Melvin udah baca, setelah itu dibuang nggak apa-apa." ucap Cleora.

"Pasti aku sampaikan dan aku jaga, Cle." jawab Zavira.

"Zavira, aku nggak ada niatan buat ganggu hubungan kamu. Tapi inilah keinginan aku. Melvin tetap milik kamu selamanya. Ada atau tidaknya aku, nggak memengaruhi itu." ucap Cleora.

🧸🧺

Operasi berjalan lancar. Jenazah Cleora sudah dimakamkan. Zavira kini menangis sesenggukan sambil menatap dirinya dalam cermin toilet.

Membayangkan betapa beratnya menjadi seorang Cleora. Gadis itu disembunyikan oleh keluarganya, tidak dianggap ada. Lalu kini, di hari terakhirnya pun orang tuanya datang untuk formalitas belaka. Raut sedih itu hanya sebuah akting.

Lalu tiba-tiba handphone gadis itu berdering. Buru-buru Zavira mengangkat teleponnya. "Halo?" sapa Zavira.

"Keruangan Melvin, dia sudah sadar." ucap Dhea.

"Baik, Kak "

Zavira segera keluar dari toilet dan menuju ruangan Melvin seperti yang diarahkan oleh Dhea. Gadis itu memasuki ruangan Melvin.

"Zav ... " lirih Melvin.

Zavira segera menghampiri Melvin dan meraih tangan laki-laki itu. "Udah baikan, sayang?" tanya Zavira dengan wajah khawatir.

Melvin hanya terdiam menatap Zavira. Lalu laki-laki itu berucap. "Lo dari mana?"

"Gue dari toilet. Perut lo masih sakit?"

Melvin menggeleng. "Sedikit."

"Lo habis nangis, Zav?" tanya Melvin.

Zavira terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Tak mungkin bagi Zavira membahas Cleora sekarang, dikhawatirkan akan membuat Melvin kepikiran.

"Gue khawatir banget tau," ucap Zavira dengan wajah cemberut.

Melvin tersenyum tipis. Betapa gemasnya memiliki kekasih seperti Zavira. Meski orang-orang bilang Zavira itu cuek dan pendiam, tapi bagi Melvin, Zavira adalah sosok yang cerewet dan menggemaskan.

"Gue baik-baik aja." ucap Melvin guna menenangkan Zavira.

"Itu semua karna ada Cleora, Vin. Tanpa dia lo hancur." batin Zavira.

🧢💙

Selamat tahun baru 2023!

Semoga tahun depan jauh lebih baik dari tahun ini, ya! Kalau tahun ini kalian banyak menemui kegagalan, percayalah, bila saatnya tiba kalian akan menjadi kebanggaan.

Tentang Kasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang