40. TANGGA

81 17 20
                                    

“Ikuti alurnya, menyesal tak akan bisa memperbaiki apapun. Ambil hikmahnya saja.”

The author of the story
'Tentang Kasta'—

☀️☀️☀️

Melvin menatap dirinya di pantulan cermin. Mata sayu, bibir kering, wajah pucat dan rambut yang berantakan. Ya, itulah penampakannya.

Satu bulan hidup tanpa Zavira membuat Melvin sangat berantakan. Meski statusnya hanyalah pacar, namun memang hanya Zavira yang mengerti dan selalu ada untuk Melvin.

Senyumnya, dekapannya, gelora tawanya, binar matanya, dan semua yang ada pada Zavira adalah obat bagi Melvin. Zavira benar-benar menjadi satu-satunya perempuan paling berharga bagi Melvin.

"Nggak ada lo. Buat apa gue hidup, Zav?" ucap Melvin.

"Hidup gue cuma buat lo." lanjutnya.

Tubuh Melvin terasa lemas. Tenaganya terkuras memikirkan gadisnya. Namun, asupan makanan yang Melvin konsumsi sangat sedikit.

"Tuan? Makan malam sudah siap." ucap Will di depan pintu toilet.

Melvin pun segera keluar dari toilet. Will membantu Melvin berjalan dan duduk di ranjangnya.

"Informasi apa yang kamu dapat?" tanya Melvin.

Will menunduk. "Belum, Tuan. Saya sedang melacak tempat tinggal Kanio Danareksa, adik dari nona Zavira."

"Rasanya lelah, saya ingin menyerah." lirih Melvin.

Will mengerutkan keningnya. "Berhenti mencari, Tuan?" tanya Will.

Melvin tersenyum tipis dan menggeleng. "Berhenti hidup." tegas Melvin.

Will mengangkat kepalanya. Pria itu menepuk pundak Melvin. "Tuan. Saya tau ini berat. Namun mengakhiri hidup bukanlah hal yang benar. Saya yakin nona Zavira kecewa jika Tuan melakukan hal itu."

"Dia sudah tidak peduli dengan kondisi saya. Buktinya dia pergi." ucap Melvin.

"Kepergiannya bukan karena keinginan, tapi karna suatu keharusan. Nona Zavira hanya pergi, bukan meninggalkan. Jika ia tau keadaan Tuan seburuk ini, ia pasti akan kembali." ucap Will.

"Apa saya memang tidak ditakdirkan bahagia? Apa saya dan Zavira tak pernah ditakdirkan untuk menjadi sepasang kekasih?" tanya Melvin.

Will menarik nafasnya. "Bahagia itu sederhana, Tuan. Syukuri saja nona Zavira masih hidup. Kapanpun waktunya pasti akan kembali."

"Yang palingan menyakitkan adalah ditinggalkan untuk selama-lamanya." ucap Will.

"Saya akan berusaha terus mencari, untuk Tuan." lanjut pria itu.

Melvin menatap Will dan tersenyum. Pria ini bahkan lebih perhatian daripada Marco, ayahnya. "Terima kasih. Saya mengapresiasi prestasi mu, Will." ucap Melvin.

🧺🧸

Zavira kini sedang berada di rumah Ditya. Mereka belajar untuk persiapan lomba. Meski Zavira sebenarnya ingin menjauhi Ditya, namun demi prestasinya Zavira akan berusaha.

"Asha, ayo makan dulu, sudah malam." titah Ibu Ditya.

"Nggak usah Tante, saya udah makan sebelum kesini." tolak Zavira pelan.

Ibu Ditya menarik tangan Zavira untuk menuju dapur. Mau tak mau Zavira harus menurut daripada jadi masalah.

"Ayo duduk. Anggap rumah sendiri aja, Sha." ucap Ditya.

Tentang Kasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang