34. JIWA TAK BERTUAN

104 28 11
                                    

“Hei, Nona. Bukankah usiamu sudah belasan? Apa kau belum pernah diajarkan apa itu 'rasio', Nona?"

—Marco Derrick Garenza—

☀️☀️☀️

Pagi tiba, Zavira bangun dari tidurnya. Mata sembab, hidung merah, bibir kering dan wajah pucat, serta rambut yang berantakan. Itulah yang Zavira lihat di pantulan cermin.

"Sakit banget Vin," gumam gadis itu.

Zavira masih sangat menyayangi kekasihnya. Ia tak bermaksud meninggalkan Melvin, ia hanya tak ingin menjadi perusak keluarga Garenza.

Zavira ingin Melvin bahagia bersama keluarganya. Namun, pilihan Zavira belum tentu benar 'kan? Melvin bahkan sangat tersiksa sekarang.

"Asha? Sarapan dulu atuh," ucap Ela, nenek Zavira.

Asha adalah panggilan Zavira di Bandung. Semua tetangganya memanggil Zavira dengan nama itu.

Ya, Zavira kini berada di Bandung. Zavira berada di rumah neneknya, dan tinggal berempat dengan adiknya, Kanio.

"Iya," jawab Zavira dengan suara seraknya.

Zavira duduk di karpet dengan beberapa mangkuk sayur. Nuansa tradisional, sangat berbeda dengan meja makan mewah milik Melvin.

Zavira tersentuh kala melihat sambal yang disajikan di atas lemper. Ia mengingat Melvin yang girang melihat batu yang digunakan untuk menumbuhkan cabai tersebut.

"Kakak teh senyum-senyum wae! Dimakan atuh," seru Kanio.

Seruan Kanio membuyarkan lamunan Zavira. Gadis itu segera menyantap masakan neneknya.

"Kakek di mana?" tanya Zavira.

"Jam segini mah, dia udah ke sawah atuh." jawab Ela.

Zavira mengangguk mengerti. "Habis ini aku mau daftar SMA di daerah sini." ucap Zavira.

"Sha, kamu teh udah yakin? Daerah sini teh rawan cowok genit." ucap Ela.

"Nggak papa kok, aku bisa jaga diri. Soal beasiswa, aku ikhlaskan itu. Aku udah konfirmasi pak Siro dan beliau mengizinkan." terang Zavira.

"Hangus itunya?" tanya Kanio.

Zavira menggeleng. "Kalo aku berubah pikiran, aku bisa ambil lagi. Dengan syarat aku menorehkan satu prestasi lagi."

"Bagus atuh. Nanti kamu teh minta diantar sama Ditya! Dia pinter di sekolah!" ujar Ela.

"Duh, aku malah nggak enak." Ucap Zavira.

"Nggakpapa kak, dia baik kok. Nanti aku panggilin." ucap Kanio.

🧺🧸

"Kamu teh tadinya sekolah dimana?" tanya Ditya.

Laki-laki itu mengendarai motor dengan Zavira. Ya, ia akan mengantar Zavira mengurus berkas kepindahan di sekolah.

"SMA Rigatha." jawab Zavira.

"Hah!?" Ditya mengerem motornya mendadak.

"Aduh! Kamu kenapa sih!" protes Zavira.

Ditya kembali menjalankan motornya. "Maaf, aku teh kaget aja gitu. SMA Rigatha itu kan sekolah yang bagus pisan." ucap Ditya.

Mereka akhirnya sampai di sekolah yang Zavira tuju. SMA Negeri 1 Sawaran. Sekolah itu terlihat sederhana, bagian yang Zavira suka adalah banyak tanaman bunga di sekolah itu.

Tentang Kasta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang