21 - Hot Sexy

3K 378 121
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2

1 - Hot Sexy

°°°

Hari libur atau bukan, sama saja. Hari biasa aku menghirup bau badan orang-orang yang datang ke tempat kerja disertai debu-debu jalanan, sekarang hidung menghirup bau pakaianku sendiri yang ternyata bau amis, padahal aku bukan keturunan ikan. Miris, sekali-sekali pengin juga hidung ini penuh mencium harum surgawi, seperti tubuh Akbar atau udara sejuk negeri orang, lebih baik lagi kalau di negeri orangnya sama Akbar.

Setumpuk pakaian yang satu minggu ini belum kucuci sudah ada di pinggang, di bawa ke lantai dua yang mana di sana merupakan tempat mesin cuci berada. Heran, kenapa Bu Kos menyiapkan mesin cuci di lantai dua padahal lebih enak di lantai satu yang lancar airnya. Walau harus kuakui kalau posisinya sangat nyaman karena langsung terkena sinar matahari setelah dikeringkan bisa langsung jemur dan ada meja untuk setrika juga. Hanya satu masalahnya, sulit air, semoga sekarang tidak.

"Lu ngumpetin ikan asin di cucian lu ye, Sti?" tanya si Malik yang baru keluar kamar dan kebetulan berpapasan.

"Sembarangan! Seminggu kagak dicuci, nih."

"Pantesan. Bau tongkol," ucap si Malik cekikikan sembari kabur menuruni tangga.

Aku tidak sempat melawan omongan buruknya, jadi kucakar saja angin untuk menghilangkan kesal. Masih pagi harus menghemat tenaga, jangan sampai habis hanya untuk meladeni orang berlebihan energi seperti si Malik.

Beruntung mesin cuci tidak ada yang pakai, tumben sekali padahal ini hari libur. Begitu kubuka ternyata ada isinya, sekali lihat sudah bisa ditebak ini milik siapa karena ada beha merah jambu di sana. Dilihat dari kondisinya sih ini belum bersih, kunyalakan ternyata tidak ada pergerakan. Ya, mesin cucinya sepertinya rusak, lagi, seperti tahun lalu.

"Ah elah pake rusak segala, mager bener kudu ngegosok," keluhku seraya melihat ke arah toilet yang secara mengejutkan ada seseorang di sana. Itu Akbar, memakai kaos putih dengan selang di tangan. "Bar?"

Akhir-akhir ini cowok itu memang aneh, tapi meski aneh bulu kakinya yang kelihatan karena celananya diangkat itu tetap menarik. Tapi percuma karena bulu kaki tidak bisa diajak bicara, sedangkan orangnya kupanggil sejak tadi masih saja menatap tembok, membiarkan ember cuciannya penuh oleh air sampai meluap-luap.

"Akbar? Lo sehat kan? Lo udah makan kan? Kenapa ngelihatin tembok terus sih?" Kulihat tembok sesekali, barangkali memang ada sesuatu. Tidak ada. "Bar?" Kugerak-gerakkan telapak tangan di depannya, dia masih fokus dengan pikiranya.

"Ini semisal kalau gue cium dia sadar gak ya?" gumamku kesal.

Penasaran, aku ikut masuk ke dalam toilet seraya terus menerus memanggil namanya pelan. Kalau malam hari aku tidak akan berani begini seganteng apapun Akbar, tapi mumpung ini minggu pagi jadi tidak mungkin dia sedang kesurupan kan?

KOSAN CERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang