24 - Perhatian Prihatin

1.7K 353 88
                                    

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan. mampir yaa!!

-----------------------

24 – Perhatian Prihatin

•••

Gara-gara—Om Diyat— si jomlo tua bangka yang melarangku pulang lebih sore padahal aku dibutuhkan untuk membantu di pengajian selametan rumah ibu tetangga baru, membuatku mau tidak mau datang sama seperti teman kosan yang lain, di jam tujuh malam.

Belum lagi si Hana yang dimintai tolong juga tidak ada di kosan, menurut penghuni kos gadis itu sudah lama pergi, tepatnya dari siang dan sampai malam ini belum juga kembali. Dia tidak bisa dihubungi, tapi tidak mematikan teleponnya, dia hanya ... seperti tidak ingin diganggu oleh siapa pun.

Makanya tidak heran kalau sekarang aku kelimpungan. Baru masuk ke dapur saja sudah disambut tatapan sinis Bu Kos sembari memegang kue yang akan segera dipotong. Aku hanya cengengesan saja sembari basa-basi membantu, untung si Ibu tetangga baru yang juga berada di dapur tidak begitu mempermasalahkan keterlambatanku.

"Maaf, Bu, baru dateng. Soalnya enggak dibolehin pulang sore-sore sama Om Diyat," ucapku walau respons si ibu tetangga baru terlihat kurang familier dengan nama itu. "Om Diyat warung kopi deket jalan utama, Bu. Enggak jauh dari sini, katanya dia juga diundang dan bakalan dateng."

"Oh jadi kamu teh kerja di sana ya? Enggak apa-apa atuh kalau telat mah, mau bantuin di sini juga udah alhamdulillah." Si Ibu tetangga baru menyodorkan satu pak kantong keresek, dia memerintahkan padaku untuk bantu membungkus nasi di sterofoam box bersama ibu-ibu yang lain. "Untung si Bapak, suami Ibu, kenalan lama sama Pak RT Mandalasari, jadi enggak bingung mau ngundang siapa-siapanya."

"Iya, Bu. Asti kerja di sana, cewek sendirian, tapi untung enggak pernah kena cambuk kayak Ibu sama si Bapak."

"Ah kamu, itu mah beda urusan. Kalau kamu mah kan di sana karena pekerjaan, kalau Ibu karena kewajiban."

"Kewajiban dicambuk, Bu?"

"Ya bukan. Itu tergantung rikuesan, hehe."

Sejujurnya aku masih belum mengerti sepenuhnya dengan apa yang si ibu tetangga baru katakan. Entah cambuk menyambuk itu betulan atau hanya lelucon orang dewasa saja untuk membuat pembicaraan jadi tidak begitu ada pemisah antara orang yang sudah berumah tangga dan yang belum berumah tangga sepertiku.

Aku tidak menanggapi setelah itu karena tidak enak dengan keadaan tengah melakukan pengajian, tapi sepengalamanku membantu di dapur bersama ibu-ibu memang suka menggosip tentang banyak hal, bahkan tidak jarang mengenai rumah tangganya sendiri. Seperti sekarang di sudut lain yang sedang mengisi kotak berkat sedang membicarakan betapa senangnya ibu-ibu punya tetangga baru karena bisa melakukan banyak hal bersama, seperti senam, belanja sayur, arisan, dan masih banyak lagi.

KOSAN CERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang