16 - Burung Keras dan Nasib Menyedihkan

2.6K 405 78
                                    

• selamat membaca •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• selamat membaca •

__________

16 - Burung Keras dan Nasib Menyedihkan

°°°

Semenarik-menariknya Om Diyat pagi ini mengenakan pakaian serba putih, aku tidak mengatakan kalau setelan itu cocok untuknya. Serese-resenya si Rian yang menaruh kain lap bekas membersihkan meja di atas kepalaku, aku tidak memberinya makian. Datang ke Yang Kusayang untuk bekerja saja cukup membuatku kehabisan tenaga karena terlalu difokuskan pada rasa bersalah.

Setelah kejadian pengusiran si Ica kemarin, dia benar-benar pergi seusai menjelaskan kejadian sebenarnya seperti apa. Meski aku dan si Hana sudah meminta maaf dan menahannya untuk tidak pergi, dia tetap pergi. Bahkan, aku tak mendengar kalau dia sudah memaafkanku atau si Hana, itulah yang membuat energiku habis karena terlalu memikirkannya. Belum lagi aku sudah bicara kasar padanya, memang tidak tahu diri sih kalau berharap si Ica baik-baik saja setelah perkataanku waktu itu.

"Kenapa sih Sti kerjanya kok lemes gitu?" tanya Om Diyat sembari membuka Youtube dengan ipad yang belum pernah kulihat sebelumnya. "Galau ya?"

"Iya, Om. Tapi bukan galau cinta ya, galau yang lain."

"Paling juga galau karena gak punya duit," singgung si Rian.

"Diem deh Yan, gue lagi sedih malah ngejek."

"Terus kenapa Asti Cantik?" Om Diyat kembali bertanya yang membuat suasana hatiku membaik, tapi begitu melihat dia tidak menoleh dan fokus pada ipadnya malah membuat kesalku bertambah. "Cerita dong biasanya juga cerita."

"Enggak ah, Om Diyat aja bilang Asti cantiknya enggak lihat ke Asti malah sibuk sama telenan barunya," jawabku ketus.

"Saya lagi main burung marah-marah, Asti. Lagi atur strategi!" Laki-laki itu langsung menunjukkan ipadnya dengan gambar score akhir permainan Angry Birds, lalu ia menyimpannya dan fokus memperhatikanku. "Sekarang udah menang, ada masalah apa?"

"Asti Cantiknya mana?"

Menarik napas. "Ada masalah apa Asti Cantik?" tanya Om Diyat dibarengi senyuman aneh.

Aku sudah membuka mulut, tapi tertahan karena kupikir tidak sebaiknya masalah itu diceritakan ke orang di luar kosan. Bagaimana kalau respons orang-orang berbeda dan malah menyudutkan si Ica atau aku yang sudah jahat kepadanya, nanti malah membuatku down. Apalagi kalau sampai mereka gosip di dekat Bu Kos pasti wanita tua itu akan sangat sedih mendengarnya. Belum lagi ini tempat mengopi di mana segala macam diskusi terjadi di sini.

"Enggak jadi, deh," jawabku memasang senyum bersalah.

"Kemarin ada yang cerita setengah-setengah besoknya mati loh, Sti," sahut si Rian dengan lobang hidung yang membesar.

"Amit-amit, coy. Mulutnya gak pernah baca qur'an nih. Lu lahir diadzanin gak sih?"

"Bapak gue ustad, ege!"

KOSAN CERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang