SEBELUMNYA, aku mau ngasih tahu kalau Kosan Ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan. mampir yaa!!
•••
39 – Dibanggakan
•••
"Beneran gak mau gue anterin? Bisa kok ini gue bonceng tiga," ucap si Rian yang baru datang dengan motornya.
Aku dan Akbar tadinya sudah berjalan lebih dulu, tepat di pertigaan cowok bermotor hitam baru dicuci itu datang menawarkan tumpangan. Aku tidak marah atas niat baiknya, tapi coba pikir sendiri apa motor yang luas dudukannya itu terbatas bisa menampung tiga orang? Belum lagi karung dan beberapa keresek yang kami bawa masing-masing.
"Iya emang bisa. Bisa kempes motor lu. Jangan sampe gue lempar juga ini dodol ke muke lu ye!" Ketusku yang langsung ditanggapi refleks menghindar. Selain aku bawaannya memang selalu kesal setiap kali melihat si Rian, aku juga semakin kesal karena niat baik cowok itu malah mengganggu aksi berduaanku dengan Akbar.
"Kalau kempes tinggal kita dorong aja bareng-bareng."
"Dih, ogah."
Akbar tertawa, disusul si Rian. Di satu sisi aku menjadi awkward karena tidak mengerti kenapa mereka berdua tertawa padahal responsku sudah sangat ketus. Ada momen di mana aku memperhatikan tubuhku sendiri, meraba, menyapu pandangan barang kali ada yang aneh seperti upil hitam di hidung yang sudah kering atau baju yang terkena tai ayam, tapi ternyata tidak ada. Bukan aku yang aneh, tapi mereka.
"Marah-marah mulu ya dia kerjaannya," celetuk si Rian pada Akbar. "Semoga telinga lo enggak rombeng dengerin dia marah-marah terus setiap hari."
Sok Akrab banget,
"Asti kalau enggak marah kayaknya enggak afdol, Yan," sahut Akbar. Aku sedikit kesal karena aku tidak pernah marah-marah atau memaki dia seperti apa yang kulakukan pada si Rian. Cowok itu sesekali memandangku sembari menggigit jari telunjuknya. "Tapi ... kayaknya dia cuma marah-marah ke lo deh, haha."
Aku kontan memandang Akbar, walau pencahayaan jalanan hanya dengan satu lampu temaram tapi aku bisa melihat wajahnya juga terkejut, si Rian juga melakukan hal yang sama. Kali ini kesalku bertambah jadi kepada dua orang, apa maksudnya coba bilang begitu? Kalau nanti si Rian jadi kepedean dan membahas hal itu terus bisa-bisa aku juga ikut marah-marah pada Akbar.
Aku mengedipkan mata berulang kali sampai Akbar merasa bersalah dan meminta maaf canggung. Sesekali kuselipkan helaian rambut ke ujung telinga dan membuat suara batuk dramatis supaya tidak kaku-kaku amat. Kalimat Akbar tadi cukup membuatku tidak berselera untuk marah-marah lagi pada si Rian.
"Gue balik deh kalau gitu."
Kami benar-benar tidak ada percakapan lain. Si Rian pamit dengan senyum tidak jelas menempel di bibirnya, Akbar kembali menggendong beras pemberian Om Diyat setelah sebelumnya memberi ajakan pelan padaku untuk melanjutkan langkah pulang. Sedangkan aku hanya mendapati kebingungan, bingung dengan tingkah mereka berdua, dan bingung ternyata Akbar dan si Rian bisa tampak seakrab itu dan nyambung satu sama lain saat bicara. Padahal, seingatku kalau ketemu di Yang Kusayang mereka tidak begitu sering ngobrol berdua. Atau mungkin hal seperti itu yang selalu dibilang orang-orang? Bahwa laki-laki cenderung mudah mendapatkan teman baru karena mereka sok kenal sok dekat satu sama lain tanpa pernah merasa risi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN CERIA
HumorAsti tidak menyangka Kosan Ceria yang kadang membosankan di setiap harinya karena hanya diisi oleh si Hana, si Ica, si Malik, dan si Wahyu setelah kepergian salah satu penghuni laki-laki, kini mendadak membangkitkan semangatnya lagi. Bagaimana tidak...