Tiga

960 146 2
                                    

Hari ini Takemichi menemui Draken di tempat pria itu. Semua orang sudah berbahagia dengan jalannya masing masing, hingga Draken merasa tidak bisa melibatkan yang lainnya, Takemichi juga berfikir begitu.

Sehingga kali ini mereks berdua yang akan membawa Mikey kembali.

"Draken-kun." Panggil Takemichi. "Apa kamu mengenal (Name)-san?"

Ada jeda hening untuk beberapa menit.

"Maksudmu Asaki (Name)?" Tebak Draken. Takemichi mengangguk.

"Tentu saja, aku rasa dia sahabat baik Emma yang pertama. Dulu mereka sangat akrab, mereka pergi jalan jalan, berbelanja, dan menginap di rumah Emma." Cerita Draken.

"Semakin dekat karena setelahnya (Name) menjadi kekasih Mikey." Draken tersenyum kecil. "Aku masih ingat sebahagia apa Mikey setiap membahas tentang (Name)."

"Tapi itu hanya cerita masa lalu." Lanjut Draken. "Aku rasa kami semacam salah menilai, (Name) tidak sebaik itu. Dia meninggalkan semuanya tanpa sepatah kata. Mikey sempat terpuruk karena itu."

Takemichi terdiam. Semua orang salah paham kepada (Name), padahal gadis itu luar biasa baik.

"Kamu salah, Draken-kun! (Name)-san adalah kunci semuanya." Ucap Takemichi.

"Huh? Apa maksudnya? Lagipula sejak kapan kamu kenal dia?" Tanya Draken mengernyit heran.

Takemichi menyiapkan dirinya untuk kembali menceritakan apa yang terjadi di masa depan. Draken terdiam mendengarnya.

"Jadi itu alasannya?" Tanya Draken masih tidak percaya.

Takemichi mengangguk pasti. "Sudah dua kali aku melihat (Name)-san, namun aku selalu gagal untuk mengajaknya bicara."

Draken terdiam. Ia ingat pernah melihat siluet gadis yang mirip dengan (Name) yang menjauhi makam Emma. Dan ia selalu menemukan buket mawar segar setiap minggunya.

"Sial." Gumam Draken. "Ternyata aku bisa salah menilai orang juga."

"Aku merasa jika kita bisa membuat (Name)-san di pihak kita, akan semakin mudah untuk membawa Mikey-kun kembali." Lirih Takemichi.

"Aku gagal di masa depan. Aku tidak mau lagi melihat (Name)-san mati di depan mataku." Ucap Takemichi. "Aku juga tidak mau melihat Mikey-kun yang melompat dari gedung karena merasa bersalah melukaiku dan (Name)-san."

Mata Takemichi kembali berkaca kaca, "Aku berjanji pada (Name)-san. Dia punya impian bahagia dengan Mikey-kun."

"Hanya impian sederhana." Takemichi mengusap kasar airmatanya.

Draken menghela nafas, "Ya! Kalau begitu ayo kita cari (Name) bersama!"
.......

"Ew." Suara lirih itu terdengar dari bibir merah muda itu.

(Name) mengibaskan darah yang menempel pada katananya. "AH! Jijik banget!"

(Name) mendengus kesal melihat banyaknya noda darah yang menempel di tubuhnya.

"Brengsek, sudah mati juga masih menjijikan." (Name) menatap benci tumpukan lima orang yang sudah terbujur kaku dengan keadaan mengenaskan.

"Aniki, bagaimana lukamu?" (Name) melirik Rai.

Rai melirik luka sobek pada lengannya, "Lumayan. Kurasa dua atau tiga kaleng bir bisa menyembuhkannya."

"Orang gila." Cibir (Name).

"Aku mendengarnya!" Rai tersenyum dongkol.

Rai diam menatap (Name) yang menggerutu sembari membersihkan noda darah di tubuhnya. Berkat keparat yang sialnya merupakan ayah mereka, (Name) sudah seperti mesin pembunuh.

Hell 2 (Mikey x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang