(Name) memutar balok kayu di tangannya sembari menunduk, menatap pria yang menjadi lawannya kini sudah tergeletak tidak berdaya.
"Aneh, aku seperti sudah biasa menghajar banyak orang." Gumam (Name). "Siapa sangka menggunakan senjata bisa semudah ini."
"Kalian berlima." (Name) mendongak sembari mengusap darah di hidungnya. "Sini, sekalian saja. Toh sudah terlanjur."
"Kamu dan kekasihmu sama sama bajingan angkuh ya?"
(Name) bergerak gesit menghindari sembari menghantam kepala kelima lawannya dengan balok di tangannya. Kelimanya tumbang.
(Name) melempar balok kayu di tangannya. Ia menunduk menatap banyaknya lebam di tubuhnya. Selain itu perutnya juga nyeri karena menerima tendangan yang cukup keras tadi.
"Aku lebih baik mulai menyusun kata untuk menjelaskan ini pada aniki." Gumam (Name) sembari berjalan gontai untuk menjauh.
(Name) memutuskan naik taksi untuk pulang. Kakinya terlalu gemetar untuk berjalan jauh. Setelah sampai di depan rumahnya, (Name) membayar ongkosnya dan turun.
(Name) berjalan menyusuri kebun mawarnya sembari mengarsir surainya.
Ia mematung melihat Rai yang keluar bersamaan dengan Mikey. Keduanya juga mematung melihat keadaan mengenaskan (Name).
"Apa apaan ini!?" Sentak Rai dan mendekati (Name) dengan wajah panik. "Apa yang terjadi."
"Aku dikeroyok." Jawab (Name) sembari berusaha membersihkan sisa sisa darah di tubuhnya.
"Sial! Kita harus ke rumah sakit!" Rai menakup pipi (Name), memeriksa separah apa luka yang (Name) dapatkan.
(Name) menggeleng, "Aku mau mandi dan tidur saja." Jawab (Name).
"(Name)." Mikey mendekat. "Siapa yang melakukan ini?"
(Name) melirik malas Mikey. Bukan karena musuh pria itu menyerangnya. Ia hanya kembali teringat beberapa hari ini Mikey menghindarinya.
"Geng yang Toman hancurkan. Pemimpin mereka dan sembilan orang lainnya mencegatku." Jawab (Name) dan memilih berjalan masuk.
Mikey buru buru menyusul. "Dimana mereka?"
"Pikir saja sendiri, kalau aku pulang dengan kondisi begini, dimana mereka." Jawab (Name).
"Aku tidak tau jika kamu tidak bilang. Aku pasti akan membawa Toman untuk membalas ini." Balas Mikey.
(Name) tersenyum remeh, "Lucu. Aku perlu babak belur dulu ya baru kamu berhenti menghindariku."
"Apa maksudnya?" Tanya Mikey gugup.
"Kita tidak bodoh, kamu tau maksudku." Jawab (Name). "Pikirkan saja anak baru sialan itu."
(Name) melanjutkan langkahnya namun Mikey kembali menahannya.
"Kamu salah paham." Ucap Mikey.
"Katakan padaku, sebenarnya apa alasan kita memakai cincin yang sama sampai sekarang?" Tanya (Name).
Mikey terdiam, ia kehilangan suaranya saat melihat sinar terluka di kedua mata (Name).
"Kamu tidak bisa menjawabnya." (Name) tersenyum remeh dan beranjak meninggalkan Mikey.
Rai mendekati Mikey. "Sano Manjiro."
Mikey mematung, jika nama lengkapnya disebutkan, itu artinya Rai sedang serius.
"Lagi lagi ini tentang kamu kan? Dimana omong kosongmu? Aku beri kamu kesempatan bukan untuk melukai adikku." Rai melirik tajam Mikey.
"Rai-nii-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell 2 (Mikey x Reader)
FanfictionHei, apa manusia berdosa seperti kita berhak mendapatkan kesempatan kedua? -