12. Informasi bahagia bagi para ketiga Santriwati

144 11 1
                                    

Halloooo, apa kabar kalian? Semoga tidak lama menunggu ya eheee, maaf juga karena lama update, maklum remaja jompo emang gini. Jadi, nunggu apa lagi? Gass bacaaa!

Jangan lupa banyakin komennya dong:( komentar kalian ke cerita ini semangat ku untuk bisa selalu update cerita nya.

•••

Ketika Harith dan Aqlan sudah selesai membicarakan hal tersebut kini mereka akhirnya untuk melanjutkan pulang ke rumah, dan mereka pun berpamitan kepada Yusuf.

"Mas, saya dan Aqlan pamit pulang. Dan in syaa Allah Aqlan akan kembali ke sini mulai besok untuk mengurus pondok pesantren ini." ujar Harith.

"Baiklah kalo begitu. Hati-hati di jalan, dan salam untuk keluarga kamu." ucap Yusuf dan diangguki Harith.

"Yasudah kalo begitu kita berdua pamit, salam untuk anak-anak pondok." Yusuf mengangguk.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." pamit mereka berdua dan saling berjabat tangan, dan Aqlan mencium tangan Yusuf dengan sopan.

"Wa'alaikumussalam warohmahmatullahi wabarakatuh. Fii amanillah."ucap Yusuf.

Setelah Harith dan Aqlan kembali pulang, Yusuf yang kini tengah ingin berjalan ke belakang, Yusuf tersontak kaget karena melihat anak muridnya yaitu tiga santriwati yang masih menguping pembicaraan mereka kini tertangkap basah oleh Yusuf.

Para tiga santriwati itu tidak menyadari jika Yusuf ternyata sedang memperhatikan mereka bertiga yang di mana mereka saling berbisik-bisik satu sama lain dari pintu ruangan tersebut. Di sana Yusuf hanya berdecak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, karena Yusuf sudah tidak tahu lagi dengan kelakuan mereka bertiga ini yang menurutnya sungguh tidak sopan mendengar pembicaraan dirinya tadi.

"Marwa, Adiba, Liona. Kalian sedang apa di sini?" tanya Yusuf dengan sedikit tegas. Mereka yang menyadari itupun tersontak kaget, mereka pikir dirinya harus menanggung malu karena sudah lancang terhadap gurunya itu.

"Eee... a-anu Abah kita lagi..."

"Lagi apa?" belum selesai Liona menjawab, tapi sudah potong oleh Yusuf.

"Kalian ini, kalian tadi menguping pembicaraan saya dengan saudara saya kan?" tanya Yusuf dengan sedikit tegas.

"E-enggak Abah, enggak, kita cuma lagi..."sahut Marwa namun perkataan dirinya seketika berhenti.

"Sudah-sudah, sekarang kalian balik lagi ke asrama kalian, sebentar lagi dzuhur, kalian siap-siap buat ke Masjid." ujar Yusuf memperingati.

"Baik Abah, assalamualaikum." pamit mereka bertiga sambil menunduk dan berjalan menuju asrama tanpa mencium tangan sang gurunya tersebut, karena memang bukan mahram.

"Wa'alaikumussalam warohmahmatullahi wabarakatuh."

Di asrama tersebut mereka tengah bersiap-siap untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di Masjid, namun sebelum mereka berangkat, mereka sedang membahas pembicaraan sang gurunya tersebut yang di mana sang gurunya itu atau bukan lain yaitu Yusuf, dia menyuruh Aqlan untuk mengurus pondok pesantren tersebut. Mereka membahas tentang pembicaraan Yusuf tersebut membuat Liona merasa berbunga-bunga, karena ia pikir ia akan merasa lebih mudah jika ingin melihat atau memperhatikan Aqlan dari jarak yang dekat, tapi Liona berpikir ia harus mempunyai batas dengan seseorang yang bukan mahramnya.

My Husband Is Sayyid [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang