4. Menunggu

217 28 20
                                    

"Mengagumi mu dengan melibatkan sang ilahi, adalah hal terindah yang pernah ku alami."

~Ranaya Delisa Az-Zahra.
•••

22 Desember tepat pada hari di mana di tanggal dan di bulan ini Sayyid Aqlan akan pergi berangkat menuju kota Tarim, yang di mana kota tersebut akan menjadi saksi jika hari ini kota tersebut akan kedatangan seorang Sayyid yang dikenal dengan nama Muhammad Tajul Aqlan Daneswara Jayawardhana cucu dari Habib Imam Harith Trisakti dan putra kedua dari anak Harith Ahmad Hamizan.

Sayyid Aqlan beserta orang-orang penting di sana yang mengantarkan beliau ke bandara akhirnya sampai di tujuan. Dan kini Sayyid Aqlan tinggal menunggu untuk berangkat ke kota Tarim.

Ranaya yang sedang sedang membereskan kasur tiba-tiba ponsel nya memunculkan notifikasi WhatsApp nya yang di mana notifikasi tersebut ramai sekali karena isi dari WhatsApp dipenuhi oleh grup para fans Aqlan, yang di mana di grup tersebut sedang ramai karena membahas jika hari ini Aqlan akan pergi berangkat ke kota Tarim untuk melanjutkan pendidikan nya di sana.

Ia pun langsung menyimak percakapan mereka di grup yang sedang membahas kepergian Sayyid Aqlan untuk ke negara lain.

The Aqlavers

+62855×××××

Hari ini Sayyid Aqlan berangkat ke Tarim, ya?

+62857×××××

Hmm, iya

+62885×××××

Dan sekarang Sayyid udah sampai di bandara

+62858×××××

Serius?

+62858×××××

Iya.

Setelah ia menyimak di grup tersebut ia terfokus pada chat salah satu di grup tersebut 'Dan sekarang Sayyid udah sampai di bandara' lalu ia pun segera membuka aplikasi Instagram untuk mengecek apakah Sayyid memposting sesuatu jika ia sudah di bandara. Namun ketika Ranaya mengecek postingan Instagram Sayyid tidak ada postingan terbaru hari ini yang Sayyid post.

Namun ia terfokus oleh instastory Instagram milik Sayyid lalu ia pun melihat instastory tersebut.

Setelah ia melihat instastory milik beliau, ia pun bergegas untuk merapikan diri untuk menemui beliau di bandara sebelum beliau berangkat menaiki pesawat. Dan kebetulan jarak dari rumah Ranaya ke bandara tidak begitu jauh.

Ia pun keluar pintu kamar dengan terburu-buru, Tina yang melihat Ranaya itu menatap dengan kebingungan padanya.

"Ranaya, kamu mau ke mana sayang? Kok kaya buru-buru banget?" tanya Tina penasaran.

"Umi aku pamit ya," pamit Ranaya dengan terburu-buru dan langsung mencium tangan Tina.

"Eh mau ke mana?" tanya Tina lagi sambil berteriak karena Ranaya begitu terburu-buru untuk keluar dan Tina tidak menghiraukan nya karena ia berpikir positif jika putrinya itu ada tugas mendadak di hari ini.

Ia pun menunggu ojol yang ia pesan tadi. Lalu tak lama ojol tersebut datang untuk mengantarkan Ranaya ke suatu tempat.

"Atas nama Mbak Ranaya? Betul?" tanya ojol tersebut.

"Iya Pak, tolong anterin saya ke bandara ya, Pak," pinta Ranaya.

"Oke Mbak," lalu ojol tersebut memberikan helm nya pada Ranaya untuk dipakai, untuk mematuhi perintah di jalan raya.

Ojol tersebut pun langsung mengantarkan Ranaya dengan kecepatan lumayan tinggi. Namun disisi lain Ranaya panik di tempat karena ia takut jika ia terlambat untuk menuju bandara.

"Pak, yang cepet dong Pak," ucap Ranaya untuk meminta ojol tersebut untuk mengendarai motor nya agar lebih cepat.

"Iya Mbak," ojol pun mengikuti permintaan Ranaya untuk mengendarai motor nya agar lebih cepat lagi.

Tak lama kemudian Ranaya pun sampai di bandara tersebut, untunglah ia tidak terlambat untuk bisa menemui Sayyid di bandara sebelum ia benar-benar akan pergi ke negara lain.

Ia pun langsung melepas helm dan memberikan nya pada ojol tersebut, setelah itu ia langsung berlari menghampiri Sayyid Aqlan yang tengah berdiri untuk menunggu pesawat. Ranaya lupa ia lupa membayar ongkos kepada ojol tersebut.

"EH MBAK, BAYAR DULU," teriak ojol tersebut, namun Ranaya tidak mendengar ia terus berlari untuk menghampiri Sayyid Aqlan.

"Sayyid!" panggil Ranaya dengan berteriak sambil berlari-lari.

Aqlan pun yang kini tengah sudah siap untuk berangkat ia menoleh ke belakang mencari arah sumber suara tersebut.

"Na'am?" balas Aqlan dengan bingung, karena tiba-tiba saja ada gadis berteriak memanggil dirinya seperti orang yang saling mengenal.

"Afwan, kamu...?" tanya Aqlan sambil mengingat jika ia pernah bertemu dengan Ranaya.

"Sayyid tidak perlu mengingat ana, tapi di sini ana ingin menyampaikan sesuatu pada Sayyid," Aqlan pun semakin bingung dengan perkataan Ranaya yang baru saja ia katakan.

"Jaga diri baik-baik di sana, do'a ana selalu menyertai Sayyid. Dan ana akan menunggu Sayyid sampai kembali lagi ke tanah air ini,"ucap Ranaya sambil berpesan dengan tersenyum manis sekaligus ia sedikit gugup mengatakan itu padanya.

Aqlan pun tersenyum. "In syaa Allah, saya akan jaga diri baik-baik di sana, dan bisa kembali lagi ke tanah air ini dengan keadaan sehat wal'afiat." balas Aqlan.

"Oiya, ini ada hadiah dari ana, tolong Sayyid terima, ya," ucap Ranaya sambil memberikan sebuah bungkusan hadiah yang sudah terbungkus rapi.

Sayyid Aqlan pun mengernyitkan keningnya sejenak lalu menerima hadiah pemberian dari Ranaya.

"Ini hadiah apa?" tanya Sayyid Aqlan.

"Nanti Sayyid juga tahu, Sayyid tenang aja hadiah nya gak berbahaya kok, dan In syaa Allah Sayyid suka," ucap Ranaya sambil terkekeh gugup.

Sayyid Aqlan seketika menampilkan senyum di bibirnya. "Saya terima, ya. Dan syukron untuk hadiahnya," kata Sayyid Aqlan tulus.

"Na'am Sayyid." balas Ranaya sambil tersenyum.

Lalu tak lama pesawat yang akan mengantarkan Sayyid Aqlan pun akhirnya tiba juga.

"Aqlan, ayo berangkat, pesawat nya udah siap untuk berangkat," ucap Abi Harith.

"Iya Abi. Mohon maaf, saya pergi dulu." pamit Aqlan pada Ranaya.

"Ranaya, kami pamit ya, dan doain Aqlan agar ilmu yang ia dapat bisa menjadi bekal buat dirinya kelak," ucap Abi Harith pada Ranaya. Abi Harith mengetahui nama Ranaya melalui Abi dari Ranaya, mungkin Abi Ranaya memperkenalkan dirinya ketika Sayyid datang ke acara dakwah di kota nya waktu itu.

"Iya Abi aamiin," balas Ranaya.

"Kalo begitu kita pamit, assalamualaikum." pamit Abi Harith dan juga Sayyid Aqlan. Dan semua orang-orang penting pun ikut ke sana untuk menemani Sayyid Aqlan di sana.

"Wa'alaikumsalam warohmahmatullah," balas Ranaya.

"Fii amanillah," ucap Ranaya pada mereka yang berjalan menuju pesawat.

Lalu pesawat yang ditumpangi oleh mereka tak lama perlahan membawa mereka ke tempat yang mereka tuju. Ranaya masih berdiri di sana sambil menatap pesawat tersebut hingga pesawat tersebut sudah tidak menampilkan dirinya di atas langit.

"Jaga diri baik-baik di sana, dan aku akan menunggu mu sampai kembali. Sampai waktu tak mengizinkan kita bertemu." batin Ranaya sambil menatap langit di bawah sana.

"Aku akan mendoakan mu, semoga kita dipertemukan menurut takdir." batin Ranaya dengan penuh harapan, ia berharap ia bisa bertemu kembali menurut takdir.

•••

Tbc

Komen 'NEXT' di sini

My Husband Is Sayyid [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang