14. kesurupan?

160 14 0
                                    

Hai kembali lagi di cerita kisahnya MHS ini, semoga tetap suka, ya, sama ceritanya>

Jangan lupa untuk penuhi komennya^^

Okee happy reading.

•••

Di suasana asrama putri, Adiba, Liona, dan Marwa sedang berkemas untuk bersiap-siap tidur setelah mereka selesai melakukan kajian di masjid pondok pesantren firdaus tersebut. Sebelum mereka melanjutkan untuk tidur, Liona seketika terbengong sambil tersenyum sendiri di atas kasurnya sambil melipat sebuah sajadah yang baru saja ia pakai tadi setelah selesai sholat isya. Adiba dan Marwa pun yang melihat itupun merasa aneh dengan Liona yang tiba-tiba saja terbengong sambil tersenyum sendiri. Adiba pun berbisik-bisik kepada Marwa untuk merencanakan ruqiah diam-diam, karena mereka berpikir Liona sudah dimasuki oleh jin hingga Liona tersenyum sendiri di sana.

"Eh coba kamu ruqiah deh Liona, takutnya dia abis ketempelan jin." bisik Adiba kepada Marwa dan Marwa pun setuju dengan itu, Marwa pun langsung menghampiri ke tempat tidur milik Liona di sana yang masih terbengong di atas kasur tersebut.

Lalu Marwa pun langsung mengucapkan doa suci untuk orang meruqiah seseorang yang sedang ketempelan jin ataupun syaitan, karena memang Marwa tidak bisa membedakan mana orang yang sedang halusinasi dan mana orang yang sedang ketempelan. Marwa pun tak berpikir lama ia langsung membaca doa suci tersebut dan Liona yang menyadari itupun Liona merasa aneh dengan Marwa yang sedang membaca doa-doa suci tersebut, ia pikir ia sedang kerasukan apa? Tak lama Marwa langsung mengusap kedua tangan tersebut ke wajah Liona lalu setelah itu Marwa langsung menggoyangkan tubuh Liona dengan sedikit kasar, karena Marwa pikir Liona memang sedang ketempelan oleh jin yang ada di tubuh Liona.

"Pergi kamu wahai jin biadap pergi!" Bacaan ruqyah yang diucapkan oleh Marwa dengan penuh emosi, tapi kini Marwa seperti orang yang sedang kerasukan karena ia meruqiah orang yang tidak kerasukan apapun, Marwa pun dengan sangat brutal menggoyangkan tubuh Liona hingga Liona pun tak bisa menghentikan nya Liona pun terjatuh dari bawah kasur.

Adiba yang melihat itupun menganga melihat Liona terjatuh karena ulah Marwa yang baru saja meruqiah Liona padahal Liona tidak ketempelan apapun.

"Aaaaargh! Kalian apa-apaan sih?!" gerutu Liona yang sedang tersungkur di bawah sambil merasakan sakit pinggang nya karena ulah Marwa yang mendorong nya secara kasar.

Lalu Adiba pun langsung menghampiri Marwa yang masih bersemedi ala seorang ustadz yang sedang membaca mantra pengusir jin, Adiba pun langsung menggoyangkan tubuh Marwa sambil berbisik. "Marwa, kayanya Liona udah sadar deh, coba kamu cek." bisik Adiba pada Marwa. Marwa pun langsung turun dari atas kasur milik Liona dan menghampiri Liona yang masih tersungkur di bawah sana.

"Liona, kamu udah sadar, kan?" tanya Marwa memastikan jika Liona sudah tidak apa-apa, padahal sedari Liona tidak ada yang salah dalam dirinya.

"Astaghfirullahaladzim... Marwa, Adiba! Jadi kalian pikir tadi aku ketempelan gitu? Hah?!" kini emosi Liona sudah tidak bisa di sangka lagi, Liona memang benar-benar sudah emosi, mereka pikir dirinya sedang memiliki kontak langsung dengan jin, tapi nyatanya ia hanya halusinasi.

"I-iya Li." ucap Marwa sambil cengengesan tanpa dosa.

Tidak lama ada seorang ustadzah yang datang menghampiri kamar asrama putri tersebut untuk mengecek sesuatu jika ada keributan di dalam sana.

"Astaghfirullahaladzim, kalian kenapa masih belum tidur?" ujar ustadzah Halimah yang baru saja datang di depan pintu kamar asrama putri tersebut.

"Hehe iya ustadzah, ini juga kita mau siap-siap tidur." jawab Liona dengan sedikit cengengesan tanpa memberi tahu ada apa yang sebenarnya terjadi, karena Liona pikir ustadzah Halimah sepertinya mendengar keributan dari dalam kamar tersebut. Termasuk Adiba dan Marwa, mereka juga hanya cengengesan tanpa memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena mereka pikir ini hanya keributan yang tidak penting untuk dibicarakan.

"Jangan lupa baca doa nya ya, ustadzah tinggal dulu." ucap ustadzah Halimah.

"Iya ustadzah." balas serempak yang masih terduduk di atas lantai tersebut.

Aqlan yang kini tengah sibuk mengerjakan tugas dari guru Adam yang sejak tadi siang ia sudah diberi tugas olehnya. Ya, walaupun Aqlan memang lulusan pendidikan dari kota Tarim, tapi ia tetap saja harus menjadi bagian dari orang-orang yang masih membutuhkan ilmu agama lebih dalam lagi untuk di masa akhiratnya kelak.

•••

Pagi pun tiba, semua para santriwati tengah melakukan kegiatan bersih-bersih di halaman pesantren tersebut dengan sangat tertib. Marwa yang semulanya sedang menyapu halaman tersebut kini ia berpindah tempat menuju halaman yang dibersihkan oleh Liona.

"Liona tadi semalem kamu beneran ketempelan jin?" bisik Marwa yang masih saja membahas tentang semalem yang Marwa anggap belum selesai.

Liona yang sedari tadi membungkuk menyapu halaman tersebut kini menjadi berdiri sedikit tegap sambil menghela nafasnya dengan cukup sabar, walaupun Liona rasanya ingin membejek-bejek temannya itu.

"Marwa... aku peringatin sekali lagi, ya. Semalem aku itu gak kenapa-napa." jawab Liona dengan penuh sabar menjawab pertanyaan yang emang seharusnya tidak usah ia jawab.

"Serius? Tapi semalam aku liat, kamu itu senyum-senyum sendiri." ucap Marwa lagi yang tidak jelas itu menurut Liona.

Liona pun akhirnya menghela nafasnya kembali untuk tidak emosi dengan Marwa temannya itu. "Soal semalem aku senyum-senyum sendiri itu karena aku halu Marwa..." ujar Liona sambil menahan emosi nya hanya karena masalah dirinya yang dianggap ketempelan jin karena perkara senyum dirinya sendiri.

"Astaghfirullah Liona, kamu gak boleh halu, dosa itu." ucap Marwa yang malah menasehati Liona dengan kepolosan nya.

"Aaaah udah ah, terserah." kini Liona pun sudah lelah menanggapi perkataan apa yang dikatakan oleh Marwa, bukan makin membaik malah makin memburuk bagi Liona, dan akhirnya Liona pun langsung meninggalkan Marwa di tempat lalu langsung masuk ke asrama putri untuk melakukan bersih-bersih, padahal belum waktunya untuk bisa bersih-bersih, tapi Liona malah terlebih dahulu untuk membersihkan dirinya karena ia sudah lelah dengan perkataan-perkataan yang tidak penting menurut dirinya.

Di jam pelajaran ketiganya ketika Bu Erna sedang menerangkan bahwa kelas 12 tidak kelas 12 tidak lama lagi akan melaksanakan kelulusan di bulan yang akan datang nanti, Bu Erna pun sekaligus memberi tahu jika ingin memasuki perguruan tinggi wajib membawakan nilai yang sudah ditentukan di universitas tersebut. Dan kebetulan di sekolah tersebut mengadakan beasiswa untuk membantu siswa-siswi tersebut untuk memasuki universitas, Ranaya yang cukup pintar di bidang akademik nya mampu untuk bisa mendapatkan beasiswa tersebut untuk bisa melanjutkan kuliah di universitas favorit nya.

"Baiklah itu saja yang Ibu sampaikan, dan satu lagi, kalian bisa ke kantor Ibu jika kalian ingin melanjutkan kuliah, biar nanti Ibu urus secepatnya. Oke?" terang Bu Erna selaku wali kelas tersebut yang di mana di kelas tersebut Ranaya menjadi salah satu siswi yang menjadi murid di kelas itu.

"Baik Bu." jawab serempak sambil merapikan peralatan belajar yang ada di meja masing-masing.

•••

Haii terima kasih untuk sudah membaca cerita ini, dan terima kasih sudah memberikan komentar dan vote pada cerita ini, sayang kalian banyak-banyak.

SPAM "NEXT" DI SINI

See u, sampai bertemu di part selanjutnya ^ ^

My Husband Is Sayyid [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang