Happy Reading ^_^
. . . . .
Tak semua manusia menyukai keramaian, ada beberapa spesies manusia yang sangat mencintai kesunyian bahkan kesepian kerap kali menjadi sahabat dekatnya. Tak menyukai keramaian bukan berarti dia membencinya, dia hanya merasa nyaman dengan ketenangan dan keheningan tanpa ada yang mengganggu.
Sore ini di tengah kesendirian dan kesepian Arjun menatap lurus pada langit sore yang sudah mulai menampakkan warna jingganya. Jam kerjanya sudah selesai tapi sepertinya berada dalam ruangannya sendirian, ditemani dengan suasana sore yang sejuk nan tenang ini membuatnya tertahan sejenak.
Helaan nafas berat sudah berulang kali ia lepaskan namun penatnya tak juga berpamit. Beberapa waktu lalu Arche menyambanginya untuk mengambil hasil pemeriksaan seminggu yang lalu. Dari pertemuannya mereka membahas beberapa hal yang membuat Arjun tertarik ke dalam masa lalu. Taruhan. Itulah yang membuat mereka bertemu tanpa sengaja, namun sebenarnya taruhan itu hanyalah sebuah dalih untuk menyamarkan takdir.
. . . . .
Arjun yang masih memakai seragam sekolah menengah atas saat itu sedang menuntun sepedanya menikmati jalanan sore sepulang sekolah. Bukan karena sepedanya rusak atau jalan menanjak namun terkadang dia ingin lebih lama menikmati suasana jalan setapak yang ia lewati ini dengan tenang. Namun ketenangannya menguap seketika saat ada anak SMP yang melewatinya dengan sangat kencang sambil terus menggoes sepedanya.
"Astaga itu anak titisan kereta apa ya, cepat sekali seperti dikejar anaconda" gumam Arjun yang masih menuntun sepedanya, tanpa sadar di belakangnya ada anak SMP lain yang sedang berlari tunggang langgang seperti diserang panik.
"Pinjam sepedamu..!!" Arjun sontak berjengit karena tiba-tiba ada makhluk tidak halus di sebelahnya sambil merampas sepedanya.
"Untuk apa? Apa kita saling mengenal?"
"Tak banyak waktu, kau cukup tunggu di sini sebentar, ini ponselku pegang saja untuk jaminan" terang anak SMP itu sambil menaiki sepeda Arjun dan menggoesnya dengan sangat cepat meninggalkan sang pemilik sepeda yang masih ngebug.
"Siapa dia? Ponselnya bagus kenapa tidak punya sepeda?" Gumamnya sendiri sambil membolak-balikkan ponsel anak tadi. Dia pun mencari tempat berteduh untuk menunggu sang anak itu entah kenapa firasatnya mengatakan kalau anak itu anak baik, tapi entahlah.
Hampir setengah jam Arjun menunggu namun anak itu tidak muncul juga.
"Jangan-jangan dia memang pencuri, lalu ponsel ini juga barang curian. Tapi kalau begitu dia bodoh karena rela menukar ponsel mahal ini dengan sepeda sekaratku"
Tak lama terlihat dari kejauhan ada anak yang menggoes sepeda ke arah Arjun.
"Ohh kau kembali"
"Kan aku sudah bilang" balas anak tadi lalu mengambil ponselnya dari tangan Arjun. Dia pun mendudukan dirinya di sebelah Arjun.
"Itu sepedamu ku kembalikan"
"Kenapa meminjam sepedaku tiba-tiba?"
"Tadi sebenarnya aku balapan dengan temanku, tapi di jalan ban sepedaku kempes. Aku tidak bisa menyerah begitu saja karena dia mempertaruhkan sepeda barunya jika aku menang"
"Taruhan?"
"Iyaps"
"Wahh kau anak kecil sudah bisa taruhan, hm?"
"Anak kecil? Buta matamu aku sebesar ini dibilang anak kecil..!!??" Sentak si anak yang tidak suka dikatakan anak kecil.
"Oke maaf kalau begitu, jadi siapa namamu yang mengaku sudah besar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beruang Pemarah ✔️
Diversos[END] DON'T PLAGIARIZE ‼️‼️❌❌ Start : 12.12.22 End : 05.04.23 "Pulang" "Lo siapa?" "Ayahmu" Pada suatu hari ada sebuah kisah- Cut #plak ngedongeng Bu. Oke-oke ini hanya kisah sederhana Ayah Arche bersama putra tunggalnya yang sedikit nakal dan bar...