Happy Reading ^_^
. . . . .
Selayaknya hujan yang bisa datang tanpa berpesan, maka kematian pun bisa juga menghampiri tanpa pemberitahuan. Ramalan cuaca tak selalu benar, sama halnya dengan perkiraan tentang usia manusia. Tua bukan syarat untuk menemui kematian, sakit juga bukan syarat untuk bertemu ajal. Kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja tanpa notifikasi. Jangan sia-siakan hidupmu untuk hal yang tak berguna, karena mempersiapkan kematian jauh lebih penting.
"Tuan .." Arche mendengar suara seseorang yang sangat ia kenali, langsung saja ia menolehkan atensinya untuk memastikan orang tersebut.
"Sean?" Benar saja dia adalah Sean, terlihat oleh Arche Sean sedang berdiri di hadapannya dengan pakaian yang lebih bersih tanpa noda darah, apakah ia sudah baik-baik saja.
"Izinkan saya untuk membantu tuan menyelamatkan Nyonya Niya, tuan"
"Tapi keadaanmu?" Arche meneliti sejenak tubuh Sean terutama perutnya yang tertusuk pisau tadi.
"Saya sudah baik-baik saja, tuan. Luka saya memang banyak mengeluarkan darah namun tidak terlalu dalam"
Arche menghela nafas pelan, dia memang membutuhkan Sean di sisinya namun dia khawatir tentang kesehatan seseorang yang sudah ia anggap adiknya sendiri ini.
"Mari tuan, kita tidak mempunyai banyak waktu" ucapan Sean menyadarkan Arche.
"Baiklah, tapi aku tidak akan memaafkanmu jika kau terluka nantinya"
"Baik tuan"
. . . . .
"Di tubuh ibuku terpasang bom, cari cara untuk mengendalikan bom tersebut" ujar Arche kepada Sean saat mereka sudah berada di dalam mobil.
Ada beberapa bawahan Arche yang juga ikut, dan di lokasi polisi sudah siap dengan senjatanya. Arche sudah memberi komando kepada pemimpin di sana jika Gantari berlaku macam-macam kepada Niya dia meminta untuk menembak Gantari. Arche sudah sangat kalut, dia takut jika Niya terluka barang sedikit pun.
Selang waktu 5 menit mereka sudah berada di dermaga di mana Gantari dan Niya berada. Arche belum mengetahui sebenarnya tujuan Gantari membawa Niya ke dermaga ini apa. Apakah Gantari ingin pergi setelah membunuh Niya dan Arche atau malah ingin membawa salah satu atau keduanya pergi.
"Cari apapun yang bisa menghentikan bom tersebut" titah Arche kepada Sean. Sedangkan bawahan yang lain sudah melumpuhkan bawahan dari Gantari.
"Ohh datang juga kau kemari, masih tersisa 7 menit lagi. Silahkan kalian bertukar sapaan untuk terakhir kalinya" ujar Gantari yang juga sudah pasrah dengan hidupnya.
Setidaknya jika ia mati, Niya juga mati. Atau bisa juga Arche ikut mati bersamanya.
"Nak, kenapa kamu kemari?" Tanya Niya dengan lembut dan ingin menangis melihat anaknya berada di sini. Bisa Niya lihat Arche sudah sangat kelelahan bahkan wajahnya juga sudah pucat.
"Bagaimana bisa Arche tenang, jika mama dalam bahaya" Arche mencoba mengulur waktu agar Sean bisa melaksanakan tugasnya.
Sekarang Sean sedang berusaha mencari kode pemrograman bom yang berada di pergelangan tangan Niya. Serta ia juga mencari pengendali bom tersebut dengan alat pelacak, jika dia tidak bisa meretas bom itu.
"Mama baik-baik saja, mama mohon pergi nak"
"Tidak ma, Arche tidak akan pergi. Arche akan menyelamatkan mama sekarang juga"
"Ouh so sweet sekali" Gantari seakan tidak tahan dengan pertunjukan di depannya ini.
"Ibu, aku mohon berikan alat pengendali bom itu. Aku mohon jangan lukai mamaku" mohon Arche kepada Gantari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beruang Pemarah ✔️
De Todo[END] DON'T PLAGIARIZE ‼️‼️❌❌ Start : 12.12.22 End : 05.04.23 "Pulang" "Lo siapa?" "Ayahmu" Pada suatu hari ada sebuah kisah- Cut #plak ngedongeng Bu. Oke-oke ini hanya kisah sederhana Ayah Arche bersama putra tunggalnya yang sedikit nakal dan bar...