09. KIKIS EGO 🐻

1.1K 111 11
                                    

Happy Reading ^_^

. . . . .

Setelah mengetahui cerita masa lalu orang tuanya dari Sean Rellza semakin bimbang. Sean bahkan mengatakan jika ayahnya sempat frustasi dan hampir mengakhiri hidupnya sendiri karena tidak bisa menemukan dia dan ibunya.

'Tuan Arche sangat putus asa karena tidak bisa menemukan Nyonya Aileen, rasa bersalahnya sangat besar hingga ia hampir mengakhiri hidupnya sendiri.'

"Ibu, Rellza bingung, Rellza harus gimana? Rellza butuh ibu, kenapa ibu harus ninggalin Rellza kayak gini? Kenapa ibu harus pergi padahal belum dijemput, kenapa ibu buat jadwal sendiri." Gumam Rellza di depan jendela kamarnya sambil menatap langit luas.

Kryuukkk ..

"Haish nih perut kagak bisa bekerjasama bentaran apa yak, ini lagi sedih-sedihan pakek buat backsound lagi, ah elah" Kesal Rellza sambil menepuk pelan perutnya yang baru berbunyi pertanda ingin diisi.

"Okelah ayo kita cari makan" dengan gontai Rellza keluar kamar untuk menuju meja makan karena ini sudah waktunya makan malam.

Saat akan sampai ia sudah melihat Arche sedang menyantap makanannya sendirian, bahkan dia tidak basa basi mengajak lebih dulu tadi.

'Cihh makan kagak ngajak-ngajak, dasar duda prik pelit'

"Saya sudah selesai" ujar Arche saat Rellza sudah duduk di hadapannya, dan secepatnya berlalu dari sana tanpa melihat wajah Rellza.

"Terima kasih, Bu" ucap Arche saat melihat maid yang dianggapnya ibu sedang membereskan makanannya.

Rellza hanya bengong tak tahu harus berekspresi seperti apa, dia baru duduk dan ayahnya langsung pergi begitu saja. Dilihatnya maid sedang membereskan mangkuk bekas ayahnya makan.

'hanya dua mangkuk, nasi dan sup tanpa lauk lain'

kenapa? Itu yang Rellza pikirkan sejak lama.

"Tuan kecil, silahkan makan. Mengapa melamun?"

"Oh iya nek"

"Eh?"

"Hehe kan si duda prik itu manggil nenek ibu jadi aku mau manggilnya nenek boleh kan?"

"Tapi saya hanya maid di sini tuan"

"Aku juga cuma numpang hihi"

"Tuan kecil lucu, baiklah kalau begitu terserah tuan kecil saja." Maid tadi pun berlalu meninggalkan Rellza sendirian dengan berbagai makanan.

Di lain tempat Arche berkali-kali menghela nafasnya untuk menetralkan perasaannya. Dia sengaja menghindar agar tidak membuat suasana hati sang anak buruk. Dia merasa anaknya masih marah terhadapnya.

. . . . .

Minggu pagi ini entah kenapa rasa penasaran Rellza sedang membludak, feeling-nya berkata jika ada hal yang ayahnya sembunyikan. Karena mengetahui sang ayah tidak ada di rumah dia memberanikan diri untuk mencari sesuatu di kamar sang ayah. Dengan mengendap-ngendap layaknya maling, Rellza memasuki kamar sang ayah yang tidak terkunci, sebuah keberuntungan.

Dia menatap seluruh ruangan, nuansa kamar ayahnya ini tidak beda jauh dengan kamarnya, calm dengan dominasi abu-abu dan hitam. Tak ingin lama-lama dia mulai menggeledah isi kamar ayahnya dengan pelan, mencari sesuatu yang bisa ia jadikan petunjuk. Semua laci ia buka, namun tidak ditemukan apapun hingga matanya tertuju dengan laci di samping kiri tempat tidur sang ayah yang paling bawah.

"Haish terkunci" gumam Rellza saat mencoba membuka laci tersebut. Rellza langsung memutar otaknya bagaimana cara membuka laci tersebut karena hanya laci ini yang terkunci, jadi dia berpikir pasti ada sesuatu di dalamnya. Matanya bergerilya ke seluruh ruangan untuk menemukan sesuatu agar bisa ia gunakan untuk membuka laci ini. Lalu ia teringat kunci yang tergantung di pintu kamar sang ayah, di gantungannya terdapat beberapa kunci mungkin salah satunya bisa ia gunakan untuk membuka laci ini.

Beruang Pemarah ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang