32. ISTIRAHAT 🐻

872 114 31
                                    

Happy Reading ^_^

. . . . .

Menatap kosong ke depan, bibir terkunci rapat tak ingin mengeluarkan suara, hanya mampu terdiam dan memproses hal yang baru saja terjadi. Sesuatu hal yang cukup mengguncang perasaannya. Setelah beberapa jam ia bersama kesayangannya berbahagia namun badai langsung menghantamnya dengan kekuatan yang tak terkira.

"Terjadi kerusakan pada saraf telinga ayahmu, tubuh ayahmu sudah semakin rusak. Jika pun ayahmu masih bertahan hingga lama, mungkin saja ia hanya akan bisa berbaring tanpa bisa berbicara, mendengar melihat, bahkan bergerak"

Ucapan dari Arjun terus berputar dalam otaknya membuat kepalanya sakit tak tertahan. Air matanya sudah habis terkuras hingga ia tidak bisa membanjiri wajahnya lagi.

"Rellza .." sapa Arjun saat melihat Rellza sedang terduduk di taman rumah sakit.

"Kenapa di sini, tidak temani ayahmu?"

"Ayah sedang tidur .." jawab pelan Rellza.

Arjun pun mendekat dan duduk di samping Rellza, tangannya terangkat untuk mengusak pelan rambut anak dari sahabatnya ini.

"Om pernah bilang bakal sembuhin ayah, apa om bohong?" Tanya Rellza tiba-tiba mengingat ucapan Arjun kepada sang ayah waktu itu.

"Iya, om bohong." Jawab Arjun jujur.

"Sudah Rellza duga" gumam Rellza menundukkan kepalanya.

"Rellza, penderita ataxia sangat kecil kemungkinan sembuh. Dan dalam kasus ayahmu, penyebarannya sangat cepat karena obat yang pernah tertukar waktu itu"

"Apa ayah akan pergi sebentar lagi?" Lirih Rellza dengan tatapan kosongnya.

"Om bukan Tuhan yang bisa menentukan waktu seseorang, tapi kamu pasti bisa mengira sendiri setelah melihat keadaan ayahmu sekarang" berat sekali Arjun mengatakan ini, bagaimana pun Arche adalah sahabatnya, adiknya. Jika bisa ia ingin sekali menggantikan sakit Arche.

"Terus yang harus Rellza lakuin apa, om?"

Arjun menghela nafas pelan, ia juga bingung ingin menjawab seperti apa.

"Pilihlah Za, membiarkan ayahmu lebih lama menahan sakitnya .." Arjun tercekat rasanya ia tak sanggup meneruskan ucapannya.

"Atau mencoba untuk merelakannya" sambungnya.

Setelah mendengar itu pecahlah tangisan Rellza yang ia tahan sedari tadi.

"Ayah .. " gumam Rellza di sela isakan tangisnya.

Arjun langsung meringkuh tubuh lemah Rellza, hatinya pun hancur saat mengatakan itu. Ingin sekali ia menyembuhkan sang sahabat, namun apa daya dirinya bukan Tuhan yang mudah dalam berkehendak.

Rellza terus menangis tanpa henti memikirkan hari-harinya nanti tanpa sang ayah. Ia masih sangat membutuhkan ayahnya, ia ingin ayahnya tetap di sampingnya, namun ia juga tidak ingin membuat ayahnya tersiksa lebih lama lagi.

"Ayah .. ayah .." hanya itu yang bisa ia gumamkan.

Dia hanya menangis di tengah keinginannya mencerca semesta, dia hanya mempunyai ayahnya saat ini tapi saat ini pula ia harus merelakan sang ayah agar tidak lebih lama lagi tersiksa. Apakah sebegitu bencinya semesta terhadap dirinya, hingga tanpa hentinya mengambil sesuatu darinya. Bahkan belum genap satu tahun ia bersama sang ayah, namun semesta sudah tidak sabar untuk mengambil ayahnya kembali.

. . . . .

"Ayah .." panggil Rellza kepada sang ayah yang sekarang sedang menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.

Beruang Pemarah ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang