Saat aku bangun, Arendt ternyata telah pergi tanpa berpamitan denganku. Anak itu memang unik, aku iri padanya yang bisa datang dan pergi ke suatu tempat sesukanya sendiri.
Hari yang cerah dengan udara musim semi yang hangat. Pagi ini aku tengah bersiap keluar dari mansion dan mengacaukan alur cerita. Meski agak sulit, ayah akhirnya memberiku izin untuk keluar mansion sekarang. Hanya saja disertai beberapa syarat dikarenakan pria itu tak bisa menemaniku secara langsung.
Syarat pertama aku harus didampingi oleh ksatria pribadi dan juga Joanna. Syarat kedua aku bebas pergi kemana pun asal masih berada di kawasan kekaisaran dan tak mendekati Jalan Wales.
Jalan Wales merupakan distrik perbelanjaan terbesar di Kekaisaran Everett. Beragam barang di jual secara bebas di sepanjang jalan tersebut. Bahkan keluarga Hill juga memiliki beberapa bisnis yang berdiri di sana. Hanya saja karena barang yang diizinkan dijual tak memiliki syarat khusus, maka Jalan Wales terkenal sebagai area paling bebas di kekaisaran. Hal ini dikarenakan unsur legalitasnya yang tidak jelas.
Jalan itu seolah memiliki aturan sendiri yang tak terikat dengan hukum kekaisaran. Jadi perdagangan manusia maupun barang ilegal langka adalah hal yang umum di sana. Untuk itu angka kriminalitas di jalan tersebut sangatlah tinggi. Ada banyak kasus penculikan karena perdagangan manusia yang berlangsung seenak jidat. Belum lagi orang awam mungkin akan menemui pelaku kriminal dari seluruh wilayah kekaisaran yang berkumpul di jalan itu untuk menjual hasil jarahannya.
Itu cukup seram. Datang ke Jalan Wales, berarti siap menanggung resiko. Tapi hari ini juga, aku harus tetap datang ke jalan tersebut untuk melancarkan misiku. Diam tanpa pergerakan juga tak akan merubah apapun. Jadi mau tak mau aku harus siap mengambil resiko jika dibutuhkan.
Huft... aku menghela napas sejenak. Selama di mansion aku hanya memakai gaun tidur yang nyaman dan bebas berkeliaran dengan itu. Hanya saja saat meninggalkan mansion aku harus memakai gaun keluar yang cukup rumit dan menyulitkan pergerakan.
Bangsawan harus menjaga martabat yang dimilikinya dimanapun ia berada, begitulah Ucap Joanna yang saat ini tengah bersemangat mendadaniku seperti boneka.
"Ya ampun, bagaimana bisa nonaku seimut ini? Anda sangat cantik dengan gaun apapun. Saya khawatir karena akhir-akhir ini anda hanya mau memakai gaun tidur dan tidak pilih-pilih gaun lagi. Anggaran gaun baru anda jadi menumpuk sekarang, dan saya dibuat bingung saat menulis laporannya untuk Tuan Count."
Aku hanya mendengus sekilas saat mendengar ucapan tersebut dari Joanna. Jika boleh jujur, aku benar-benar merasa jengah karena acara berdandan ini tak kunjung usai juga.
Setelah memasangkan topi lebar yang dipenuhi hiasan bunga dan juga mantel padaku, Joanna akhirnya selesai juga mendadaniku. Aku menatap dengan seksama penampilanku di dalam cermin saat ini.
Sejak awal aku tahu bahwa Amalthea sangatlah cantik karena memiliki orang tua yang rupawan. Tapi setelah didandani ia kini mirip boneka hidup yang ada di dalam kotak kaca. Keimutannya saat masih bocah benar-benar mencolok. Mataku bahkan dibuat menanggung silau saat menyaksikannya sendiri.
Gaun biru langit dengan rok mengembang sangat cocok dengan warna kulit Amalthea. Rambut peraknya yang bergelombang dibiarkan separuh tergerai dan dikepang dengan cantik. "Apa kau yakin kalau aku akan pergi keluar dengan penampilan seperti ini?" Suatu keraguan mendadak timbul di benakku.
Joanna yang tengah membereskan sisir dan juga pita menghentikan gerak tangannya sejenak. "Apa ada yang tidak anda sukai, nona?"
Aku mengerutkan keningku. "Bukankah ini membuatku terlihat mencolok saat berjalan di jalanan umum?"
"Tidak sama sekali, nona. Ini tampilan paling sederhana bagi seorang lady yang keluar di musim semi. Meskipun wajah anda sudah sangat mencolok, namun tampilan ini benar-benar standar di luar sana. Anda akan bertemu banyak lady dari keluarga lain yang berpenampilan lebih heboh daripada ini." Jelas wanita itu dengan menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING HILL
Fiksi Sejarah[SECOND STORY] Aku mendadak terbangun menjadi Amalthea Hill dalam novel "Tears of Blood". Novel romansa tentang obsesi dan kegilaan dimana semua karakternya tidak ada yang waras sekaligus sadis. Di kehidupan ini aku hanya ingin beristirahat untuk wa...