🌺Bab 12

845 150 5
                                    

Setelah sekian lama hanya makan malam bersama ayah saja, kini tambahan anggota keluarga baru akhirnya menyertai makan malam bersama kami. Ronald masih tak nyaman dengan banyaknya pelayan di sekitarnya. Hanya saja sejak awal ia sepertinya telah nyaman bersama ayah. Jadi tak ada masalah berarti dengan makan malam bersama kami.

"Kau menyukai tempat ini, nak?" Ayah bertanya seusai memotong bagian steknya dan menukarnya dengan piring milik Ronald. Tujuannya agar anak itu dapat lebih mudah memakannya.

Dari tempatnya, Ronald hanya mengangguk dan memakan makan malamnya dengan tenang.

Ayah tersenyum kecil lantas melihat ke arahku. "Ayah dengar kau yang membantu Ronald membersihkan diri dan memotong rambutnya juga. Itu sangat bagus, Thea." Pujinya.

Aku balas menarik seulas senyumku. "Yah, aku hanya membantu para pelayan melakukan pekerjaannya."

"Ayah harap, kau dapat segera beradaptasi di keluarga ini, Ron. Besok guru yang mengajarimu akan tiba. Saat itu kau bisa memilih hal apa yang ingin kau pelajari lebih dulu. Jika bosan, temui kakakmu dan bermainlah bersama di sekitar kediaman." Ayah nampak mendominasi percakapan di meja makan. Ronald sejak tadi hanya mengangguk seraya mencuri pandang ke arahku sesekali.

Makan malam pertama kami lalui dengan hangat dan cukup berkesan. Sebelum menutup acara makan malam ini, ayah berpesan pada Ronald. "Jika ada sesuatu yang tidak nyaman segera katakan pada kepala pelayan atau ayah, kau mengerti, kan?"

"Terima kasih, ayah." Suasana mendadak terasa haru, karena Ronald mengatakan kata itu dengan mata berkaca-kaca.

Ayah mengusap puncak kepalanya pelan. "Kau tak seharusnya berterima kasih. Karena sudah seharusnya kau menerima itu."

Setelahnya aku mengantar Ronald kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang dan menatapku dengan pandangan nanar.

"Apa kau takut gelap dan tak ingin aku mematikan lampunya?" Tanyaku sebelum beranjak pergi meninggalkannya.

Dia menggelengkan kepalanya dan menarik ujung lengan gaunku. "Aku masih takut jika sendirian di tempat ini."

"Ah, kalau begitu haruskah aku menemanimu tidur sampai kau terbiasa?" Aku melangkah naik ke atas ranjang, dan mengambil tempat di sisi kiri. Ronald kemudian mengikuti, dan berbaring di sisi kananku.

Tanganku berderak mengusap kepalanya dengan lembut. "Tidak apa-apa tidurlah. Aku akan menemanimu sepanjang malam."

Mungkin karena lelah dan kekenyangan seusai makan, mata anak itu perlahan meredup dan ia terlelap dengan cepat. Aku juga turut serta mengantuk. Tidur bersamanya tak pernah ada dalam daftar rencanaku. Mungkin hanya untuk malam ini, kami bisa tidur bersama dengan damai. Lagipula hal semacam ini hanya dapat dilakukan oleh kakak beradik ketika sama-sama belum dewasa, bukan?

.......

Semenjak kedatangan Ronald, jadwal harian cukup banyak berubah. Aku memastikannya mulai terbiasa dengan mansion ini dengan mengajaknya berkeliling. Lantas ketika beranjak tengah hari aku mengantarnya mengikuti kelas bangsawan dengan guru terbaik yang telah dipilihkan ayah.

Aku sebenarnya juga diwajibkan mengikuti kelas ini. Namun, aku sengaja menghindar dengan alasan sakit. Lagipula aku tak memiliki niat bergabung dengan pergaulan kelas atas. Jadi aku cukup memahami etiket bangsawan sewajarnya, dan melakukan hobi di waktu luang. Selain itu aku juga tak berniat menjadi kepala keluarga, sehingga aku tak perlu pergi ke akademi untuk belajar. Jika dibutuhkan aku bisa belajar administrasi otodidak dari kepala pelayan. Ingatanku soal akuntansi dan sistem pengelolaan uang lainnya dari kehidupan sebelumnya juga masih utuh. Selain itu ada banyak buku yang menyediakan pengetahuan umum di perpustakaan mansion. Jadi aku rasa, semuanya akan mudah dipelajari sendiri tanpa pergi ke sekolah.

SPRING HILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang