"Jadi kau Amalthea Hill?" Seorang gadis kecil berusia 12 tahun sedang mengamatiku dari atas sampai bawah dengan tatapan congkaknya. Berbeda dengan tatapan matanya yang menyebalkan, sikap anggun dan elegan yang ia tunjukan sejak dini merupakan ciri khas keluarga bangsawan dengan pangkat tinggi. Setidaknya fondasi pendidikan karakternya untuk debut di kalangan masyarakat kelas atas cukup kuat.
Rambut pirang lurus dan mata tajam berwarna hazel yang cantik. Aku mengenalinya sebagai Cecilia Estevan, putri pertama Duke Estevan, sekaligus tunangan resmi Pangeran Bradley yang sudah disahkan sejak mereka sama-sama berusia 7 tahun.
Aku tak menaruh ketertarikan lebih terkait keberadaan tokoh Cecilia di dalam novel. Karena dia cuma antagonis sampingan yang ada untuk mengusik tokoh wanita di masa depan. Orientasiku masih pada bagaimana cara menyelamatkan dunia dan mencegah kehancuran. Bukan bersitegang dengan karakter antagonis sampingan yang tidak terlalu penting.
Bosan hanya melemparkan tatapan ramah pada bocah ingusan di hadapanku, aku meletakkan teh di tanganku ke atas meja dan menarik senyum malas. "Apa anda tidak menyukai teh yang disajikan, nona? Saya bisa meminta para pelayan untuk menyajikan teh yang baru."
Anak itu mendengus. "Tidak, aku datang kemari bukan hanya untuk sekedar minum teh, Nona Hill."
Aku tak memiliki urusan apapun dengannya, tapi pagi-pagi sekali dia sudah datang ke mansion tanpa janji dan memaksa bertemu denganku seenaknya. Akan jadi masalah kalau menolak kunjungan dari keluarga bangsawan lain yang memiliki pangkat lebih tinggi. Jadi mau tak mau agar tidak menimbulkan masalah, aku yang sedang malas-malasan di kamarku terpaksa menyambutnya.
"Lalu bisa anda katakan apa yang anda inginkan dari saya?" Karena berbasa-basi tak akan membantu, jadi lebih baik langsung ke intinya saja.
"Pangeran Bradley akhir-akhir ini mengabaikanku. Ah, maksudku dia memang selalu mengabaikanku sepanjang waktu. Tapi karena aku adalah tunangannya mau tak mau aku harus bisa dekat dengannya. Kuakui bahwa aku bodoh karena menyukai seseorang di pertemuan pertama yang selalu mengabaikanku. Tapi tak masalah kalau dia mengabaikanku saat ini, lagipula atas perintah kaisar kami akan tetap menikah dan hidup bersama di masa depan. Tapi perlakuannya padaku akhir-akhir ini benar-benar tak bisa ditolerir lagi. Dia berubah dan mengalihkan obsesinya padamu semenjak kembali dari mansion Hill hari itu."
"Lalu apa anda berniat menyalahkan saya atas sikap Pangeran Bradley, nona?" Aku mengerutkan kening heran dibuatnya. Sikap Pangeran Bradley bukanlah tanggung jawabku. Jadi buat apa ia melayangkan protes padaku, itu tidak berguna.
"Tentu saja, dia begitu karena terbutakan olehmu! Tiap kali kami memiliki pertemuan bersama dia selalu menatapku dengan pandangan malas dan berkata tidak bisakah kau menjadi secantik Amalthea Hill? Itu tidak masuk akal, dia tidak bisa menyuruh dua orang berbeda untuk menjadi sama!"
"Lantas bisa anda tunjukan dimana letak kesalahan saya untuk itu?" Aku berusaha menyikapinya dengan tenang.
"Sikap Pangeran Bradley menjadi semakin buruk sejak kau terang-terangan menolak undangannya. Apa kau tidak tahu bahwa lantai istana kekaisaran setiap hari berlumur darah? Pangeran Bradley yang kesulitan mengendalikan emosinya atas penolakanmu, melampiaskannya dengan menganiaya siapapun di sekitarnya. Lenganku bahkan ikut patah karena berusaha mencegahnya yang hampir membunuh pelayan favoritku." Dia mengangkat lengannya menunjukkan tanda penganiayaan fisik yang cukup berat.
Aku menatapnya cukup terkejut. Namun tak ada yang bisa kulakukan selain menaruh simpati dan tidak lebih. "Saya tidak tahu bahwa Pangeran Bradley telah melakukan hal seburuk itu karena ulah saya. Saya hidup dengan nyaman karena dia telah berhenti mengusik saya dengan mengirim hadiah berlebih. Untuk itu saya benar-benar merasa menyesal dan meminta maaf, nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING HILL
Historical Fiction[SECOND STORY] Aku mendadak terbangun menjadi Amalthea Hill dalam novel "Tears of Blood". Novel romansa tentang obsesi dan kegilaan dimana semua karakternya tidak ada yang waras sekaligus sadis. Di kehidupan ini aku hanya ingin beristirahat untuk wa...