Aku mengucek mata dan menguap sejenak. Tak terasa sudah mengurung diri di perpustakaan mansion ini sampai sore begini. Setelah sekian lama tidak belajar dan membuka buku kepalaku menjadi lebih cepat berasap. Mungkin karena tubuh Amalthea yang rapuh seperti kaca. Sehingga aktivitas sederhana seperti ini saja sudah membuatku luar biasa lelah. Ah, bodoh! Aku hanya alergi fakta, ini bukan karena tubuh Amalthea yang lemah, tapi aku saja yang tak terbiasa belajar di kehidupan manapun.
Huffftt.... Aku kembali menatap dengan seksama hasil catatan penelitianku terkait penyakit yang diderita oleh Amalthea. Dari novel yang kuingat penyakit itu bernama "Bleeding Hearth". Sebuah penyakit yang selama ini belum ada penderitanya di kekaisaran Everett.
Penyakit itu menyerang fungsi jantung. Dalam kondisi tertentu Amalthea akan dibuat kejang, mimisan, ataupun muntah darah yang sangat parah. Aku mungkin bisa menanggung gejalanya jika itu tak terasa menyakitkan. Hanya saja perasaan seperti jantung diremas itu benar-benar menyesakkan dan perih.
Sialnya penyakit ini malah berhubungan erat dengan emosi penderitanya yang rumit. Ketika terlalu banyak bersedih atau merasakan kebahagiaan berlebih, gejalanya akan tiba-tiba kambuh. Jadi indikatornya adaIah air mata, tawa, perasaan khawatir berlebih yang berujung pada kepanikan, dan emosi kemarahan yang meluap-luap. Itu penyakit yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa seseorang dipaksa hidup dengan kadar emosi yang seadanya?
Namun penyakit semacam ini nyatanya memang benar ada di dunia ini. Nama "Bleeding Heart" diambil dari sebuah bunga berbentuk hati dengan warna magenta yang mirip dengan pupil mata Amalthea. Bunga itu hanya tumbuh di pinggir perbukitan wilayah Hill yang sukar dijangkau, dan saat ini dipercaya menjadi satu-satunya obat yang dapat membantu meringankan gejala penyakit Amalthea. Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk sekarang belum ada yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit ini.
Beberapa saat lalu aku menemukan sebuah buku tentang Kerajaan Blair dan jurnal milik Bianca Blair di perpustakaan ini. Kedua buku itu terlihat berhubungan, jadi aku tertarik untuk membacanya. Setelah berjam-jam mengkajinya, aku dapat menggarisbawahi beberapa hal penting yang ternyata berkaitan dengan penyakit Amalthea.
Selama ini Amalthea sebenarnya mewarisi kekuatan suci dari darah ibunya. Darah Amalthea memiliki kemampuan khusus untuk menyembuhkan penyakit apapun. Tak hanya darahnya, air matanya bahkan juga memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Hanya saja itu tak berguna untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Bianca Blair, ibu Amalthea merupakan keturunan terakhir dari Kerajaan Blair dimana pendirinya merupakan orang-orang suci yang menerima berkah ilahi. Namun kerajaan itu telah hancur sejak lama.
Dalam jurnal milik Bianca dikatakan bahwa Amalthea yang masih hidup merupakan satu-satunya pewaris darah kerajaan Blair yang tersisa. Sayangnya Amalthea kelak berkemungkinan tak bisa bertahan hidup lama karena merupakan anak dengan darah campuran.
Bianca Blair telah memprediksi hal tersebut dengan seksama sebelum ia sendiri meninggal beberapa saat setelah melahirkan. Sebelum mengandung ia adalah seorang wanita yang sehat, namun semenjak hamil kondisi fisiknya berangsur menurun dikarenakan terlalu lemah menanggung kekuatan bawaan calon anaknya.
Bahkan meski tahu akan meninggal, dia tetap berjuang keras untuk melahirkan putrinya. Bodoh, ah tidak dia melakukan tugasnya sebagai seorang ibu dengan bertanggung jawab. Karena tak peduli apapun yang terjadi, seorang anak tetap punya hak untuk dilahirkan.
Aku bersyukur menemukan jurnal milik Bianca lebih awal. Karena di sini ada banyak penjelasan menarik tentang kekuatan suci dan juga pengalaman hidupnya yang luar biasa.
Sifat utama kekuatan suci dipengaruhi oleh emosi pemiliknya. Amalthea yang masih muda dan tumbuh tanpa ibu yang membimbingnya akan kesulitan mengendalikan kekuatan tersebut. Akibatnya kekuatannya menjadi terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING HILL
Historical Fiction[SECOND STORY] Aku mendadak terbangun menjadi Amalthea Hill dalam novel "Tears of Blood". Novel romansa tentang obsesi dan kegilaan dimana semua karakternya tidak ada yang waras sekaligus sadis. Di kehidupan ini aku hanya ingin beristirahat untuk wa...