15

100 2 0
                                    

Ternyata seperti ini, rasa sakit yang wanita itu rasakan siang tadi. Bahkan wanita itu tidak marah sekalipun terhadapnya, tetapi kenapa sekarang rasanya ia sangat ingin marah atau memukuli lelaki yang berani mendekati wanitanya bahkan menyentuh nya.

"Assalamu'alaikum"

Ucapan salam itu berhasil menyadarkan lelaki yang setia menggenggam lengan wanita bukan mahramnya.

"Waalaikumsalam"

Keduanya saling menatap sampai tidak ada lagi yang memulai pembicaraan. Hingga Aska yang mendekatkan dirinya pada wanita yang terbaring lemas di brankar.

"Siapa?" Tanya lelaki yang bingung melihat kedatangan orang asing.

"Aska, calon suaminya Fara"

Sontak lelaki itu terkejut mendengar jawabannya hingga tangan besar yang menggenggam lengan mungil wanita itupun ia lepaskan.

"Oh iya iya" ucapnya seraya menjauhkan diri lalu duduk di kursi yang berada cukup jauh dari brankar.

Lama Aska menatap wanitanya yang tak kunjung membuka mata, dapat Aska lihat mata sembab wanita itu yang ia tebak pasti dirinya sangat terpukul akan kejadian siang tadi saat dirinya berpelukan dengan wanita lain. Meski di depannya ia sangat kuat tapi ia sangat tau wanitanya.

Ia membenarkan sedikit hijab yang memperlihatkan leher kiri wanitanya yang sedikit terbuka dan ia sangat tidak suka melihat hal tersebut, terlebih jika itu dilihat lelaki yang bukan mahram nya. Mungkin karena lelaki ini merasa dirinya akan menjadi mahram wanita itu jadi ia sangat overprotektif padanya, ini tuh seperti latihan sebelum jadi suami yang baik yang harus menjaga kehormatan istrinya dari segala sesuatu.

"Mas Aska.." suara lembut itu berhasil membuat lelaki yang tengah duduk itu mendongakkan kepalanya.

"Fara.." panggil Aska memastikan bahwa wanita itu telah siuman dan memanggilnya baru saja.

Terdengar hembusan nafas dari wanita yang terbaring lemas tersebut.

"Far Lo udah bangun?" Tanya Ashraf yang mendengar percakapan keduanya.

"Mas Aska.." lagi lagi ia hanya memanggil nama lelaki yang akan menjadi suaminya.

"Iya kenapa? Ada apa? Ada yang sakit?" Tanyanya berkali kali dengan suara lembut.

Sontak pertanyaannya hanya dibalas dengan gelengan kecil.

Perbincangan tersebut dilihat oleh Khilma yang baru saja datang dari kantin bersama Tama. Ia berlari kecil kearah brankar yang mendapati sang anak sudah siuman.

"Alhamdulilah sayang kamu sudah siuman"

Ashraf yang memberi jalan pada paman juga bibinya untuk berada lebih dekat pada anaknya.

Fara yang masih lemas pun tak berbicara apa-apa, ia hanya menatap sang ibu dengan anggukan kecil "mas Aska jangan kemana mana yah" lirihnya yang kembali menatap Aska.

Bukannya marah, justru kedua orangtuanya senang karena mereka berdua kelihatan sudah cukup dekat. Dan Tama hanya mengusap pelan kepala sang anak seraya senyum yang tak luntur.

Aska tersenyum kecil pada wanita yang kali ini berani menatapnya "iya, kamu cepat sembuh yah" ucapnya yang diangguki wanita di depannya.

Suara dering telepon membuatnya harus keluar ruangan sebentar.

"Waalaikumsalam bu" jawab Aska pada seseorang dibalik telepon.

"Oh ibu udah sampai di rumah?" Tanyanya seakan terkejut "tapi Aska lagi di rumah sakit"

Perwiraku🖤 | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang