"Hahhhh" hembusan nafas panjang dari suster yang bertugas bersama Fara sedari tadi "dokter Fara langsung pulang hari ini?" Tanyanya setelah keduanya keluar dari ruang medis.
"Kayanya iya" jawab Fara sebelum ia pamit pada suster tersebut.
Hari kian gelap, matahari kian tak terlihat tetapi wanita itu baru akan pulang setelah waktu mendekati adzan magrib.
Suasana hati yang tak baik membuatnya ingin menikmati keadaan jalanan yang menurutnya suara mesin juga klakson kendaraan yang berisik tetapi itu yang membuatnya ingin berlama lama naik motor, karena hanya di jalan raya lah meski harus bermacet macetan ia merasa sedikit lebih baik.
"Waalaikumsalam" jawab Khilma ketika sang anak memasuki rumah dan lupa akan mengucapkan salam.
"Eh mamah, assalamualaikum" ucap Fara dengan lesu seraya mencium lengan sang ibu.
Khilma tersenyum dan mengusap suray sang anak yang tertutup hijab, namun ia mendapati raut wajah Fara yang tak biasa "Kamu kenapa nak?" Tanyanya
Fara menatap lama wajah teduh sang ibu "Fara lagi capek aja mah" jawabnya seraya menunduk "tadi di rumah sakit banyak banget kerjanya" jawab Fara yang kembali menunduk "kalau gitu Fara ke kamar ya mah, mau istirahat" masih dengan keadaan lesu Fara pun pergi meninggalkan sang ibu yang masih berdiri ditempat tadi.
Khilma hendak membicarakan perihal tadi pagi Aska yang menelpon suaminya pun tak jadi sebab tak tega dengan sang anak yang terlihat begitu lelah.
"Hhhhugh..." nafas panjang yang ia hembuskan ketika ia diduk di tempat tidur. Jendela yang terbuka membiarkan angin masuk kedalam ruangan membuat gorden putih miliknya seakan terbang.
Fara berjalan menuju balkon kamar, terlihat awan berwarna jingga akan berganti menjadi malam yang sepertinya akan dipenuhi bintang.
Lengan yang ia sandarkan pada pagar pembatas menghirup beberapa kali nafas panjang.
Lamunannya terhenti kala suara adzan itu terdengar begitu lantang. Fara mengusap wajahnya tak terasa buliran air mata itu jatuh melewati pipi hingga kerudung yang ia pakai. Kembali ia menutup jendela serta gorden.
"Pah, ini teh nya diminum dlu mumpung masih anget" ucap Khilma memberikan secangkir teh panas untuk suaminya "oh iya, mamah belum berhasil bicara sama Fara soal tadi pagi" ucapnya lagi
"Yaudah nanti aja, bisa besok pagi atau lusa tapi kayanya besok siang juga Aska pulang" jawab Tama pada sang istri "tapi mamah harus bicara dulu sebelum Aska pulang biar jelas permasalahannya" sambung Tama yang diangguki sang istri.
Didalam kamar, diatas sejadah yang tergelar ia duduk "Yaalloh, hamba serahkan semuanya pada engkau dzat yang mahakuasa.." ia berucap mengangkat kedua tangannya "kalaupun jalan terbaik dari semua ini adalah seperti ini, hamba ikhlas ya Alloh. Hamba tidak peduli berapa lama lagi engkau menyuruh hamba untuk menunggu jika dibalik semua ini engkau telah menyiapkan yang terbaik diantara lelaki baik menurut hamba sendiri. Tapi berikanlah kepada hamba dan keluarga kekuatan untuk menerima banyaknya cobaan setelahnya" ia menjeda ucapannya "hamba selalu berusaha memberikan rasa cinta yang begitu besar padamu ya Alloh, tolong berikanlah pula pada hamba dia (ciptaanMu) yang amat begitu cinta pula kepadamu maka aku yakin dia juga akan mencintai ku atas izinmu" airmata mulai berjatuhan juga bibir yang mulai gemetar, doa yang sudah tak bisa ia lanjutkan tapi hatinya begitu riuh seakan banyak hal yang masih ingin ia ungkapkan dalam doa. Setelahnya Fara mengusap wajah tanda mengakhiri doa nya.
Mobil hitam metalik itu berhenti di depan kos wanita. "Lo tuh gak tau aja" sambil tertawa seorang perempuan keluar dari mobil "Makasih ya Shil udah nganterin gue pulang" ucap wanita itu yang diangguki Shila "Lo yakin ga mau ke kosan gue dulu?" Tanyanya lagi namun Shila menggelengkan kepala pertanda menolaknya.
"Lain kali aja deh Ca udah malem juga" lirihnya yang memang bukan hanya itu alasannya, Shila yang sangat ingin pulang untuk beristirahat, matanya memicing melihat bayang seorang lelaki.
"Ca bukannya ke kosan Lo ga boleh bawa cowo yah" tanya Shila yang diangguki sang teman "iya, emang kenapa?" Tanya Eca kembali yang tak kunjung Shila jawab. Kini pandangannya mengikuti arah mata Shila melihat.
"Ga ngerti lagi gue"
"Kenapa?" Tanya Shila bingung
Eca menunjuk pada arah dimana terdapat seorang pria dan wanita di dekat gerbang kosan "pemilik kosan udah hampir sering negur dia yang sering banget setiap pulang bawa cowo ke kosan" ucapnya " padahal diatuh dokter tau Shil" sambungnya yang masih Shila dengarkan dengan hidmat cerita temannya itu.
"Gue sebagai dokter merasa malu gara gara sikap dia yang kaya gitu, orang ngiranya seakan akan gue juga sama kaya gitu" ucapnya yang mulai emosi.
"Udahlah orang lain gausah terlalu di dengerin" ucap Shila yang kini menempelkan wajahnya di dekat kaca mobil yang ia buka "lagian Lo bukan orang yang kaya gitu" sambungnya.
"Hah.. kenapa Shil barusan Lo bilang apa?" tanya Eca yang mendengar ucapan Shila yang tak jelas terdengar. "Eh ga ko gue ga bilang apa-apa" bantah Shila yang kemudian pamit untuk segera pulang. Disepanjang jalanan malam yang begitu sepi, Shila mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang dengan terus kepikiran kejadian yang tadi dilihatnya. Dirinya yang tak habis pikir dan sekarang dibuat dilema dengan kejadian tersebut.
Malam yang gelap sehingga tak menunjukkan satupun keindahannya disana, tak ada bintang malam ini bulan pun hanya menunjukan cahayanya sebab tertutup awan.
Fara menyenderkan tubuhnya pada tiang balkon dengan pandangan kosong, hanya hembusan angin malam yang cukup dingin membuatnya beberapa kali mengusap lengannya sendiri.
"Makasih ya mas, udah mau... nganterin akuh..." Seorang wanita dengan jalan sempoyongan yang ia antarkan pulang ke kosan yang sebelumnya pernah ia kunjungi.
"Mas... masuk yu" ajaknya seraya memeluk lengan lelaki yang mungkin bisa dibilang membuatnya gila seperti yang orang lain lihat. Dengan cepat ia menolaknya dan berpamitan untuk pergi.
Fara yang baru tiba tepat dipukul 9 pagi sebab dirinya telah meminta izin untuk menyelesaikan urusannya, tugasnya telah ia titipkan pada sahabatnya, Shasha.
"Ko dokter Fara biasa aja ya?" Bisik seorang suster yang baru saja melewati Fara "mungkin belum tau kejadian itu" ucap yang lainnya lagi. Namun Fara yang acuh sama sekali tak menggubris bisikan di sepanjang ia jalan menuju ruang Koas.
"Dokter, kalo ga sibuk tolong bantu saya diruang Permata 3 ada pasien kritis" ucap sang suster yang datang saat Fara hendak masuk kedalam ruang Koas "tolong dok" ucap sang suster itu lagi.
"Bukannya itu tugas dokter Wita?" Tanya Fara bingung pada suster tersebut. Ia mengangguk "iya tapi dokter Wita sedang dipanggil atasan keruangannya" jawab sang suster dimana jawaban tersebut justru membuat banyak tanda tanya muncul dipikiran Fara.
Selesainya tugas yang seharusnya dikerjakan Wita, Fara sekarang ingin mencari sahabatnya yang sudah membantunya tapi ia lupa hadiah itu ia tinggal diruang Koas, terpaksa ia harus mengambilnya terlebih dulu sebelum ia menemukan Shasha.
"Dokter Fara" suara itu membuat Fara terkejut. Ia yang tak tau harus berbuat apa hanya berdiri seraya menatap tak percaya jika laki laki ini sudah kembali dari tugasnya, kantong kresek yang ia jatuhkan pun segera ia ambil.
"Assalamualaikum" ucap lagi Aska.
"Waalaikumsalam" jawab Fara yang kini hanya menunduk dengan mencekal erat kresek hitam. "Kita bicara diluar aja, silahkan" sela Fara mempersilahkan Aska untuk lebih dulu keluar ruangan sebab ia tak mau banyak kesalahpahaman muncul nantinya.
Disinilah, ditaman belakang rumah sakit yang tak terlalu banyak orang namun tak pernah sepi, Fara menyukai tempat ini dan sering ia gunakan untuk sekedar ngobrol santai.
"Saya mau minta maaf" ucap Aska
Rasanya cukup tenang, beberapa hal yang mengganggunya belakangan ini sehingga membuatnya tak fokus dalam bekerja pun sudah ia selesaikan.
"Fara!"
Plakkkkk..
Tamparan itu terdengar nyaring oleh beberapa orang yang juga berada didalam ruangan Koas. "Aw ssshtttt!" lirihan kecil Fara yang mendapat tamparan hebat dari seseorang yang baru saja tiba.Jangan lupa untuk vote readers🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwiraku🖤 | On Going
Teen FictionHaii.. kenalin aku Revina Farasyita Nasution, semua manggilnya Fara. Ayah pindah tugas dari Surabaya ke Bandung dan disinilah aku memulai kisah baruku. Ternyata tidak gampang dengan orang baru juga hal baru, tetapi begitulah hidup, kita akan selalu...