"Far, ada yang mau gue bicarain sama Lo"
"Bicara aja Sha"
Lantas wanita itu menghentikan motornya tepat di jembatan dekat danau.
"Ko berhenti Sha?" dengan bingungnya ia pun turun dari motor.
"Kita bicara disini aja ya Far, lagian ini masih sore kalau pulang ke kosan" ucapnya seraya memarkirkan motor tersebut dan berlalu pergi kearah pembatas jembatan.
Keduanya sama-sama tengah memandangi matahari yang akan tenggelam itu.
"Gue sebenernya gak sengaja tadi denger pembicaraan Lo sama Wita.." ia menjeda ucapannya kala wanita itu mulai menunjukkan ekspresi terkejut nya. "Kenapa Lo gak cerita sama gue dan mendem semuanya ini sendiri Far?" kali ini ia memegang kedua lengan sahabatnya itu.
Fara yang bingung harus memulai pembicaraan darimanapun tak berani untuk membuka suaranya. Terlalu banyak hal yang tak ia bagi dengan siapapun kecuali sang maha Pencipta, bukan perihal dirinya tak percaya pada siapapun dibumi ini, hanya saja ia takut kalau masalah ini hanya akan menambah beban pikiran orang lain terutama sahabatnya ini.
"Far gue ini sahabat Lo" ucapnya seperti menyadarkan sahabatnya itu dari lamunannya.
"Sebenernya terakhir kali kejadian pas sebelum gue sakit, tapi kelihatannya Lo sibuk banget jadi gue gak mau ganggu Lo"
"Gue bilang apapun.." lirihnya kembali menatap matahari tenggelam di depannya. "Apapun yang mau Lo ceritain ke gue pasti gue denger Far" ucapnya penuh penekanan
Wanita itu hanya menghela nafas lalu kembali berbalik menghadap sahabatnya. "Gue takut hal yang sama terjadi lagi, dan itu akibat pertengkaran gue sama mas Aska" dengan sorot mata sayu ia memandangi wajah sahabatnya.
"Far.. " ia mengusap kedua lengan atas Fara "gue sama sekali gak ngerasa terbebani, dan gue janji gak akan ada kejadian kaya dulu yang merugikan diri gue sendiri ataupun Lo"
"Sha, gue cuman gak mau Lo kena masalah hanya karena Lo belain gue" lirihnya seraya mendongakkan kepala.
Keduanya kini saling memeluk erat hingga tetesan air mata jatuh dari mata sayu wanita yang di peluknya.
"Tuhkan Lo nangis terus udah dong Far, gue gak bakal bikin ulah kecuali kalau bukan tuh nenek lampir yang cari gara gara duluan" mendengarnya lantas membuat wanita itu sedikit tertawa.
"Mumpung ini mau akhir bulan jadi gue mau abisin duit gue dan teraktir Lo" ucapnya girang
Melihat sahabatnya yang tak memberi respon apapun setelah ucapannya baru saja, ia kembali membuka suaranya.
"Kok Lo gak seneng sih Far?" Tanyanya seakan terdapat sedikit rasa kesal
"Bukannya gak seneng.." ia menjeda ucapannya lalu beralih menghadap wanita di depannya.
"Udah.. sekarang Lo ikut gue" ditariknya lengan yang membuat Fara juga ikut berjalan maju.
"Udah ah ayo naik, pokonya gue bakal ajak Lo ke suatu tempat dan tenang gue yang bakal traktir" akhirnya Fara menaiki motor lalu beranjak pergi mengikuti kemana ia akan dibawa oleh sahabatnya ini.
~
Seorang wanita dengan motor Vespa metic nya baru saja tiba di parkiran rumah sakit. Semuanya begitu ricuh, banyak orang berlalu lalang dan berbicara dengan begitu kerasnya, ia juga tak jarang mendapat tatapan yang intens dari beberapa orang begitu pula karyawan rumah sakit.
"Pagi dokter Fara" sapa suster yang ia perhatikan sedari tadi berbisik pada teman sebelahnya.
Ia tak menjawabnya dan hanya mengangguk seraya tersenyum ramah pada dua orang suster tersebut. Lalu setelahnya ia kembali berjalan memasuki gedung rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwiraku🖤 | On Going
Novela JuvenilHaii.. kenalin aku Revina Farasyita Nasution, semua manggilnya Fara. Ayah pindah tugas dari Surabaya ke Bandung dan disinilah aku memulai kisah baruku. Ternyata tidak gampang dengan orang baru juga hal baru, tetapi begitulah hidup, kita akan selalu...