C6

305 35 2
                                    

"Lo kesini?" Tanya Clara sedikit terkejut saat membuka pintu indekosnya. Ini sudah tiga hari sejak siang di mana ia bercerita soal dirinya pada Bayu. Pemuda itu tidak menemuinya lagi setelah itu. Hanya sesekali mengirimkan pesan, mungkin memastikan ia tidak melakukan hal bodoh lagi. Jadi Clara pikir Bayu memilih untuk menjauhinya.

"Iya, sorry beberapa hari belakangan gue sibuk bantu persiapan sidang kakak gue." Mendengar penjelasan Bayu membuat Clara termenung.

Jadi Bayu tidak menjauh karena cerita kehidupannya yang sangat berantakan, berbanding terbalik dengan hidup pemuda dihadapannya. Setelah tau semuanya, Bayu tetap mau berteman dengannya?

"Gue bawa makanan, lo udah makan siang?" Tanya Bayu karena Clara justru melamun.

"Belum."

"Kalau gitu ayo makan," Ajak Bayu menunjuk bangku kosong di tak jauh dari kamar kos Clara.

"Eng, lo nggak mau ganti baju dulu?" Tanya Bayu hati-hati saat menyadari Clara hanya menggunakan tank top dan hotpants.

"Gerah, lagian baju gue yang kering tinggal ini." Bayu menghela napas. Ia menyodorkan kresek berisi ayam penyet kepada Clara. Kemudian membuka kemejanya jadi sekarang Bayu hanya mengenakan kaos polos berwarna hitam.

"Pakai." Ucap Bayu menyodorkan kemejanya.

"Gerah, Mumtaz. Cuma ke situ 'kan, nggak keluar lingkungan kos."

"Tapi disini banyak cowok, orang yang lewat juga bisa lihat. Jangan lupa gue juga cowok." Ucap Bayu memberi pengertian.

"Ish, itu mbak-mbaknya juga pakai tanktop biasa aja tuh." Tunjuk Clara pada cewek yang Bayu tebak juga penghuni kos ini.

"Pakai Clara. Kalau di depan gue, lo nggak boleh berpenampilan begini lagi." Gadis itu menerima kemeja Bayu dengan raut cemberut.

"Kenapa sih? Lo kegoda sama gue?" Tanya Clara sembari memakai kemeja Bayu yang kebesaran, bahkan sampai menutup hotpantsnya.

"Itu aurat Clara, harusnya lo ngg-"

"Gue bukan orang islam. Nggak ada istilah aurat-aurat atau apalah itu." Potong Clara cepat.

"Ok, sorry. Gue ubah kalau gitu. Di sini gue muslim, dan penampilan lo saat ini nggak seharusnya gue lihat. Jadi gue minta tolong, sebagai temen lo, tolong bantu gue menjaga pandangan." Ucap Bayu memberi penekanan pada kata teman.

Clara tersenyum karena yakin, Bayu benar-benar mau berteman dengannya. Baiklah, jika pemuda itu meminta tolong ia akan membantu. Ia juga baru ingat, pemuda di depannya ini cowok baik-baik, atau terlalu polos, entahlah.

Clara yakin sebenarnya Bayu sudah sering melihat cewek dengan pakaian terbuka. Ayolah, mereka hidup di kota, dan penampilan begini tidak terlalu aneh seharusnya.

"Nih udah gue pakai." Bayu mengangguk puas.

"Besok lagi, kalau ada gue atau siapapun itu, coba berpenampilan yang lebih sopan." Ucap Bayu saat beriringan dengan Clara menuju bangku yang akan mereka duduki untuk makan siang bersama.

"Kok ngatur? Kenapa emang? Gue kelihatan kayak cewek nggak bener dengan penampilan kayak tadi?" Jangan salahkan Clara kalau ia sedikit tersinggung. Bayu berkata seolah penampilannya tadi tidak pantas. Padahal ia sudah sering berpenampilan begitu, bahkan lebih terbuka lagi.

Apalagi sejak bekerja di club, ia jadi dituntut untuk berpenampilan lebih terbuka.

"Bukan gitu." Sahut Bayu sadar mungkin saja Clara tersinggung.

"Apa? Kenapa selalu cewek yang disuruh ini itu? terserah kamilah mau berpenampilan gimana. Cowok aja yang nggak bisa kontrol diri."

Bayu jadi sadar, Clara itu keras kepala dan memiliki pendirian yang kuat. Ia tidak bisa menasihati Clara, apalagi dengan membawa agama. Gadis itu punya cara berpikir yang unik.

CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang