C 19

358 42 1
                                    

Biya tidak suka Clara, gadis itu bahkan sudah mendeklarasikannya di depan Bayu dan Derren.

Tapi melihat keadaan Clara saat ini membuat hatinya tersentuh. Ia juga perempuan, dirinya bisa memahami apa yang Clara rasakan. Apalagi Biya juga pernah mengalami kejadian kurang mengenakan sebelum menikah dulu.

"It is okay. Lo udah bener kok. Emang polisinya aja yang nyebelin." Ucap Biya setelah mendengar cerita Clara. Sementara Bayu memilih mengamati Biya yang baru kali terlihat berempati dengan Clara.

"Lo pasti takut banget tadi." Kata Biya menggenggam tangan Clara, genggamannya mengerat saat Clara mengangguk.

"Tapi hebat tau, bisa lawan bocah itu dan berani untuk speak up, walaupun akhirnya nggak sesuai harapan, tapi gue nggak akan seberani itu kalau ada di posisi lo." Clara mendangak untuk melihat Biya yang juga sedang menatapnya. Baru kali ini Clara merasa kembaran Bayu itu benar-benar berempati kepadanya.

"This is a secret, I've been raped." Perkataan pelan itu membuat Clara menatap tak percaya. Gadis dihadapannya juga pernah dilecehkan? Oh ayolah, kurang menjaga apalagi kembaran temannya ini. Jika ada orang yang mengatakan pakaian bisa mengundang, tidak sepenuhnya salah, tapi tidak selalu benar juga. Buktinya gadis dengan penampilan sesopan Biya pun bisa mendapat tindak pelecehan.

"Lo orang pertama selain keluarga gue yang tau. Bukan maksudnya gue mau membandingkan kondisi kita. Gue cuma mau bilang, kalau gue bener-bener bisa mengerti perasaan lo. Dan gue merasa bangga sebagai sesama perempuan, sebab lo bisa mengatasi situasi itu dengan baik."

Apa semua keluarga Bayu memang bermulut manis. Clara jadi takut semakin terbuai jika berdekatan dengan keluarga Bayu.

"Gue nggak akan cerita detail kejadian yang gue alami, karna ya, kita nggak sedekat itu." Oke, Clara menarik kembali ucapan batinnya beberapa saat yang lalu. Biya di depannya masih sama dengan Biya yang ia kenal. Biya yang tidak menyukainya.

"Tapi kejadian itu begitu membekas dan membuat gue trauma. Gue bahkan membatasi skinship dengan Derren di awal pernikahan kami," bahkan hingga sekarang, lanjut Biya dalam hati.

Sementara Clara kembali menatap Biya, apa separah itu? Traumanya hanya akan bangkit saat ia dihadapkan pada kondisi tertentu yang mengingatkannya pada kejadian saat dirinya akan dijual oleh sang ayah. Tapi Biya bahkan takut bersentuhan? Bukankah pasti kejadian yang dialaminya lebih parah?

"Gue merasa lo juga punya ketakutan tersendiri dengan kejadian yang lo alami tadi. Gue nggak tau apa yang terjadi sama lo di masa lalu, dan nggak pengen tau juga sih, karna ya, kita nggak sedekat itu." Clara tak tahan untuk berdecak. Sebenarnya apa sih maksud kembaran temannya ini, tarik ulur emosi sejak tadi.

"Gue cuma pengen lo tau, kalau lo bisa mengendalikan situasi tadi dengan sangat baik. Meski takut banget, lo tetep bisa lawan." ada sorot kesedihan yang Clara tangkap saat Biya mengatakan itu.

Apa mungkin karena Biya dulu tidak bisa melawan? tanya Clara dalam hati. Ia jadi penasaran dengan kejadian yang dialami kembaran temannya itu.

"Gue nggak suka sama sikap bold lo, tapi gue rasa lo harus mempertahankan itu untuk menghadapi situasi-situasi seperti tadi." Biya bangkit, tersenyum sekilas sebelum berjalan meninggalkan kamar kos Clara.

Clara masih mencerna sikap Biya barusan sampai tak menyadari jika orang yang ia pikirkan membuka kembali kamar kos Clara, hanya memasukkan setengah badannya yang sudah ada di luar.

"Gue, terkadang mimpi buruk setelah trauma itu bangkit. Kalo lo juga mimpi buruk ntar malam, its okay untuk nelpon gue lewat nomornya Derren. Jangan nelpon Bayu, gue nggak suka kalian dekat-dekat." Clara mengerjap.

CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang