C 15

362 47 2
                                    

"Abang sedang senggang nggak, apa bisa bantu Bunda?" Tanya Aya memasuki kamar Bayu setelah dipersilahkan oleh pemiliknya.

"Bantu apa, Nda?" Tanya Bayu mem-pause gamenya.

"Belanja seperti biasa."

"Oh, bisa Bunda. Tapi nanti sore aja gimana, Nda? Masih panas sekarang." Nego Bayu yang membuat Aya berdecak.

"Tak apa sih, tapi kita nanti akan terlambat makan malam karena Bunda sudah tidak punya bahan yang bisa dimasak." Bayu menatap Bundanya dengan cengiran polos.

"Ntar malam beli bakso aja yuk, Nda. Udah lama lho kita nggak jajan bakso di depan kompleks." Aya tau ini akal-akalan Bayu karena malas pergi sekarang. Tapi itu bukan ide yang buruk. Maka Aya mengangguk setuju.

"Kalau belanjanya nanti sore ajak Bila sekalian bang, biar ada yang bantu."

"Iya Nda, nanti sekalian Abang jemput Bila sekolah."

"Terima kasih, anak Bunda yang the best memang." Bayu mendengkus.

"Bunda bilang gitu juga ke Bila setelah bantu nyiapan sarapan tadi pagi." Protes Bayu yang disambut kekehan tak bersalah Bundanya.

"Ya kan, anak bunda memang the best semua."

"Hm, yaudah abang mau lanjut main lagi."

"Ish, jangan kelamaan mainnya."

"Iya, Nda." Sahut Bayu bersiap kembali menghadap ke layar komputernya.

"Oh iya bang, nanti bisa sekalian mampir nganter titipan Bunda?"

"Titipan apa? Ke mana?"

"Seragam sama beberapa keperluan mengajar, tolong belikan baksonya juga untuk Clara. Kamu pasti tau kosnya dimana kan?"

Bayu terdiam mencerna permintaan Bundanya.

"Clara jadi ngajar di rumah singgah?" Tanya Bayu kikuk. Ini kabar pertama tentang Clara yang ia dengar selama sebulan ini.

Aya mengangguk.
"Pekan lalu dia sudah ke rumah singgah. Mulai ngajarnya pekan ini. Makanya Bunda minta kamu anter beberapa keperluannya untuk mengajar."

"Bunda serius? Maksudnya gapapa Abang ketemu Clara?"

"Bang, kami minta untuk menjaga batasan, bukan memutus pertemanan. Lagian nanti abang kan sama Bila juga, jadi aman. Asal kamu nggak neko-nako aja. Jaga hati, jaga mata."

"Iya-iya Bunda." Ucap Bayu yang tanpa sadar diikuti senyuman. Pemuda itu sangat senang karena pada akhirnya ia punya alasan untuk menemui Clara.

Sementara Aya, ikut tersenyum saat melihat senyum putranya telah kembali.

***

"Bila nggak suka selai yang ini bang," Ucap Bila saat kakaknya memasukkan selai jeruk ke troli belanjaan mereka. Ia tak suka selai buah, apalagi yang asam. Di keluarganya pun tidak ada yang suka.

"Bukan buat kamu,"

"Ish sebenernya ini belanja buat siapa, sih? Dari tadi abang masukin barang-barang yang nggak ada di daftar kiriman Bunda."

"Buat teman abang, nanti kita juga mampir kesana dulu sebelum pulang. Nganter titipan Bunda."

"Ngapain Bunda nitip buat temen Abang?" Tanya Bila penasaran.

"Dia ngajar di rumah singgah, bunda nitip beberapa keperluan mengajar buat dia."

"Ohhh,"

Setelah selesai belanja, mereka mampir ke penjual bakso langganan terlebih dahulu.

CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang