C22

410 40 5
                                    

Clara lupa kapan terakhir kali dirinya mengikuti acara buka puasa bersama. Saat sekolah dulu pun ia tidak pernah mau mengikuti acara buka puasa meskipun yang mengadakan adalah sekolah. Untuk apa buka puasa jika kau tidak puasa, kan?

Tapi kali ini entah kenapa Clara penasaran dan ingin ikut. Eum, alasan sebenarnya sih agar ia bisa menghemat uang untuk makan malam. Lagipula acaranya hanya di kafe, sekalian ia selesai bekerja jadi tidak perlu effort lebih. Ia hanya harus naik ke lantai dua, tempat acara di selenggarakan. Buka puasa kali ini diandakan untuk semua karyawan kafe, dibagi jadi dua kali kemarin dan hari ini, agar tetap ada staf yang melayani pengunjung.

"Oh, hai." sapa Bayu saat Clara akan naik tangga menuju lantai dua. Sepertinya pemuda itu juga baru datang.

"Mau ikut acara di atas?" Clara mengangguk.

"Lo juga?" 

"Iya, sekalian baliknya bareng Biya nanti." Clara menduga karena beberapa hari ini Derren ke luar kota untuk mengurus pembukaan cabang kafe. 

"Oh, ada Biya juga."

Bayu mengangguk, mengode Clara agar berjalan duluan menaiki tangga.

"Gue kira lo males ikut acara ginian, no offense ya."

"Lo pasti nebak kalau gue nggak puasa." 

Bayu mengangguk jujur. "Atau lo, puasa?"

Clara tertawa kecil lalu menggeleng. "Sebenarnya, gue ikut biar dapat makan malam gratis." 

Bayu ikut terkekeh. "Hm, sayangnya lo harus ikut kajian dulu sebelum makan. Yakin tahan?"

"Gue pikir kajiannya nggak akan semembosankan denger Derren ngomel karena gue nggak sengaja numpahin seember minyak minggu lalu."

Bayu menatap terkejut, "Sumpah? Dia pasti ngomel panjang lebar terus diungkit-ungkit sampai beberapa hari."

"Exactly, untung aja dia keluar kota setelahnya. Tapi itu emang salah gue sih, jadi yaudahlah."

"Betah kerja disini?" Clara mengangguk, menyempatkan mengucapkan terima kasih karena Bayu menahan pintu untuknya. Mereka memasuki ruangan bersama, sudah ada cukup banyak karyawan yang datang, tapi acara belum dimulai.

"Thank you udah masukin gue ke sini, Mumtaz. Gue hutang banyak sama lo." kata Clara dengan senyum tulus.

Mumtaz tersenyum saat melihat senyum Clara. Dibandingkan saat awal bertemu dulu, jelas Clara sudah jauh lebih baik sekarang.

"By the way, how are you lately? Kalau dipikir-pikir kita jarang banget ketemu akhir-akhir ini."

Clara mengangguk. "Bunda bilang, lo lagi sibuk kuliah?"

"Hm, begitulah. Gue punya target lulus tahun ini." jawab Bayu.

"Lo pasti bisa." 

"Semoga ya. Jadi, apa kabar Clara?"

"Good, I guess? Gue mulai punya gaji yang cukup seenggaknya buat makan sama bayar kos. Senang juga bisa menekuni hobi gue lagi sambil ngajar anak-anak."

"Alhamdulillah kalau begitu. Mentally-nya good juga belum?"

Clara menatap Bayu saat pemuda itu menanyakan pertanyaan yang sebenarnya cukup sensitif baginya. Tapi karena ini Bayu, Clara justru merasa senang, ia merasa ada yang peduli padanya sampai sedalam itu.

"Eum, Biya kasih gue banyak buku, itu bisa jadi pengalihan kalau gue lagi sendiri di kos. Gue pikir, untuk saat ini gue ingin menikmati hidup dulu. Maksudnya, gue nggak pernah merasa sebebas ini sebelumnya, tanpa harus mikir ini itu, hanya fokus ke diri gue sendiri." 

CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang