C. 25

151 23 1
                                    

Bayu mengatakan keinginannya pada kedua orang tuanya dan syukurlah mereka mendukung, tahu kalau perasaan anaknya sudah tidak bisa di tahan lagi apalagi dengan fakta jika keduanya boleh menikah sekarang.

Jadi sore ini Bayu meminta Biya menemaninya melamar Clara. Eum, lebih tepatnya mengajak Clara keluar, karena Bayu pikir lebih baik Clara tidak tahu jika dia yang ingin bertemu. 

Clara tidak curiga saat Biya mengajaknya pergi makan bersama. Toh mereka sering melakukannya setelah Clara masuk Islam. Lalu itu jadi kesempatan Clara untuk bertanya lebih banyak soal keyakinannya pada Biya.

Tapi saat Biya mengatakan akan pergi bertiga, Clara kira Biya mengajak Derren seperti sebelum-sebelumnya. Ia tidak menyangka yang ada di hadapannya sekarang adalah Bayu. 

Clara berusaha mengendalikan diri, ia tahu perasaanya salah, apalagi dari sudut pandang keyakinannya sekarang. Tapi ia tidak bisa berbohong jika dirinya masih mengharapkan Bayu. 

Ia merindukan Bayu. Interaksi terkahir mereka saat wisuda Bayu beberapa bulan yang lalu. Setelahnya mereka tidak pernah punya kesempatan bertemu secara proper. Sesekali berpapasan saat di kafe, tapi hanya diisi dengan sapaan singkat. Mereka sama-sama menahan diri, tidak ingin terjebak semakin dalam. 

"Hai." Sapa Bayu dengan gugup. 

Untunglah, Clara sama gugupnya jadi perempuan itu tidak bisa menangkap kegugupan Bayu. Sedangan Biya yang ada di antara mereka tertawa dalam hati. Ia akan mengungkit moment ini untuk membully kembarannya sepulang dari sini nanti.

Pertemuan mereka tidak lama, mungkin hanya sekitar satu jam? Mereka hanya makan lalu Bayu mengungkapkan maksudnya menemui Clara setelah selesai makan. 

Bayu melamarnya. Mengajaknya menikah. Menjadi teman hidupnya dan menua bersama. Ini, seperti mimpi. 

Jika ini mimpi, semoga ia tertidur lebih lama, ia belum ingin terbangun dan kembali menemui realita. 

Tapi ini nyata, Bayu dihadapannya ini nyata. Raut gugup dan menunggu jawabannya itu bukan halusinasi belaka. Bayu memang ingin bersama dengannya. 

"Lo bisa memikirkannya dulu, Clara. Ini akan jadi keputusan yang besar untuk kalian." Ucapan Biya itu menyadarkan Clara. 

"Boleh?"

Bayu mengangguk, "Tentu, take your time." Jawabnya disertai senyum khas yang Clara rindukan. 

Maka malam itu, Clara tidak bisa tidur karena terlalu senang. 

"Aghh!" Teriaknya memeluk bantal. Ia merasa aneh, ini perasaan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasanya bahagia sekali. 

Jika biasanya ia tidak bisa tidur karena overthingking hal-hal yang buruk, kali ini ia tidak bisa tidur karena bahagia sekali. 

****

Helaan napas berat kembali dikeluarkan setelah Clara menyelesaikan bab baru di buku itu. Ia memutuskan untuk membaca buku yang Biya pinjamkan karena tidak bisa tidur kemarin. Seingatnya ia melihat buku tentang pernikahan juga diantara berbagai buku itu. 

Jadi sejak semalam hingga pagi ini, Clara sudah menyelesaikan separuh dari buku tentang pernikahan itu. Semakin banyak ia membaca, semakin ia sadar jika pernikahan tidak sesederhana itu. 

Dia tahu pernikahan memang kompleks, itu juga jadi alasan ia takut menikah. Tapi kemarin, ia melupakan ketakutannya karena terlalu dipenuhi rasa senang. Saat ini pun, ia bukan takut menikah karena alasan-alasan yang ia khawatirkan dulu. 

Dia yakin jika bersama Bayu, ketakutannya tentang pernikahan selama ini tidak akan terjadi. Bayu jelas berbeda dari Bapaknya, ia yakin Bayu tidak akan menempatkan mereka pada posisi seperti pernikahan orang tuanya dulu. Jika ia menikah, mereka tidak akan berakhir seperti keluarganya kan? 

CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang