C 17

297 45 0
                                    

Di rumah masih ada kalau lo mau baca

Punya lo?

Punya Ayah, yg dibawa Fino juga bukan punya gue sebenernya
Itu punya Bunda waktu kuliah dulu

Clara jadi berpikir ulang saat membaca pesan balasan dari Bayu. Haruskah ia tetap meminjam buku itu? Tapi ia benar-benar penasaran dengan bahasan tadi.

Kalau lo mau baca, bawa aja

Oke gue pinjam ya

Thank you, Mumtaz

Hmm

Kapan-kapan ayo diskusi kalau lo udah selesai baca bukunya

Tanpa sadar Clara tersenyum membaca balasan pesan itu. Pasti menyenangkan bisa mengobrol banyak dengan Bayu lagi setelah sekian lama. Ia jadi bersemangat untuk segera menyelesaikan buku itu.

***

Clara menarik ucapannya sepekan yang lalu. Ini menegangkan bukan menyenangkan. Pasalnya sekarang di ruangan ini bukannya ada Bayu, tapi justru Ayah dan Bunda pemuda itu.

Ia bermaksud mengembalikan buku yang dipinjam kepada Bayu. Awalnya ia hanya ingin menitipkan ke Derren mengingat mereka saudara ipar. Tetapi Derren justru menyuruhnya mengembalikan sendiri, Derren bilang apartemennya dan rumah Bayu beda arah. Lalu saat menghubungi Bayu, pemuda itu bilang dirinya sedang kurang sehat jadi meminta Clara mengantar bukunya ke rumah atau besok saja kalau mereka bertemu.

Karena Clara merasa kemungkinan kecil mereka akan bertemu, maka sepulang bekerja Clara mampir ke rumah Bayu dengan ojol. Sialnya yang membukakan pintu bukan Bayu tetapi Bundanya. Berakhirlah ia di meja makan dengan suasana menegangkan ini, setidaknya begitu yang Clara rasakan.

"Clara kenapa tidak bilang kalau tertarik dengan bahasan kita saat itu?" 

"Bahasan apa, Kak?" tanya Aya meletakkan hasil masakannya di meja makan. Clara sudah menawarkan diri untuk membantu, tapi ditolak, maka dari itu ia merasa tegang karena hanya duduk berdua dengan ayah Bayu.

"Kuliah, Clara ikut waktu Ayah ngajar di kafe."

"Oh," respon Bunda Bayu ringan. Wanita paru baya itu menarik kursi untuk bergabung duduk bersama mereka.

"Abang makan dulu!" Clara agak terkejut saat mendengar teriakan tiba-tiba itu. Sungguh Clara tak menyangka akan mendengar teriakan Bunda Bayu, Clara pikir beliau orang yang lemah lembut dan tidak pernah berteriak. Ternyata semua ibu sama saja.

Tak lama setelahnya ia melihat Bayu berjalan sempoyongan menuruni tangga dari balik punggung Clara.

Clara kembali menghadap ke depan saat Bayu semakin dekat, entah kenapa ia menjadi gugup karena sudah lama tidak bertemu pemuda itu.

"Eh tangannya!" pekik Bunda Bayu saat pemuda itu hendak mengusap kepala Clara. Membuat tidak hanya Bayu, tapi juga Clara, terkejut. Clara tak menyadari apa yang akan Bayu lakukan. Sedangkan Bayu yang masih setengah sadar karena baru bangun tidur mengira gadis yang duduk bersama Ayah dan Bundanya adalah adiknya, Bila.

Saat tatapan mereka bertemu, Bayu membulatkan matanya terkejut.

"Astaghfirullah, abang kira Bila, Nda, sumpah!" panik Bayu menjelaskan.

"Duduk Bang, makan terus minum obatnya." ucap Aldi tak ingin memperpanjang. Ia melihat sejak turun tangga putranya memang masih setengah sadar, wajar jika mengira Clara adalah adiknya mengingat biasanya memang Bila yang duduk di tempat Clara saat ini.

"Bila menginap di rumah tante Ais, makannya bangun tidur itu basuh muka dulu biar nyawanya terkumpul semua." omel Aya yang hanya ditanggapi anggukan oleh Bayu. Pemuda itu berjalan ke wastafel dapur untuk membasuh muka sebelum kembali ke meja makan. Tanpa merasa malu ataupun sungkan meski ada Clara di ruangan tersebut.

CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang