Renjun dan haechan sampai di mansion utama keluarga Na, lalu merekapun masuk dan duduk disofa ruang tamu.
"Oh iya njun?*
"Kenapa?"
"Aku lihat kau agak gendutan ya?"
"Ah, sebenarnya haechan—" Ucap renjun ragu-ragu.
"Kenapa?"
"Aku sedang mengandung saat ini." Haechan kaget mendengarnya tapi dia bisa menguasainya dengan baik.
"Benarkah? Kau istimewa renjun?" Ucap Haechan.
"Ne." Angguk renjun.
"Aku turut bahagia untuk itu, sudah berapa lama njun?"
"8 Minggu."
"Wah, aku tak sabar menantikan kelahirannya."
"Aku juga. Bahkan Nana menjadi sangat over protektif padaku."
"Itu wajar njun, karena sekarang bukan hanya mengenaimu tapi kandunganmu."
"Hmm, Haechan benar. Aku sangat tak sabar melihatnya. Kira-kira dia akan mirip denganku atau Nana ya?"
"Pasti akan mirip dengan kalian berdua." Ucap Haechan tersenyum.
"Hmm, Haechan benar." Ucap renjun sembari mengelus perutnya yang agak membuncit itu.
"Boleh aku menyentuhnya?"
"Tentu saja." Haechan lantas menyentuh perut sahabatnya itu dan tersenyum seketika. Jujur dia sangat ingin seorang anak dulunya tapi dia sadar kalau dia tak istimewa. Itu juga yang membuat suaminya berpaling darinya, padahal sejak awal Mark sudah tau kalau menikah sesama tak akan bisa menghasilkan apapun sama sekali.
Renjun kaget melihat Haechan yang meneteskan airmata lalu diapun memegang tangan haechan di perutnya.
"Kenapa Haechan? Kenapa kau menangis?"
"Tidak Renjun, aku hanya terharu saja."
"Kemari, peluk aku." Ucap renjun dan haechanpun memeluk sahabatnya itu tanpa ada niat untuk menyakiti janin itu sama sekali.
"Kau sudah melakukan hal yang terbaik Haechan. Ingat kau tidak sendirian ada aku, dan ada orangtuamu juga ada semua orang yang sayang padamu." Ucap renjun.
"Hmm." Angguk Haechan.
"Kapan sidangnya Haechan?"
"Besok. Taoi, aku tak yakin bisa datang renjun." Ucap Haechan sembari menangis.
*Kau akan datang Haechan, karena aku juga akan ada disana menemanimu." Ucap renjun sembari mengelus punggung sahabatnya itu.
"Makasih renjun." Ucap Haechan sembari memeluk renjun dan menumpahkan semuanya.
Sementara itu, jaemin sedang berada dijalan dari bandara lalu diapun singgah ke supermarket. Dan langsung pergi ke tempat eskrim juga buah-buahan untuk renjun. Disaat itu pula dia bertemu dengan Mark yang sedang beraama pria dominan yang sepertinya sedang mengandung besar itu. Jaemin hanya diam saja dan berniat akan melewati mereka saja. Taoi Mark menyadari keberadaannya dan diapun menghentikannya.
"Jaemin? Lama tak berjumpa."
"Oh, aku duluan." Ucap jaemin tak Sudi menatap Mark sama sekali, lalu diapun segera membayar semua barang yang dia beli dan pergi begitu saja.
"Siapa Mark?"
"Dia Jaemin, sahabatku atau mungkin dia tak ingin lagi."
"Aku sepertinya pengacau Mark ,seharusnya aku menjauh darimu bukan malah memisahkan mu dari istrimu."
"Sudahlah Jung woo, ini bukan kesalahanmu sama sekali"
"Tapi hikss..." Ucao Jung woo mulai menangis dan mulai merasa bersalah bahkan lebih.
"Tenanglah sayang, ini bukan kesalahan mu sama sekali. Ini takdir." Ucap Mark sembari memeluk Jung woo. Jung woo hanya diam dan rak membalas pelukan Mark sama sekali.
"Ini tidak benar Jung woo, kau harus pergi." Batinnya.
See you soon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Home (Jaemren Ft Nohyuck)END✔
Fanficupdate? tak menentu. Hanya bercerita tentang kehidupan rumah tangga jaemin dan renjun. Mpreg! jaemren bxb boyslove homopobic