50

47 6 2
                                    


Keduanya menoleh dan langsung mendapati seorang gadis cantik dengan gaun merah berjalan mendekati mereka diikuti dua gadis dibelakangnya, Kepala Yeonju mengenal dia namun kepala Laiyu tidak.

"Kepala Laiyu perkenalkan dia putri kepala suku, nona Lim Naeun."

"Salam kenal nona! Saya kepala desa Laiyu, jung dongyu 43 tahun," sapa kepala Laiyu membungkukkan badannya sedikit.

Lim Naeun tersenyum lembut lalu mengikutinya membungkukkan badan untuk memperkenalkan diri," salam kenal tuan, saya putri kepala suku Lim Naeun 17 tahun."

"Ada yang bisa saya bantu nona?" Tanya kepala Yeonju menyadarkan Lim Naeun akan sesuatu.

"Kepala Yeonju disini untuk rapat dan pendistribusian sandang pangan?"

Kepala Yeonju mengangguk dan mengatakan kalau ini memang jadwal pendistribusian dari kerajaan untuk suku pedalaman yang biasanya ditugaskan untuk kedua desa terdekat. Mengapa desa terdekat yang ditugaskan? Karena para suku pedalaman tidak menyukai para prajurit atau hal-hal berbau anggota kerajaan.

"Hari ini mungkin ada tamu di desa anda, dan anda tidak berada disana sekarang," ujar Naeun cemas, ia jadi merutuki mengapa ia bisa lupa tentang jadwal pendistribuian itu. Dan juga ia mengumpati beberapa orang yang mengurungnya di pojok desa selama semalam hingga ia tidak mengetahui kedatangan mereka.

"Tamu siapa? Kenapa dia tidak menunggu saja disini?"

Kepala Yeonju pikir tamu itu berasal dari suku pedalaman ini, namun setelah ia mengatakannya ia mengernyitkan dahi kalau suku pedalaman tidak ada yang suka yang keluar hutan jika mereka tidak kehabisan sesuatu dan membuat keributan.

"Itu, mereka mungkin beberapa orang tersesat. Jadi saya sarankan untuk mengunjungi desa anda dan meminta bantuan. Tapi bodohnya saya lupa kalau anda akan kesini hari ini."

"Apa mereka orang penting? Kenapa bisa selamat?"

Lim Naeun lalu menjawab kalau mereka bisa dibebaskan karena bantuan darinya, namun ia tidak mengatakan alasan mengapa ia membantu mereka. Yang terpenting ia juga mengatakan kalau mereka itu berpenampilan sedikit berbeda dan kepala Yeonju diminta untuk menjaga mereka nanti.

Dilain sisi kepala Yeonju merasa orang-orang ini memiliki sesuatu yang istimewa karena bisa selamat, karena siapa pun yang menginjakkan kaki di desa pedalaman ini tanpa izin mereka tidak akan bisa keluar bahkan jasadnya sekali pun. Jadi, setelah berpikir sebentar kepala Yeonju memutuskan untuk pulang dengan cepat untuk menyusul tamu-tamu itu.

"Juyin, percepat pembagiannya dan kita harus pulang setelah itu."

Juyin yang juga teman terbaik kepala Yeonju dan saudara Seomin mengangguk tegas dan meminta yang lain untuk mempercepatnya namun dengan lembut. Ia tahu tabiat orang suku disini yang tidak ingin diatur atau disinggung.

"Kepala Yeonju, saya sudah mengukur matahari dan diperkirakan seka...."

"Itu tidak perlu lagi, Seomin cepat siapkan gerbong dan kuda untuk pulang. Nona Naeun mengatakan kalau akan ada tamu di desa kita, sekelompok orang tersesat yang memerlukan bantuan."

"Tamu? Oh kemarin aku dan Juyin bertemu dengan sekelompok pemgembara di jalan, 7 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Namun salah satu dari mereka sedang sakit dan aku memberi mereka selimut untuk berkemah," ujar Seomin membuat Naeun membulatkan matanya.

"Apa penampilan mereka berbeda? Lelaki putih dan rambut mereka berwarna?" Tanya Naeun antusias.

"Iya, mereka pengembara. Kemungkinan karena mereka bukan dari daerah sini itu sebabnya mereka sedikit berbeda." Balas Seomin yang tidak menilai sekelompok pengembara itu aneh. Ia dulu pernah bertemu seorang pengembara yang memiliki kulit putih dan mata berwarna biru dengan rambut merah, mengatakan kalau dia berasal dari negeri jauh di seberang.

"Itu mereka, mereka mencarimu kepala Yeonju!"

"Baiklah Seomin jika kau sudah tahu mereka, pergilah dulu dengan gerbong menyusul mereka. Aku, kepala Laiyu dan juyin akan menyusul sebentar lagi. Ingat, bawa mereka ke desa dan bawa ke rumahku, katakan saja kalau mereka teman-temanku dan bukannya pengembara liar."

Seomin mengangguk lalu pergi dengan gerbong barang yang kosong. Walau desa mereka terkenal baik dan murah hati, sebagian masyarakat tidak menyukai pengembara dan orang-orang berbeda dari mereka. Kejadian nyata terjadi pada pengembara asing itu yang langsung diusir dengan kasar setelah ketahuan bermalam di rumahnya, padahal Seomin hanya membantu memberinya makan dan tempat tinggal sementara.

"Kepala Laiyu, tidak apa-apa kan kita mempercepat kepulangan?"

"Tentu tidak apa-apa, aku hanya sedikit sedih tidak dapat melihat desa ini lebih lama."

Setelah mengatakan itu kepala Laiyu langsung meneguk ludahnya kasar ketika beberapa orang suku mulai melihatnya dengan tajam dengan ekspresi tidak suka. Bahkan beberapa dari mereka ada yang meraih tongkat dan melempar kain ke tanah dengan kasar. Kepala Laiyu langsung sadar kalau ia sudah mengatakan hal yang salah.

" Anda tidak perlu menjilat disini, mereka tidak menyukainya," bisik kepala Yeonju membuat kepala Laiyu berkeringat dingin.

"Mungkin maksud anda melihat apa yang kurang lalu mengirimkannya kembali nanti? Anda sangat baik hati kepala Laiyu," ujar kepala Yeonju sedikit keras membuat orang-orang suku meletakkan kembali tongkat mereka dan mengabaikan keduanya.

"huft, ternyata lebih baik menjadi buta dan bisu disini," batin kepala Laiyu mengusap keringat di dahinya membuat kepala Yeonju terkekeh kecil.

"Kepala Yeonju, saya ingin menitipkan suatu barang dan berikan pada salah satu mereka apakah bisa?" Tanya Naeun berbicara dengan lirih mendekati kepala Yeonju, bahkan kedua teman yang dibelakangnya tidak dapat mendengarnya.

"Sesuatu itu akan disampaikan dengan aman," balas kepala Yeonju dengan sedikit masam di hatinya. Ia tahu, seharusnya ia tidak memiliki perasaan ini diawal karena semuanya tidak akan pernah terwujud. Jadi, dengan cinta yang masih bibit itu harus segera dimatikan atau ia yang akan terbunuh nantinya. Terbunuh dengan kenyataan kalau mereka tidak akan pernah menyatu dan lebih parahnya mungkin Naeun sudah mencintai orang lain.

"Sebentar."

Setelah kepergiannya kepala Yeonju mengajak kepala Laiyu untuk mencari kepala suku, mereka harus berpamitan untuk pulang lebih awal.

"Hahaha.....kenapa kalian pulang lebih awal? Mari kita pesta anggur dulu sebelum pergi!" Seru kepala suku mengangkat gelas bambunya yang berisikan arak yang dibawa kepala Yeonjun tadi malam.

"Ada sesuatu yang penting dan tidak bisa ditunda, kami harus segera pulang," ujar kepala Yeonjun menolak anggur itu dan hanya melihat mereka yang sudah mabuk. Kenapa mereka mabuk di pagi hari setelah sarapan? Itu sesuatu yang tidak baik.

"Apa sesuatu itu pengembara yang kami lepaskan ha? Hahaha......."

Kepala Yeonju hanya diam tanpa berniat menjawab, jika tidak diizinkan pergi pun mereka akan pergi sendiri.

"Pergilah! Kami juga muak dengan kalian, jangan lupa tiga bulan lagi kalian harus datang dengan arak yang sebagus ini hahaha......kalau tidak, aku akan menggantung kepala kalian disana sebagai hiasan hahaha......"

Melihat tongkorak-tengkorak kepala yang digantung bebas di pohon beringin tidak jauh disana membuat kepala Laiyu reflek menyentuh kepalanya dan melihat kepala Yeonju dengan cemas. Jika seperti ini, ia menyesal menjabat sebagai kepala desa.

"Kami pergi."


Bts×me time travelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang