52

18 1 0
                                    


  "Kepala desa Laiyu, maaf tidak bisa mengantarkan anda pulang ke rumah. Ada masalah yang harus saya selesaikan di desa sekarang."

  "Saya mengerti, terima kasih untuk hari ini kepala desa. Kami pamit pergi, semoga masalahmu cepat terselesaikan."

  Setelah melepas rombongan kepala desa Laiyu, akhirnya kepala desa Yeonju dapat mengerahkan kuda hitamnya menuju ke desa Yeonju dengan cepat. Pacuan kuda itu semakin brutal ketika mendapati desa sekarang sudah sepi di siang hari yang biasanya ramai oleh orang-orang yang pulang dari persawahan. Dengan suara tapak kuda yang keras, kuda hitam itu terus melaju menuju rumahnya yang tidak jauh di pinggiran desa yang seperti dugaannya sudah penuh dengan orang-orang.

  Karena mendengar suara tapak kuda yang mendekat, orang-orang desa yang masih berdiam di halaman rumah kepala desa mulai mengalihkan pandangan mereka ke kuda hitam yang mendekat secara perlahan diikuti dua gerbong di belakang. Mereka bukannya menyingkir, malah mereka mulai mengerubungi kepala desa mereka yang tengah turun dari kudanya dan mengalihkan kuda itu ke Juyin yang tengah membawa kuda pribadinya.

  "Kepala desa, ada apa anda buru-buru pulang? Ini belum sore hari."

  Kepala desa Han melirik ke seketaris desanya dengan tenang tanpa berniat meneriaki sekretarisnya itu bahwa sekarang bukan saatnya berbasa-basi dan sibuk mencari muka. Namun karena melihat beberapa tetua desa ini di samping dia, kepala desa Han dengan sabar menunjukkan wibawanya yang tidak ada seorang pun yang dapat menjatuhkannya.

  "Seketaris Shim, ada hal yang harus saya kerjakan hingga membuat saya pulang tidak seperti biasanya. Jadi, saya mohon seketaris Shim tidak membuat keributan untuk saat ini dan biarkan saya pergi."

  "Bukankah anda yang sudah membuat keributan di desa ini sekarang? Lihat, anda bahkan tidak meminta izin kami untuk memasukkan orang-orang asing itu untuk masuk ke desa."
 
  Setelahnya terjadi bisik-bisik lagi diantara warga yang membuat seketaris Shim tersenyum miring, akhirnya kata-kata yang sudah ia siapkan tadi dapat terucap. Ia ingin melihat bagaimana si Han ini menghadapi kemarahan warga dan tetua desa.

  "Kepala Han, siapa mereka? Dan darimana?" Tanya seorang pria tua yang melangkah maju dengan bantuan tongkat kayunya, ia adalah kepala desa yang lama.

  "Mereka teman saya dan mereka tidak berbahaya, saya bisa menjaminnya."

  "Jadi jika mereka teman anda, anda bisa seenaknya memasukannya ke desa seperti ini? Anda tidak bisa menjadikan diri anda untuk menjamin mereka tidak memiliki niat jahat bukan?"

  "Saya siap menjaminkan nyawa saya sendiri kalau mereka tidak akan berbuat apa-apa di desa ini," ucap kepala Han yakin membuat bibir seketaris Shim berkedut tidak suka, bukan seperti ini alurnya.

  "Token itu, dengan token itu kita tidak bisa mengganggu mereka. Jadi tunggu saja laporan dari kerajaan," sahut pria tua itu memandangi seketaris Shim yang sudah membuang muka.

  "Izinkan saya untuk melihat mereka," kata kepala desa Han yang ingin melangkah pergi sebelum perkataan seketaris Shim menghentikannya sebentar," jika mereka berulah, anda berani mempertaruhkan jabatan anda?"

  "Saya pastikan mereka tidak berulah."

  Kepergian kepala Han membuat kerumunan itu bubar, mereka sedaritadi menunggu kepala Han untuk mendengar secara langsung kalau pengembara ini memang datang atas perintahnya dan mereka malah mendapat jawaban yang lebih. Sedangkan seketaris Shim tersenyum miring lalu mengikuti langkah kepala Han yang sudah memasuki halaman rumah, lebih tepatnya ke bagian sayap kiri tempat Seomin berdiri di depan pintu yang sebenarnya ruangan untuk barang bekas.

  "Seketaris Shim, sepertinya ada yang lebih penting dilakukan dirumah anda."

  "Apa? Aku memiliki waktu kosong sekarang."

  "Pulanglah, aku melarangmu masuk."

  "Dia tidak pernah bisa diganggu dari kecil huh."

  "Kepala Han, mereka tidak membiarkan kami memanggil tabib. Yang perempuan belum sadarkan diri dan lainnya tidak dalam keadaan ba..."

  "Yakkk Han Dan Tae!"

  Sontak saja kepala Han refleks menoleh dan mendapati keluarganya yang sudah menatapnya garang dengan sang nyonya Han tengah memegang sebilah bambu yang pastinya siap untuk memukulnya." Ibu, aku bisa menjelaskan semuanya nanti. Mereka harus segera di selamatkan."

  "Bawa mereka pergi dari sini atau aku bakar tempat ini sekarang!" Teriak nyonya Han memukul dinding lumpur itu keras membuat para member bts terkejut. Seokjin, Yoongi dan Namjoon lantas keluar untuk melihat situasi.

  "Ibu, mereka tidak berbahaya."

  "Apa kau masih ingin menjadi pembangkang? Cepat keluarkan mereka dan jangan membuat ibu semakin marah,"  sahut adik Han yang sebenarnya sedang berusaha menahan tawanya melihat sang kakak yang biasanya menjadi kebanggan sekarang tengah dimarahi.

  "Beri mereka satu malam untuk menginap, setelahnya aku akan mengirimnya pergi."

  "Tidak ada satu malam, sekarang bawa mereka pergi! Aku tidak ingin rumah ini kena kutukan karenamu."

  Kepala Han mendesah berat lalu berbalik untuk bicara ke Seomin mengindahkan nyonya Han yang masih berteriak seperti orang kesetanan. Ia sudah berusaha untuk mengontrol emosinya sejak menghadapi seketaris Shim, tetua dan Ibunya namun kesabarannya sudah diambang batas. Jika seperti ini maka sifat aslinya akan keluar, ia akan irit bicara dan melakukan apa pun yang ia inginkan tanpa larangan dari siapa pun juga.

  "Panggilkan tabib Kang dan tabib Jung, jika mereka tidak mau datang panggilkan tabib dari desa Laiyu."

  "Baik kepala."

  Sepeninggalan Seomin, kepala Han beralih berbicara pada Juyin dan memerintahkannya untuk membawakan makanan dan minuman yang ia punyai di rumahnya. Jika tidak mencukupi, ia bisa membeli ke rumah warga lainnya yang mempunyai makanan layak.

"Kepala Han..."

 "Masuk!"

  Meninggalkan keluargannya di luar, kepala Han mendorong ketiganya masuk dan menutup pintu rapat-rapat. walau masih terdengar seruan keras ibu dan saudaranya yang lain ia menulikan telinganya dan memeriksa mereka satu per satu, ia masih memiliki pengetahuan sedikit tentang pemeriksaan luka di tubuh bagian luar.

  "Sepertinya ruam merah di tubuhmu bukan karena gigitan nyamuk," ucap kepala Han setelah memeriksa Taehyung membuat yang lain sontak terkejut, mereka tidak menyangka setelah baju Taehyung dibuka ruam-ruam merah bermunculan lebih parah dibanding milik Seokjin. Bahkan sekarang Taehyung sibuk menggaruk-garuk ruam-ruam merah itu dengan sedikit kasar.

  "alleleugiga jaebalhan geos gatseubnida (alergiku sepertinya kambuh)," ujar Taehyung pelan namun mampu membuat semua member bts panik terutama Jimin yang berada di sampingnya. " Dia tidak bisa keringat dan panas."

  Kepala Han mengangguk lalu berjalan keluar setelah Juyin masuk dengan berbagai jenis makanan desa yang sederhana. Ia harus mengambil beberapa potong pakaian di kamarnya dan beberapa tikar untuk mereka berbaring.

  "Han Dan Tae, ibu mengizinkan mereka untuk duduk sebentar disini tapi tidak untuk menginap satu malam. Jika kamu masih keras kepala, ibu akan memanggil semua keluarga Han dan menyeret mereka pergi."

  "Aku juga tidak menginginkan mereka tahu bagaimana hancurnya keluarga ini."

  Kepala Han dengan cepat mengambil yang ia inginkan dan kembali dengan cepat. Melihat itu, amarah nyonya Han tidak tertahankan dan adik Han menjadi target pelampiasan lagi.

 

Bts×me time travelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang