51

30 5 1
                                    


  "Kalian berhenti!"

  Rombongan yang diserukan akhirnya berhenti, dengan perlahan ia menghentikan pacuan kuda-nya tepat di depan mereka. Dengan caping di kepala ia melompat dari gerbongnya dan berjalan menghampiri mereka yang terlihat ketakutan.

  "Ini saya, kalian tidak perlu takut," ucap pria bercaping itu mengangkat sedikit capingnya membuat rombongan pudwi sedikit lega.

  "Mari naik, saya antarkan ke desa Yeonju."

"Hachim, bagaimana anda tahu kalau kami mau ke desa Yeonju?" Tanya Pudwi mengernyitkan dahinya bingung dan postur waspada.

  "Aku tidak tahu, kepala desa Yeonju yang memerintahkanku untuk mengantarkan kalian ke desa."

  "Bagaimana kepala desamu tahu kalau kita mau ke desa-nya?"

  Seomin dengan sabar mengatakan semua yang didengarnya dan juga sedikit tambahan karangannya sendiri. Ia juga menambahkan cerita tentang pengembara asing itu yang diusir dari desa-nya. Dengan ini ia berharap rombongan pengembara ini memutuskan agar ikut dengannya.

  "Lim Naeun?" Gumam Taehyung saat tidak sengaja mendengar nama itu terucap dari bibir pria bercaping itu. Dengan gerakan kaku, ia melirik ke arah Yoongi yang juga menatapnya.

  "Baiklah kita akan ikut," putus Pudwi lalu membantu Taehyung untuk menaikkan Jimin ke gerbong terlebih dahulu.

  Setelah semua naik, gerbong tertutup itu mulai beranjak pergi meninggalkan segala keluhan para member yang mengatakan kalau kaki mereka sakit karena berjalan sangat lama. Sedangkan disisi lainnya Pudwi berpegangan erat di dudukkan gerbong karena saat ini kepalanya sudah sangat berat dan merasa ingin pingsan saat itu juga. Ia takut jika tumbang disaat-saat seperti ini, ia baru akan tenang jika mereka sudah berada di wilayah nyaman.

  Seseorang yang tidak sengaja melihat raut wajah Pudwi yang berubah pucat, dengan gerakan acuh merangkul pundak sempit gadis itu dan menyediakan bahunya untuk bersandar. Pudwi mendongak untuk melihat wajah Yoongi yang dipalingkan ke arah lain. Pudwi merasa tidak enak dan ingin menjauh, namun dekapan itu tidak mengizinkannya.

  "Hyung istirahat saja, biar aku yang menjaga Pudwi," ujar Taehyung ingin berganti duduk dengan Yoongi namun si manusia es itu tidak sedikit pun bergerak.
"Duduk di tempatmu!"
 
  Taehyung masih tidak mau duduk kembali dan masih berusaha untuk menarik Yoongi. Hingga roda gerbong mereka tanpa sengaja melewati batu tinggi membuatnya terjatuh ke depan tepat di pangkuan Yoongi membuat seseorang dengan julukan kucingnya Army itu marah.

  Taehyung takut jika hyung-nya yang satu ini sudah mulai mode marah. Dengan bibir mengerucut kesal ia duduk kembali disamping Jimin yang tertawa rendah.

"Kamu sadar Jim?" Tanya Taehyung mengalihkan seluruh orang yang berada di gerbong.

  "Nee."

  Jimin ingin bangun dari bahu Hoseok namun Hoseok tidak mengizinkannya, dengan omelan panjang disertai nada khawatir ia belum mengizinkan Jimin bangun.

  "Kita dimana?" Tanya Jimin pelan.

  "Di gerbong, perjalanan ke desa Yeonju," jawab Taehyung memegang kedua tangan Jimin dengan cemas.

  "Tidurlah Jimin-ah, bentar lagi kita sampai," celetuk Seokjin membuat Jimin mengerucutkan bibirnya lucu," aku lelah tidur terus hyung."
 
  Tak berselang lama mereka memasuki kawasan penduduk desa Yeonju. Karena bagian belakang tidak mempunyai penutup, alhasil banyak orang yang tidak sengaja mereka lewati mengintip ke belakang gerbong dan terkejut. Banyak orang berbisik-bisik dan menunjuk-nunjuk ke arah mereka, tak sedikit pula orang yang mengikuti gerbong  sampai ke halaman rumah kepala desa.

  Namun tidak ada yang turun, Seomin menginstruksikan mereka agar tidak turun terlebih dahulu walau beberapa member sudah ketakutan karena beberapa warga melihat-lihat ke dalam gerbong dan berani menyentuh-nyentuh mereka.

  "Apa yang kamu bawa pulang? Dimana Han Dan Tae?

  "Maaf bibi, kepala Han mengatakan kalau aku harus mengantar mereka kesini, mereka semua teman Kepala Han."

  Ibu kepala desa langsung melihat ke belakang gerbong bersama suami dan saudara-saudara Han Dan Tae. Mereka terkejut dan berteriak marah pada Seomin yang hanya berdiam.

  "Bukankah mereka pengembara asing? Mengapa kamu membawa pulang lagi?"

  "Benar, tidak puaskah kamu membawa kesialan bagi desa kami!"

  "Ya dewa ampuni kami, hanya karena manusia satu tidak berguna ini desa kami akan dikutuk!"

  "Mereka teman kepala desa bibi, aku mendapat perintahnya langsung."

  Semua warga yang ada disana langsung menunjuk-nunjuk dan memaki keluarga kepala desa. Tentu saja ini pasti ulah kepala desa sendiri, karena ini adalah gerbongnya yang biasa ia gunakan jika keluar.

  "Tidak, tidak, ini pasti bukan ulah putraku! Dan kau Seomin, beraninya kau menuduh kepala desa seperti itu?" Tunjuk nyonya Han ke hidung Seomin dengan kedua matanya melotot sempurna.

   Seomin masih sabar menghadapi nyonya Han dan warga sekitar, namun setelah setengah jam lamanya belum ada jalan keluar dan sekarang malah ditambah rumit oleh para tetua desa.

  Seomin menghela nafas panjang, setelah melirik ke dalam gerbong dan mendapati semua pengembara itu terlihat sangat kuyu dan sakit ia mengertakkan giginya lalu mengeluarkan token kerajaan Silla. Sebenarnya token ini dari seorang pengungsi yang mereka bantu pulang ke kerajaan tetangga saat daerah para pengungsi sudah aman. Karena token ini fungsinya untuk syarat sah masuk wilayah kerajaan Silla ini, maka pengungsi itu ingin mengembalikannya namun tidak tahu pada siapa. Pengungsi itu merasa tidak membutuhkan token ini lagi, ia juga mengatakan kalau ia akan berpindah ke daerah yang lebih aman di tempat saudaranya dan tidak ingin bepergian ke mana pun.

  Token ini juga tidak semuanya warga dari kerajaan tetangga-tetangga memiliki juga, lebih tepatnya tidak dijual di pasaran. Biasanya yang memilki token ini mempunyai tingkatan keluarga tinggi kalau tidak pengusaha-pengusaha besar. Namun untuk warga-warga di daerah perbatasan yang rawan bencana alam dan sering diusingkan kemari, maka token ini hampir dimiliki masing-masing satu per keluarga.

  "Ini token kerajaan yang mereka punya, mereka bisa tinggal di sini sementara."

  Setelah melihat itu mereka semua berbisik-bisik tentang keputusan apa yang akan diambil para tetua. Namun sebelum diskusi mereka selesai, Seomin mengintruksi para member bts dan Pudwi untuk turun terlebih dahulu dari gerbong.

  Semua warga menyaksikan para pengembara asing itu turun dari gerbong. Mata mereka semua tidak biru seperti yang terakhir kali, kulit mereka pun putih tapi tidak putih pucat seperti yang terakhir. Walau rambut mereka aneh karena pendek dan berwarna-warni, namun sebagian postur tubuh mereka sama seperti warga disini membuat mereka sedikit menghela nafas lega.

  "Pudwi pingsan, dimana kita meletakkannya?" Tanya Yoongi yang sedang menggendong Pudwi bridal style. Yoongi baru sadar kalau Pudwi pingsan dan bukannya tertidur, walau gadis ini bangunnya lama tapi pasti akan terbangun apalagi dengan kegaduhan di luar. Jadi, Yoongi dengan cemas berusaha membangunkan Pudwi tanpa membuat orang lain cemas namun hasilnya masih nihil dan Pudwi belum terbangun.

  "Ayo ikut aku!"

  "Berhenti! Apa kalian ingin membawanya ke rumah kami?" Seru adik Han yang sebenarnya bersama warga masih terkejut kalau mereka bisa berbahasa sama, benar-benar pengembara-pengembara ini tidak terlalu asing.

  "Kepala desa yang meminta. Maaf tapi ini keadaan darurat, jika kepala desa mengetahuinya teman-teman mereka dalam kesusahan pasti dia juga akan marah."


 

Bts×me time travelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang