Setelah melakukan sarapan pagi, kini Sunghoon sudah bersiap untuk pergi bekerja dengan jaket ojol yang terpasang sempurna ditubuh atletisnya, ia mengamati sejenak tubuhnya didepan cermin.
Itulah salah satu kebiasaan dia, yang gemar sekali berlama-lama mengamati pantulan dirinya sendiri didepan cermin.
"Aku tidak pernah menyangka akan menggunakan jaket ini." Terkekeh kecil, ia menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangannya sendiri dan mendorongnya kebelakang.
"Ya ampun, tuan Bryan, benar-benar kau ini." Ia geleng-geleng kepala.
Karena merasa, apa yang ia lakukan saat ini adalah hal paling gila yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi sebelumnya.
"Tak apa, semua ini demi istriku." Tersenyum tipis.
Ia pun keluar dari dalam kamarnya menghampiri Jake didapur.
Disela-sela langkahnya menuju dapur, ia melihat ponsel Jake yang tergeletak diatas meja, sedangkan Jake sendiri tengah mencuci piring kotor di wastafel.
Sedikit mengerutkan keningnya, dia meraih ponsel itu, ia baru ingat jika ponsel istrinya memang sudah tidak layak pakai.
"Sayang? Sudah berapa lama kamu menggunakan ponsel ini?" Tanya Sunghoon, Jake lantas menoleh kebelakang.
"Oh, sudah sangat lama mas, sampai aku lupa sudah berapa lamanya."
Jake meraih handuk kering yang tergantung disana, dan mengeringkan tangannya yang basah itu, seraya mendekati Sunghoon yang sudah siap.
Sebuah kecupan manis dikening pun diberikan oleh Sunghoon untuk Jake.
Dan kembali pandangannya terarah pada ponsel itu, merasa terheran-heran saja, kenapa ponsel seperti ini masih dia gunakan?
Sementara pabriknya saja sudah bangkrut, bahkan aplikasi chat sudah dijual pada pihak android, yang saat ini malah justru sudah tidak terpakai lagi dan beralih pada aplikasi chat hijau.
"Ini sudah buruk, nanti aku belikan yang baru ya?" Ucap Sunghoon, masih menggenggam ponsel tersebut.
"Jangan mas, tidak usah, itu masih bisa dipakai kok."
"Tapi layar ponselnya sudah banyak yang retak, sayang."
"Mas, ponsel ini masih bisa ku pakai serius, lagi pula kita kan harus menghemat."
"Kita tidak perlu menghemat sayang, aku ada kok sebuah tabungan." Ucapnya asal.
"Uang tabungan yang ada, mas pegang saja. Lagi pula hasil kerja mas Varo saja diberikan kepadaku seluruhnya, masa iya mas harus membelikan ku ponsel juga."
Sunghoon terdiam sejenak, hasil kerja ku? Semua? Apa yang ku berikan padamu itu hanya recehan arkana. batin Sunghoon yang setiap harinya memberikan Jake uang lebih dari lima ratus ribu, itu saja sebenarnya terlalu banyak untuk ukuran supir taksi online.
"Cinta.." panggil Jake, Sunghoon pun tersenyum.
"Tidak usah membelikan ku ponsel ya, aku tidak enak padamu."
Sunghoon membelai lembut rambut Jake, "aku akan tetap membelikannya."
"Jangan mas, sungguh."
"Tidak apa sayang, atau kamu mau pakai ponselku saja?" Sunghoon mengeluarkan ponsel miliknya.
Astaga, aku kok masih kaget saja setiap kali melihat ponsel milik mas Varo ini. Jake menggeleng cepat.
"Tidak mas, sudah tidak usah, aku benar-benar lebih suka menggunakan ponsel ini, aku tidak ingin membebani mu, cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected | Sungjake
Fiksi PenggemarVaro seorang Presdir yang secara tak sengaja bertemu dengan Arkana yang merupakan seorang pemilik kedai warung kopi. Pertemuan mereka yang tak terduga saat hari itu, bisa dibilang kesialan atau keberuntungan? -bxb! -marriage life! -misgendering. -do...