Hari demi hari berlalu dan bahkan bulan demi bulan pun turut berganti.
Jake turun dari ranjangnya pagi itu dan berlari kecil menuju kamar mandinya. Entah mengapa sudah seminggu lebih, ia merasa tidak enak badan, sehingga membuatnya tidak nyaman.
Sunghoon yang merasa sang istri tidak ada di sebelahnya pun terjaga, ia lalu mendapati istrinya keluar dari dalam kamar mandinya.
"Kau baik-baik saja, sayang?" Tanya Sunghoon.
"Emm, sepertinya aku hanya masuk angin. Sebaiknya kita kurangi volume AC nya, mas." Ucap Jake.
"Okay baiklah, nanti malam kita kurangi ya."
Jake mengangguk, "mas, aku ingin makan bubur ayam." Ucapnya spontan.
"Kau ingin makan bubur?" Tanya Sunghoon memastikan, yang dijawab dengan anggukan kepala.
"Ya sudah, nanti aku bilang pak Edy atau Bu Marry untuk buatkan ya."
"Tidak mau, aku mau makan di warung buburnya langsung. Bukan buatan sendiri."
"Sayang, kan lebih higienis kalau makan di rumah dan hasil olahan koki disini."
Jake menggeleng, "pokoknya aku mau bubur ayam abang-abang warung, titik!"
"Astaga, kau ini. Ya sudah nanti ya di luar masih agak gelap."
"Maunya sekarang mas Varo."
"Sayang, ini masih pukul lima pagi, mana ada tukang bubur ayam jam segini, sih? Mana William lagi cuti liburan lagi."
"Ya cari dong mas, kalau tidak mau ya aku jalan sendiri saja."
"Hei, baiklah.. baiklah, yuk kita jalan sayang. Kau ini kenapa sih tiba-tiba seperti ini," geleng-geleng kepala.
Hingga keduanya siap, mereka pun turun. Disana pak Edy sudah berdiri di dekat tangga lalu membungkuk.
"Mobil ku sudah siap pak?" Tanya Sunghoon.
"Sudah tuan."
Mendengar jawaban pak Edy, keduanya kembali melanjutkan langkahnya keluar. Seorang supir membukakan pintu belakang.
Sementara Jake langsung buru-buru masuk, dia sudah tidak sabar dengan sate usus, satu hati ayam, sate telur puyuh. Belum lagi bubur yang harum dengan suara kerupuk yang basah akibat terguyur kuah santan kuning. Hmm, dia sudah menelan liurnya sedari tadi, akibat membayangkan itu semua.
Keduanya pun sudah duduk di bangku belakang dengan mobil yang mulai melaju keluar dari gerbang utama.
Tangan Sunghoon terus saja mengusap-usap pangkal kepala sang istri yang terlihat bersemangat itu.
Memang beberapa hari terakhir ini dia terlihat seperti kurang sehat, bahkan menurut Bu Marry, Jake agak sulit makan juga. Dan saat ditanya pasti jawabnya hanya tidak apa-apa.
Sunghoon hanya berharap semoga istrinya benar-benar tidak apa-apa sepeti apa yang dikatakan. Hingga mobil pun terus memutari kota, mencari warung bubur ayam yang sudah terbuka. Agak sedikit sulit sebenarnya mencari warung bubur saat langit pagi masih temaram.
"Mas, kok kita tidak sampai-sampai sih?"
"Sabar sayang, 'kan memang agak sulit mencarinya."
"Huh, keburu tidak nafsu lagi." Bersungut.
Sunghoon terkekeh, "kau ini kenapa sih? Aku kan sudah bilang, biar Bu Marry atau pak Edy saja yang memasak itu."
"Tidak mau, aku kan maunya di warungnya langsung." Jawabnya. Sunghoon pun meraih wajah itu dan mengecup bibir sang istri gemas, karena terus saja memajukan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected | Sungjake
Fiksi PenggemarVaro seorang Presdir yang secara tak sengaja bertemu dengan Arkana yang merupakan seorang pemilik kedai warung kopi. Pertemuan mereka yang tak terduga saat hari itu, bisa dibilang kesialan atau keberuntungan? -bxb! -marriage life! -misgendering. -do...