Hari pun berganti hari. Rosa pun kian hari kian membaik. Beruntung jika Rosa tidak memiliki gangguan psikis akibat kejadian liburan di pantai minggu kemarin.
Semua tubuh Rosa sekarang ini dibalut dengan selimut putih tebal terkecuali wajahnya. Dia sekarang ini terduduk dan bersandar pada tembok. Dia pun mengeratkan pelukannya pada kaki miliknya sendiri. Entah apa yang terjadi ketika ketiga laki-laki itu datang terlambat. Rosa harus beberapa kali bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan untuk hidup tanpa ada yang lecet satu pun pada tubuhnya.
Sedangkan kedua pria yang mencelakai Rosa pun sedang ditangani oleh pihak yang berwajib. Dan Rosa sudah beberapa kali kagum pada ketiga laki-laki itu karena telah mengalahkan dua orang pria dewasa sekaligus. Meskipun mereka dimarahi karena bertindak main hakim sendiri. Tetapi beruntungnya dimaafkan karena telah menyelamatkan Rosa dari pria yang tampak tidak bisa diajak kerja sama saat mereka dipinta untuk menghentikan aksinya.
Terdapat seseorang yang mengetuk pintu kamarnya tiga kali. Rosa mempersilahkan seseorang itu masuk.
"Rosa, ayo bersiap-siap untuk pergi ke sekolah di hari pertamamu." Ibundanya mengingatkan. Setelah mendapatkan jawaban dengan gumaman dari Rosa pun ibundanya keluar dari kamar Rosa dan menutup pintu kamarnya kembali.
******
Bel pelajaran pertama berbunyi. Membuat siswa yang mendengarnya pun berhamburan memasuki kelasnya masing-masing.
Ibu Tia selaku guru di sekolah ini pun memasuki kelas yang akan ditempati oleh Rosa.
"Selamat pagi, anak-an—"
Bu Tia sengaja memotongkan ucapannya. Rosa melihat kepala Bu Tia memerah menahan amarah.
"KALIAN! KENAPA KALIAN MEMAKAI JAKET DI SEKOLAH?!" Kepala Bu Tia sudah ingin meletus. Seperti gunung merapi yang akan pecah kapan saja.
"Ini bukan jaket tapi sweate—." Suara dari wajah preman berandalan yang minta ditampol itu membantah.
"DIAM KAMU!" Mata Bu Tia melotot mengancam.
"IBU MINTA KALIAN BUKA JAKET KALIAN SEKARANG JUGA!" Perintah Bu Tia. Rosa memaklumi amarah Bu Tia, karena sekelas kompak memakai jaket, sweater, cardigan, atau apalah itu yang dipakai para siswa. Lagipula kenapa memakai pakaian tebal, pagi ini cuacanya cerah, tidak ada alasan untuk memakai pakaian tebal untuk kali ini.
"Bertindak marah karena pakai jaket elite. Bertindak marah karena kasus bully sulit." Ucap siswi judes dengan suara blak-blakannya.
"Terusin ucapannya!" Bu Tia mengambil ancang-ancang untuk melempar penghapus papan tulis.
Terdapat tangan yang mengacung. Tangan tersebut dari siswa yang memakai kacamata tebal. Rosa meringis melihatnya. Hidungnya bisa penyok jika memakai kacamata tersebut.
"INI BUKAN KUIS!" Mata Bu Tia melotot kembali. Seakan kedua bola matanya akan keluar dari tempatnya. Tapi Rosa malah tertawa kecil mendengar perkataan Bu Tia.
"Maaf, bu, atas kesalahan kami. Tapi alasan kami memakai pakaian tebal karena orang ini." Siswa berkacamata tebal menunjuk orang yang duduk santai di sudut kiri.
Bu Tia dan Rosa mengikuti arah tunjuk dari siswa berkacamata tebal. Rosa baru menyadari hanya satu siswa yang tidak memakai pakaian tebal. Tapi alangkah kagetnya ketika Rosa menyadari siapa laki-laki tersebut.
Rosa pun melotot persis seperti yang dilakukan Bu Tia.
Keduanya pun baru menyadari akan aura yang dikeluarkan oleh laki-laki yang ditunjuk tersebut. Di waktu yang bersamaan, Rosa dan Bu Tia pun serentak mengusap lengan kiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRONOMY EYES
Teen FictionJika kalian ingin bertanya bahwa apa keinginan utama Resvan di dunia ini, Jawabannya hanyalah ketenangan. Tetapi, keinginannya itu tak akan pernah terwujud karena ketampanannya yang membuat semua orang datang bergerombol mengelilingi Resvan, layakn...