Rosa dan Resvan sudah pergi dari rumahnya Resvan dengan mobil merah yang mewah. Resvan fokus menyetir dan memperhatikan jalan dengan matanya yang tampan.
Rambut Rosa seakan berkibar-kibar ketika semilir angin melewatinya. Rosa menutup mata menikmati ketika beberapa angin menerpa kulitnya yang pucat.
"Dimana butiknya nyokap lo?" Resvan pun bertanya dengan sesekali melihat Rosa ke arah samping.
"25 meter ke depan. Terus belok kiri." Bohongnya lagi. Ia masih terpejam dengan menikmati suasana sejuk ini.
Mendengar hal itu, Resvan pun mempercepat kecepatan lajunya. Dan memperhatikan petunjuk dari Rosa.
Setelah sampai, alis Resvan berkerut. Yang didepannya itu adalah restoran, bukanlah butik yang Rosa katakan.
"Ini bukan butik, tapi restoran." Jelas Resvan setelah menghentikan kendaraan yang ia kendarai di pinggir jalan.
Rosa melihat jam tangan yang terpasang di lengannya. "Udah lewat jam makan siang. Kita makan dulu."
"Oke kalau gitu." Resvan pun kembali melajukan mobilnya untuk parkir yang tersedia di halaman depan restoran.
Mereka pun turun dari mobil. Rosa lagi-lagi ditinggalkan sendiri karena langkah kakinya yang agak kecil dibanding Resvan. Resvan tidak menunggu Rosa ataupun berjalan bersisian dengannya. Rosa menghela nafas disaat ia melangkah kakinya. Bisa-bisanya ia suka terhadap cowok cuek seperti ini.
Mereka pun masuk dan disambut oleh petugas restoran disana. Rosa pun memilih untuk makan di tempat. Setelah itu mereka duduk pada bangku yang diantar oleh petugas tersebut. Salah satu petugas restoran pun menghampiri mereka dengan buku menu yang dibawanya.
Rosa dan Resvan pun memesan dari menu yang dibawa petugas restoran tadi. Lalu mereka pun duduk anteng menunggu pesanan mereka.
Rosa mengobrak-ngabrik tasnya. Ia panik karena ia hanya membawa sedikit uang untuk membayar ke restoran yang ia tempati. Namun hasilnya tetap tidak ada. Dompet miliknya tertinggal di rumahnya.
Rosa pun menendang tulang kering Resvan dengan kakinya. Sang empu pun melotot sebagai jawabannya. Namun Rosa mengabaikannya, ia meletakkan tangan kanannya di wajah Rosa dan telapak tangan Rosa menghadap ke kiri, sehingga menutup sebagian dari wajahnya.
Rosa pun terlihat akan berbisik, dan Resvan pun memajukan wajahnya untuk mendengarnya lebih jelas. Padahal restoran disini cukup sepi. Entah kenapa mereka akan mengobrol apa sampai-sampai harus seperti ini.
"Dompet gue ketinggalan." Bisik Rosa dengan pelan.
"Apa?" Kata Resvan dengan kaget.
"Beneran lo?"
Rosa berdecak. "Buat apa gue bohong."
"Gimana ini? Kita udah pesen lagi."
"Pake uang lo." Usul Rosa.
"Dompet gue isinya lalat doang." Resvan berkata jujur.
"Berarti caranya ya cuma itu." Rosa mengalihkan atensinya kepada poster yang tertera di dekat kasir.
Resvan melotot. Diskon 50% untuk semua jenis makanan dan minuman hanya untuk pasangan kekasih dengan syarat memposting foto di restoran dan menyebut akun restoran ini di postingannya.
Kebetulan Rosa dan Resvan adalah sepasang kasih abal-abal. Mau tidak mau mereka harus memotret diri mereka berdua di restoran sini.
Rosa bangkit dari duduknya. Resvan melotot histeris. "Mau ngapain lo?"
"Mau boker. Ya mau duduk disamping lo lah buat foto." Rosa bersuara menyebalkan.
Resvan pun hanya pasrah. Aktingnya lagi-lagi dimulai. Dia pun menyandarkan tubuhnya ke sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRONOMY EYES
Teen FictionJika kalian ingin bertanya bahwa apa keinginan utama Resvan di dunia ini, Jawabannya hanyalah ketenangan. Tetapi, keinginannya itu tak akan pernah terwujud karena ketampanannya yang membuat semua orang datang bergerombol mengelilingi Resvan, layakn...