Keira melipat lengannya. "Ternyata lo penurut juga."
Plak!
"But, you didn't break up your relationship with Resvan, bitch!" Keira mengamuk.
(Tapi, lo masih nggak mutusin hubungan lo sama Resvan, jal*ng!)
Rosa memundurkan langkahnya. Dia segera memegang pipi yang terasa kebas. Matanya berlinang, jika ia menutupi matanya sekarang juga, maka bulir air mata pasti akan jatuh mendarat ke pipinya.
"Kapan lo mutusin dia, hah?!"
Keira memegang dagu Rosa dengan kasar. "JAWAB!"
Keira merasakan gejolak emosi di dadanya. Padahal, Rosa sudah menghindari Resvan seperti apa yang dilakukan di kantin tadi. Tapi, dia masih belum puas. Keinginan utamanya adalah Rosa putus dengan Resvan, seorang laki-laki yang ia idam-idamkan.
Sedangkan Rosa menggelengkan kepalanya. Suaranya entah kenapa selalu tertahan di tenggorokan ketika ia tengah berhadapan dengan Keira.
"Woi, woi! Udah! Temennya Rosa mau kesini!" Sena memisahkan jarak antara Keira dengan Rosa.
"Gue nggak tahu kenapa orang miskin itu tahu kita ada disini," lontar Aira penuh kebencian. Siapa yang dimaksud oleh Aira adalah Lily, Rosa merasa kesal padanya ketika ia memaki temannya, Lily.
"Rosa, lo harus ke bilik kamar mandi. Anggap hal kek gini nggak pernah terjadi, paham?" ujar Sena dengan nada yang lembut. Tetapi bagi Rosa, suara Sena seperti orang yang tengah mengancam.
Anehnya lagi, Rosa menganggukkan kepalanya. Sena yang melihat itu segera mendorong tubuh Rosa ke bilik kamar mandi. Tak peduli bagaimana keadaan Rosa yang kaget karena tindakannya.
"Aira! Lo juga harus ke kamar mandi!" titah Sena menghampiri Aira.
"Lah kok gue?"
"Cepet!" Sena mencekal pergelangan tangan Aira. "Nanti lo nggak bisa ngontrol emosi waktu ada Lily."
Aira terpaksa masuk ke bilik kamar mandi karena tarikan kasar Sena. Dia pun hanya menurut. Aira segera mengunci dirinya di balik pintu kamar mandi.
Keira mencuci tangannya di wastafel, seolah bahwa ia memang sedang menunggu Aira untuk selesai dengan urusan di kamar mandinya.
Sedangkan Sena, dia menyisir rambutnya beberapa kali. Dia menyisipkan rambutnya ke daun telinga miliknya, seolah dia memang sedari tadi sedang merias diri di depan kaca.
Lily masuk ke kamar mandi, diikuti Sekar yang mengekor dirinya. Pandangan menangkap bahwa di sekitar toilet tak terjadi apa-apa. Malahan dia melihat dua orang yang Lily yakini adalah Keira dan Sena, mereka berdua sedang sibuk dengan wastafel didepannya.
"Maaf, permisi." Lily bermaksud mengajak bicara dengan Sena. "Lo lihat Rosa gak?"
"Rosa?" Sena tampak berpikir.
Sedangkan sang empu yang dibicarakan sudah keluar dari bilik kamar mandi, wajahnya telah dibilas dengan air. Wajah Rosa menampakkan bahwa tadinya tak terjadi apa-apa, Lily dan Sekar pikir, dia hanya diam saja dan mengurusi urusannya di dalam bilik kamar mandi.
"Tuh Rosa," ujar Sena menunjuk Rosa dengan dagunya.
Lily dan Sekar mengambil pandangan kearah yang ditunjuk Sena.
"Kalian ngapain disini?" tanya Rosa memasang wajah heran.
"Lo nggak apa-apa 'kan? Ada yang ngelakuin hal-hal yang aneh nggak sama lo?" tanya balik Lily dengan raut wajah khawatir. Dia menghampiri Rosa kemudian memegang pergelangan tangan Rosa dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRONOMY EYES
Teen FictionJika kalian ingin bertanya bahwa apa keinginan utama Resvan di dunia ini, Jawabannya hanyalah ketenangan. Tetapi, keinginannya itu tak akan pernah terwujud karena ketampanannya yang membuat semua orang datang bergerombol mengelilingi Resvan, layakn...