Riuh ricuh di kelas tempat Anisa belajar saat ia baru masuk ke kelasnya. Anisa ikut menyaksikan kedua sosok laki-laki yang bertengkar karena masalah yang sepele. Hanya perihal kedua bahu mereka yang tertubruk. Kebetulan emosi mereka sedang sensitif. Seperti wanita PMS, akhirnya mereka bertengkar.
Keduanya sedang adu tojos. Tidak ada yang melerainya--mengingat laki-laki di sebelah kiri adalah Garvan--lelaki terkuat di sekolah mereka setelah Fauzan.
Guru di mata pelajaran sekarang sedang sibuk dan tidak bisa mengisi waktunya untuk mengajar di kelas ini. Sedangkan ketua kelas mereka sedang berhalangan hadir hari ini. Alhasil, mereka hanya menyaksikan sampai adu tojos ini sampai selesai.
Anisa kebingungan, apakah disini tidak ada yang berinisiatif untuk melaporkan mereka berdua ke ruang guru? Kemungkinan besar mereka akan baru selesai jika salah satunya benar-benar sudah terluka.
Anisa terjungkal ke belakang karena para manusia di depan Anisa memaksanya untuk mundur--menghindar serangan dari Garvan. Bokongnya nyaris mencium lantai tetapi urung karena seseorang laki-laki membantunya untuk berdiri kembali.
"Hati-hati." Kata laki-laki itu sambil membantu Anisa untuk berdiri.
Wajah Anisa entah kenapa memerah. Kemudian dia berterimakasih dengan senyum malu-malu.
Entah lupa siapa namanya. Tapi Anisa yakin jika laki-laki tersebut sama dengan kehidupannya yang sangat biasa. Karena itulah Anisa seakan tertarik pada laki-laki yang ada di sebelah kirinya.
Aksi adu tojos masih berlansung. Tentu saja jika Garvan akan menang, tetapi lawan yang dihadapinya tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menyerah. Padahal sudah ada luka lebam di wajahnya. Garvan mendengus, ini sudah terlanjur untuk menghentikan pertengkaran ini. Ia pasti akan di bawa ke ruang BK karena tindakannya.
Rosa yang tidak tahu keadaan di dalam kelas sana malah masuk dengan memasang wajah polos.
Seketika suasana kelas menjadi hening. Semua kepala siswa dan siswi disana tertoleh ke belakang hanya ingin melihat wajah Rosa yang serupa milik bidadari.
Kedua aksi laki-laki itu juga terhenti dan mengunci pandangan ke arah Rosa. Rosa memasang wajah heran. Kenapa semuanya hening sejak ia masuk di kelas ini?
Entah kenapa, tanpa perintah dari siapa pun, semua siswa dan siswi yang berada disana duduk di bangku masing-masing. Terutama Garvan dan laki-laki yang di hadapannya yang melakukan hal yang sama.
Garvan mengusap wajahnya pelan. Hari ini dia sangat sensitif. Seharusnya dia tidak melakukan hal tersebut yang jelas-jelas itu sebuah tindakan yang salah.
Sebelum Garvan duduk di bangkunya, ia membungkukkan pinggangnya dengan gaya menghormat. "Maaf karena saya telah melakukan kesalahan."
Garvan menaikkan pinggangnya karena kaget. Ucapan mereka berbarengan dengan laki-laki yang dihadapannya.
Garvan menarik senyum simpul. Begitu pun di balas laki-laki di hadapannya dengan mengangguk. Kemudian mereka berdamai tanpa diakhiri dengan satu diantara mereka berdua yang terluka.
Ini semua karena Rosa yang menghampiri kelas mereka. Lekukan wajahnya yang sempurna itu membuat pertengkaran dua laki-laki itu menjadi damai. Agak tidak masuk akal, tapi memang faktanya. Sedangkan sang empu masih memasang wajah heran, masih kebingungan dengan tragedi yang tadi ia hadapi.
Ia pun memasuki kelas Anisa dengan hati-hati, berniat menghampiri bangku Gelya yang berada tepat di depan bangku Anisa.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRONOMY EYES
Teen FictionJika kalian ingin bertanya bahwa apa keinginan utama Resvan di dunia ini, Jawabannya hanyalah ketenangan. Tetapi, keinginannya itu tak akan pernah terwujud karena ketampanannya yang membuat semua orang datang bergerombol mengelilingi Resvan, layakn...