16 | Di Tengah Malam

3 4 2
                                    

Darren bersiap untuk memetikkan gitarnya. "Mau lagu apa nih?" tanyanya.

Semuanya sudah meninggalkan api unggun yang sudah mengecil seiring banyaknya semilir angin menerpa. Tersisa enam orang tersisa yang membuat lingkaran mengelilingi api unggun. Itu adalah Darren, Ervin, Lily, Sekar, Resvan, dan Rosa. Satu orang diantaranya terkantuk-kantuk dengan mata yang terpaksa dibuka. Sesekali ia menguap.

"Lo ngantuk?" Lily bertanya dengan buku ditangannya. Kondisinya masih segar. Sudah malam begini, dia malah membaca buku di tepi api unggun.

Rosa menjawabnya dengan dua kali anggukan. Resvan mengambil pandangan ke arah Rosa. Sedangkan Darren tidak mendengarkan pembicaraan mereka, tetapi ia mulai menyanyikan lagu dengan sebuah gitar yang diusulkan oleh Sekar disampingnya.

"Ayo. Mau gue anterin?" tawar Resvan.

Rosa mengangguk sekali lagi. Dengan berjalan tak bertenaga, ia dibantu berjalan dengan Resvan disampingnya.

"Buset tuh orang. Sekalinya bucin, bikin seluruh semesta jadi kaget." celetuk Ervin yang bermaksud membicarakan Resvan.

Lily tertawa renyah. Api unggun saja kalah hangat dengan tawanya. "Gue juga sampai sekarang masih kaget."

"Eh ... tapi, kok sekarang Rosa jadi lebih pendiem sejak sore tadi?" Sekar mengalihkan topik pembicaraan.

Ervin memasang wajah jengkel. "Apa sih lo. Ikut nyelonong aja."

"Idih? Emangnya enggak boleh?" sungut Sekar. Matanya melotot galak.

"Iyalah enggak boleh. Soalnya lo ganggu." Nada Ervin sengaja terdengar menyebalkan.

Sekar tak percaya jawaban Ervin yang melencengkan harga dirinya. "SINI LO! GUE GAPLOK LO PAKE CAP JARI LIMA DI PIPI LO!"

Ervin sebenarnya tak peduli. Tapi ketika Sekar benar-benar menghampirinya. Ia berjengkit kaget. "Ampun, Bos! Ampun!"

Ervin meminta ampun karena tak mau tulang pipinya patah karena tamparannya.

Sekar tersenyum, "Gitu kek daritadi."

Tetapi sebelum ia pergi ke tempatnya. Sekar menendang kakinya Ervin. Sementara Ervin mengumpat dengan suara tertahan. Takut-takut Sekar menghabisinya lebih dari ini.

Tatkala Sekar sudah duduk di tempatnya, Resvan juga melakukan hal yang sama. Kini hanya mereka berlima yang duduk di sana, karena Rosa sudah pergi ke tempat kemahnya.

Tetapi, terdapat satu orang perempuan dengan panjang rambut sebahu itu berlari terbirit-birit. Pandangannya fokus ke arah samping kanan, entah ada apa yang sedang ia lihat. Karena tak memperhatikan jalan, apalagi keadaan di sekitar sedikit gelap, dia terjatuh tersandung oleh batu yang sedikit yang agak besar.

"Aduh!"

Hal itu mengundang perhatian oleh kelima manusia cakep yang sedang duduk berlingkar disana.

Darren menghentikan permainan lagunya.

Sebagian orang disana lansung menghampiri perempuan itu. Sedangkan Fila, perempuan itu juga segera menghampiri kelima orang cakep itu tanpa mengkhawatirkan kakinya yang sakit akibat tersandung batu tadi.

Lily membuka mulutnya untuk berbicara, namun urung, sebab Fila sudah terlebih dahulu untuk mengawali pembicaraan mereka.

"Halo," sapanya ramah. Dia menepukkan bajunya beberapa kali di bagian yang kotor. Wajahnya pucat pasi. Gadis itu seperti terlihat sedang risau.

Lily balas menyapa, "Halo juga."

Rasanya aneh ketika mereka saling menyapa ditengah malam dengan lokasi di hutan yang gelap.

ASTRONOMY EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang