14 | Kemah

6 6 2
                                    

Rosa senang jika di sekolahnya menyiapkan kemah bagi semua siswa angkatannya. Oleh karena itu, ia mematri langkahnya ke minimarket untuk sekedar menyiapkan perbekalannya ke kemah.

Beruntung rumah Rosa berada tak jauh dari minimarket. Jadi ia tak perlu lelah mengendarai mobilnya untuk sekedar membeli berbagai keperluannya.

Rosa berangkat ke minimarket saat sore menjelang malam. Jadi suasananya sangat sepi. Mengingat waktunya hampir waktu malam. Rosa mulai menambahkan kecepatan arah lajunya agar segera sampai di tujuan.

Langitnya mulai menggelap. Dihiaskan langit oranye yang menyala karena matahari masih enggan meninggalkan langit. Langit belum gelap sepenuhnya, tapi bintang-bintang sudah menggantung disana. Seakan siap menggantikan cahaya matahari yang akan meninggalkan langit.

Langkah Rosa sudah sampai di tujuan. Seketika tubuh Rosa ditimpa rasa angin yang seakan masuk ke celah baju yang sedikit terbuka karena AC yang ada disana. Ia kembali melangkahkan kakinya ke lorong yang kesatu, mengincar kebutuhannya yang mungkin saja ada disana.

Di minimarket yang Rosa tempati cukup sepi, dan Rosa tidak tuli ketika ada seseorang yang berteriak cukup kencang hanya sekedar melihat perempuan berwajah manis itu sedang berdiri di depannya.

Rosa melotot. Bagaimana jeritan itu mengundang banyak orang untuk bergerombol hanya untuk melihat Rosa yang sempurna menyerupai seorang bidadari?

Rosa mendengus. Pertama, orang yang menjerit itu malah mengeluarkan ponselnya untuk merekam video Rosa seperti orang yang hendak mencuri barang di minimarket.

Kedua, keadaan minimarket cukup sepi. Tapi bagaimana bisa separuh orang di minimarket seketika kompak bergerombol ke arahnya karena hanya untuk mencari aura keberadaan cantik milik Rosa yang berada disini?

Dan terakhir, sebelum para manusia ikut bergerombol menjadi banyak. Dan jika itu ia adalah Rosa, ia akan melambaikan tangan dan mengatakan sampai jumpa untuk menghindari kerumunan yang sendiri ia buat.

Namun semuanya urung ketika ia menjadi manusia batu yang tidak bisa bergerak, karena sang pelaku menyusupkan jari jemarinya lembut untuk mengenggam tangan Rosa yang membeku dibuatnya.

Bagaimana bisa? Pertama, orang itu adalah Resvan.

Kedua, Resvan kali ini tampil berbeda dengan jaket berwarna biru denim yang biasanya memakai pakaian setelan warna yang suram.

Dan terakhir, ia tersenyum manis yang menenangkan sambil membawa lembut Rosa untuk keluar dari minimarket dengan tangan yang masih terpaut.

Seketika jantung Rosa akan keluar dari rongga dadanya. Dan pasokan oksigen seakan tidak sampai ke rongga paru-paru Rosa karena sang pelaku mengenggam hangat yang membawanya dari kerumunan yang baru saja tercipta.

Kerumunan seolah tersadar dari hipnotis kecantikan yang dimiliki Rosa. Semuanya serentak pergi berhamburan dan kembali beraktivitas seperti apa yang mereka lakukan tadi.

Rosa meneguk ludah kasar. Wajahnya masih kaku. Seolah wajahnya sudah disetrika rapi tanpa ada celah yang terlihat kusut.

Setelah keluar dari minimarket melalui kedua pintu, langkah keduanya sengaja terhenti. Resvan yang terlebih dahulu menatap kedua netra milik Rosa. Dan Rosa membalas tatapan dari Resvan. Sehingga tatapan mereka bersirobok.

Langit sudah gelap sepenuhnya. Tapi kalah gelap dengan kedua iris mata Resvan yang seakan berantakan sama seperti pemiliknya.

Resvan angkat bicara duluan. "Kenapa sendiri, hm?"

Rosa gelagapan. Otaknya seketika dipaksa berpikir untuk mencari alasan. "Minimarket deket sama rumah. Jadi gak perlu dianter."

"Tapi kalau kayak gitu lagi gimana?" Resvan bersedekap dada.

ASTRONOMY EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang