12 | Hubungan Tak Pasti

22 6 2
                                    

Hari ini disaat jam pelajaran berlansung. Rosa tidak masuk sekolah. Dia sakit akibat Rosa tidak menjaga pola makannya akhir-akhir ini.

Rosa menatap atap rumahnya yang kentara luas. Dia melamun karena merasakan rasa bosan. Deru nafasnya yang panas menyapa kulit wajah Rosa yang sehalus pualam. Poninya berantakan menyentuh dahi. Matanya menerawang mengingat apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Rosa menghela nafas. Ini sudah seminggu sejak murid baru di kelas sebelah yang mengusik hidupnya. Sejak para penggemarnya yang tinggal sedikit untuk mengusiknya. Dan juga, sejak Resvan yang bersikap aneh kepadanya.

Mengingat mata Resvan yang memandang berbeda ke arahnya, Rosa menggerakkan kepalanya ke arah samping--berusaha untuk menghilangkan pipi panasnya itu.

Dia duduk dan memeluk lututnya sendiri untuk segera menetralkan perasaan aneh yang muncul di benaknya.

Tak lama kemudian, pintu kamar Rosa sengaja dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Rosa hanya menatap diam ke arah ibunya yang tidak memasang wajah bersalah.

"Ada temen kamu tuh. Katanya mau jenguk kamu." Ibu Dira--atau ibunda yang melahirkan anak secantik Rosa itu pun bersuara setelah membukakan pintu.

Rosa hanya menganggukkan kepalanya.

Lalu tak lama kemudian, Resvan datang dengan mangkok isi bubur ditangannya.

Rosa kaget. Karena Rosa telah mengira bahwa orang yang akan datang itu adalah Sekar dan Lily. Namun yang datang adalah laki-laki berjaket hitam tebal dengan sleting terbuka agar membiarkan baju seragamnya yang rapi itu terlihat.

Resvan meletakkan mangkok itu diatas nakas. Kemudian kursi belajar yang ada di dekatnya dibawa ke arah ranjang Rosa yang terbilang cukup besar.

Resvan duduk dengan wajah datarnya. Kemudian menyuapi bubur tersebut ke arah Rosa yang terkulai lemas di ranjangnya.

Rosa menggeleng tak mau. "Buburnya masih panas."

Resvan kembali menyimpan kembali bubur ke atas nakas untuk menunggu bubur tersebut menjadi dingin.

Setelah melakukan hal tersebut, matanya memandang fokus ke arah wajah Rosa yang pucat dengan khawatir.

"Pasti gara-gara gue ngajak lo jalan sore kemarin."

Rosa yang mendengarnya pun tergelak, lalu menoyorkan dahi Resvan yang memasang wajah serius. "Gak segampang itu gue sakit."

Resvan menyentuh dahinya yang pucat. "Terus kenapa dong lo sakit?"

"Pengen diperhatiin." Terang Rosa setelah bangun dari tidurnya. Lalu membuka kedua lengannya untuk meminta untuk dipeluk.

Resvan terkekeh pelan. Membuat wajahnya berkali-kali lipat menjadi tampan. Resvan memeluk Rosa tanpa ragu. Dagunya menempel di puncuk kepala Rosa. Resvan mencium rakus aroma Rosa yang manis. Ia merasakan pinggangnya dipeluk manis oleh orang yang ada dihadapannya.

Semilir angin menerpa rambut halus milik Rosa, sehingga rambut itu berkibar lembut menyentuh lengan kanan Resvan.

Dirasa sudah cukup menyalurkan emosinya. Rosa meregangkan pelukannya dengan Resvan. Sehingga wajah mereka saling berhadapan.

Mata mereka bersirobok. Rosa menjelajah mata gelap yang seratus kali lipat menjadi lembut ketika bertatapan dengannya yang seolah Rosa adalah pusat di dunianya.

Rosa memalingkan pandangan. Lagi-lagi seolah ada tembok tinggi yang tidak boleh Rosa masuki. Seolah-olah terdapat rahasia yang tidak boleh ia bongkar. Rahasia yang lebih dari suatu rahasia.

Resvan memajukan wajahnya yang rupawan. Bibir ranumnya kian mengecup di pipi Rosa yang bersinar akibat cahaya matahari. Kecupan hangat itu membekas di pipi Rosa. Dan tak lama kemudian, suhu tubuh Rosa kian meningkat akibat menahan rasa malu.

ASTRONOMY EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang