03 | Tragedi Di Pagi Hari

48 24 99
                                    

Cuaca yang cerah dan udara yang sejuk adalah hal yang menenangkan. Ayam jantan mulai berkokok, dan air embun di dedaunan sedikit demi sedikit berjatuhan.

Hari ini Rosa berencana pergi ke sekolah di awal pagi hari. Ia mulai melangkah kakinya menuju sekolahnya dengan ceria.

"Eh, itu cewek cantik yang ada di media sosial!" Satu cowok berseragam lengkap itu berseru. Sehingga semua temannya mengikuti arah pandangan cowok tersebut.

Lalu mereka datang bergerombol menuju ke arah Rosa. Rosa pun khawatir jika ia akan terlambat ke sekolah jika meladeni mereka. Dengan begitu, ia mempercepat langkahnya dan berharap ia sudah tiba di sekolah.

"Hei, kakak cantik. Minta nomornya dong." Satu lagi laki-laki menyapa Rosa dihadapannya. Sedangkan sang empu tak mengubrisnya dan tetap menambahkan kecepatan arah lajunya.

Laki-laki itu pun mengusapkan dadanya dengan tabah. "Untung cantik."

Tapi laki-laki itu lansung terjatuh akibat tabrakan dari satu orang dari gerombolan yang mengejar Rosa. Kemudian ia terkapar dan diinjak-injak oleh gerombolan lainnya.

Rosa yang melihatnya pun meringis ngilu lalu meminta maaf dalam hati sembari berjalan dengan penuh kecepatan.

Satu pria lain menyusul para gerombolan itu dengan motornya. "Perlu tumpangan, dek?"

"Boleh, om." Rosa pun menaiki motor tersebut lalu memberikan alamat yang ditujunya.

Motor tersebut pun melajukan dengan kecepatan sedang lalu meninggalkan para gerombolan yang patah hati karena dicampakkan.

Rosa bernafas lega ketika ia sudah tiba di sekolah. "Ini uangnya, om."

"Gak perlu." Pria dengan umur sekitar 28—an itu menolak.

Sedangkan Rosa menekuk alisnya terheran-heran.

"Karena aku udah nyelamatin adek, minta nomornya dong, dek." Pria itu merasakan bahwa dia telah menyelamatkan putri dengan kuda putihnya yang tadi ia kendarai.

Rosa yang mendengarkan pria itu bicara dengan embel-embel 'aku' pun bergidik ngeri.

"Gausah ya, om. Nih uangnya." Rosa pun berlari-lari sekencang-kencangnya seperti ia adalah Timun Mas dan pria tadi adalah raksasa Buto Ijo.

Dan terjadilah aksi kejar-kejaran diantara mereka. Rosa sedari tadi memasang wajah histeris saat pria tadi malah nekat masuk gerbang sekolahnya.

Sedangkan dari arah berlawanan, terdapat lelaki berwajah datar yang sedang dikejar oleh seorang gadis yang sedari tadi berteriak seperti gorila.

Lelaki itu—Resvan, menengokkan kepalanya ke arah belakang. Untuk memastikan bahwa orang yang dibelakangnya itu sudah lelah untuk mengejar.

Rosa yang tidak fokus kedepan malah tertubruk dengan Resvan yang didepannya. Alhasil mereka serentak jatuh mengenai aspal secara bersamaan.

Rosa menyentuh dahinya yang merah karena terbentur di dada bidang milik Resvan.

"Kalo jalan itu lihat-lihat!" Resvan memelotot tajam ke arah Rosa. Iya, Resvan membicarakan diri sendiri.

Kalimat panjang dari Resvan yang tidak pernah didengar gadis dibelakang Resvan itu membuat ia patah hati. Alasannya, kalimat panjang itu hanya diperuntukkan Rosa seorang. Oleh karena itu, gadis tersebut menyerah mengejar lalu berbalik dan melangkah kakinya dengan lesu.

Rosa yang mendapat pelototan tajam pun meninggikan suaranya. "Gue gak jalan, tapi gue lari. LARI DIKEJAR ORANG GILA YANG NEKAT MASUK SEKOLAH!"

Mendengar itu, pria dibelakang Rosa patah hati karena hanya dianggap orang gila. Ia hanya memerjuangkan cintanya. Tapi itu sia-sia. Ia pun berbalik, lalu melangkah kakinya dengan lesu.

ASTRONOMY EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang