Matahari seperti biasanya terbit dari arah timur. Matahari tersenyum sehingga sinarnya memancar sampai memasuki celah-celah jendela di kamar Rosa.
Salah satu dari kedua insan itu terbangun karena silau terkena sinar matahari. Nyawanya belum sempurna terkumpul, sehingga pandangannya masih buram. Dia mencoba memaksakan diri untuk bangun dari tidurnya menjadi duduk.
Pandangannya sekarang jernih sempurna. Ia merasa terdapat tangan yang mengenggamnya. Ia pun melihat sang pelaku.
Matanya terbelalak kaget ketika insan di depannya itu adalah Resvan, si orang tampan.
Rosa dengan pelan melepaskan tangannya dari genggaman Resvan. Ia pun menyelimuti tubuh Resvan dengan selimutnya.
Rosa pun teringat kejadiannya semalam. Memori perbincangan omong kosong dirinya dengan Resvan itu kembali terputar.
"Gue ada disini. Gak bakal ninggalin lo kali ini."
Resvan mengendurkan pelukannya sehingga wajahnya menghadap wajah Rosa.
"Janji?" Resvan menatap Rosa dengan polos.
"Janji."
Rosa tersenyum penuh makna dengan tatapan terkunci ke arah Resvan. "Maaf gue gak nepatin janji."
Ia pun meninggalkan Resvan dikamarnya dengan hati-hati.
******
Resvan pun terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjap matanya pelan. Ia pun duduk dengan pandangan lurus.
Kemudian ia memutuskan untuk melihat ke sekeliling. Kamar ini kentara terlalu luas, bahkan ada piano di dalam sini juga ranjang yang kini ia tempati malah bisa cukup enam orang.
Ia mulai mengingat kejadian semalam. Sekarang pipi Resvan memerah sempurna. Pipinya terasa panas. Seketika ia lupa bagaimana cara bernafas.
Ia pun menemukan jam yang bertengger di dinding sana. Ia pun kaget karena pukul sekarang adalah pukul 06.45, lalu ia terbirit-birit melangkah kakinya untuk mencari dimana Rosa berada.
Rupanya Rosa berada di ruang makan. Ia sedang anteng menyantap sarapannya.
Resvan pun menghampirinya dengan nafas terburu-buru.
"Hei, tukang kebo. Sini sarapan." Rosa mengawali pembicaraan mereka, lalu kembali melahap santapannya.
"Lo tau ini jam berapa?" Resvan bertanya sambil uring-uringan.
"Gue minjem kunci mobil lo atau lo anterin ke rumah gue." Lanjutnya dengan raut wajah gelisah.
Rosa yang mengerti pun berniat menghentikan kepikunan Resvan.
"Resvan." Ini kedua kalinya ia memanggil. Sedangkan sang empu tetap uring-uringan tidak jelas kesana-kemari.
"Resvan!" Rosa sampai harus berdiri dari duduknya. Namun Resvan tidak mendengarkan dan ia mulai menggigit jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRONOMY EYES
Teen FictionJika kalian ingin bertanya bahwa apa keinginan utama Resvan di dunia ini, Jawabannya hanyalah ketenangan. Tetapi, keinginannya itu tak akan pernah terwujud karena ketampanannya yang membuat semua orang datang bergerombol mengelilingi Resvan, layakn...